Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Catatan Jumat

Logika dan Narasi Sesat Benyamin Netanyahu di Balik Pertikaian Sunni-Syiah

Patut disayangkan memang bahwa masih banyak umat islam yang terperangkap dalam narasi adu domba pertikaian Sunni-Syiah

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Supratman Supa Atha'na, Dosen Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas 

Logika dan Narasi Sesat Benyamin Netanyahu
Oleh: Supratman Supa Athana
Dosen Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas, FIB Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Perhatikan logika dan narasi yang dibangun Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, saat perang 11 hari di tahun 2021 hingga konflik berlanjut hari ini antara ormas Hamas- suatu organisasi kemasyarakatan di Palestina-, dengan Israel, kelompok organisasi Yahudi Zionis yang berhasil memproklamirkan diri sebagai sebuah negara pada tanggal 14 Mei 1948.

Logika Strawman Fallacy dan Blaming the Victim
Gencatan senjata Hamas- Israel berlangsung pada jumat 21 Mei 2021.

Selang beberapa hari kemudian Israel memperingatkan Hamas untuk tidak melanggar gencatan senjata yang disepakatinya.

Peringatan untuk Hamas dilontarkan Benyamin Netanyahu, usai bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, yang sedang berkunjung ke Timur Tengah untuk memperkuat gencatan senjata di Gaza.

Logika Benyamin Netanyahu ingin menyampaikan kepada publik bahwa Hamas adalah kelompok yang tidak patuh aturan.

Benyamin Netanyahu menggiring opini publik bahwa Hamas adalah kelompok teroris. Hamas adalah perusuh, dan oleh karena itu Hamas layak diserang.

Itu adalah logika Strawman Fallacy dan disalahkan.

Setelah serangan Israel di Gaza berhenti setelah gencatan senjata, namun warga Palestina di Sheikh Jarrah mengalami teror dan penangkapan oleh polisi Israel.

Polisi melakukan itu untuk meredam unjuk rasa masyarakat yang sedang memberikan dukungan moril kepada pejuang Hamas di Gaza, juga melakukan pujian kepada para korban yang disebut sebagai seorang syahid.

Atas tindakan itu maka Polisi Israel menggerebek rumah penduduk asli Sheikh Jarrah dengan alasan memeriksa jangan sampai ada lagi oknum yang akan memprovokasi perlawanan sebagaimana yang dilakukan pejuang di Gaza. Itu adalah logika blaming the victim.

Kenyataan bahwa Gaza terjadi gencatan senjata namun itu tidak terjadi di Sheikh Jarrah.

"Apa yang telah kami lihat secara konsisten dalam hal perlakuan terhadap warga Palestina, yang seringkali tidak diakui dan harus dilaporkan, adalah penyalahgunaan sistemik hak-hak sipil rakyat Palestina baik di dalam Garis Hijau Israel dan lebih parah lagi di wilayah pendudukan, " kata Yasmine Ahmed , direktur Human Rights Watch (HRW) Inggris.

"Itu adalah penindasan yang konsisten atas hak-hak sipil mereka. Ini adalah penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh polisi Israel dalam hal mengelola dan menangani protes dan segala macam hal lainnya serta tindakan sipil," kata Yasmine Ahmed kepada TRT World.

Di Sheikh Jarrah, lebih dari tempat lain, ‘pendekatan tangan-keras’Israel terhadap warga Palestina yang memprotes pelanggaran hak asasi manusia sangat jelas.

Menurut Yasmine Ahmed,’Dalam kaitannya dengan Syeikh Jarrah, apa yang terjadi benar-benar merupakan simbol juga fakta bahwa ada kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang perilaku pasukan Israel, tidak hanya pasukan militer tetapi juga pasukan polisi, atas penggunaan kekuatan yang berlebihan, yang merusak hak-hak sipil.’

Narasi Pengalihan Isu
Dua hari yang lalu beberapa media Internasional dan nasional melaporkan bahwa ledakan besar terjadi di sebuah pabrik pesawat tak berawak di Esfahan, Iran.

Ledakan itu terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mencap Teheran sebagai ‘pelindung teror’.

Benyamin Netanyahu membuat komentar itu setelah mengklaim pasukan Iran meluncurkan drone bunuh diri bersenjata ke Israel.

Iran telah dituduh mempersenjatai militan Hamas di Gaza selama konflik mematikan 11 hari, dengan membantu mengembangkan rudal mematikan untuk menyerang sasaran jauh di dalam wilayah Israel.

Apa yang ingin dibagun dari narasi tersebut?

Pertama, Israel ingin menutupi rasa malu atas kekalahan dari pasukan ormas Hamas.

Israel ingin menggiring opini bahwa kedigjayaan yang ditunjukkan Hamas adalah akibat bantuan dan campur tangan Iran.

Dengan mengikutsertakan Iran dalam perang tersebut paling tidak bisa menjaga reputasinya sebagai salah satu negara yang memiliki sistem pertahanan dan militer yang bila hanya dengan tenaga Hamas sendiri tentu tidak dapat menembusnya.

Kedua, Israel ingin memadamkan semangat perlawanan masyarakat Palestina bahwa dengan kemampuan mereka sendiri pasti tidak dapat berbuat banyak untuk bisa mengalahkan Israel.

Memang rentetan perang dan konflik besar sebelumnya, sebutlah perang tahun 1948, 1948, 1956, 1967, dan 1973, masyarakat Palestina selalu mengalami banyak kerugian termasuk tanah dan tempat tinggalnya dirampok yang mengharuskan mengungsi ke luar wilayah Palestina dan banyak di antara meraka yang tidak mungkin lagi kembali ke tanah airnya.

Ketiga, Israel ingin mengelabui masyarakat internasional bahwa dalam perang kemarin ia adalah pihak yang dizalimi.

Hamas mendapat bantuan dari Iran, oleh karena itu sah bila Israel meminta dan mendapatkan bantuan dari negara lain seperti Amerika. Padahal semua orang tahu bahwa Amerika memberikan sokongan dana yang besar kepada Israel selama ini dengan dukungan yang sangat besar tanpa syarat.

Keempat, Israel membangun narasi adu domba. Israel ingin memecah belah umat dan negara-negara Islam dalam jebakan isu sunni-syiah dengan menyangkutpautkan perang kekalahan mereka akibat kehadiran bantuan dari Iran.

Patut disayangkan memang bahwa masih banyak umat islam yang terperangkap dalam narasi adu domba pertikaian Sunni-Syiah yang mana menjadi strategi jitu dari Israel dan Amerika untuk melumpuhkan kekuatan real umat dan negara-negara Islam.

Israel ingin membuat tipuan dengan narasi bahwa Israel sedang menghadapi Syiah dan mengharapkan tumbuhnya sentimen fanatisme mazhab dalam Islam untuk menanggapi perang tersebut yang mana sejatinya perang tersebut adalah sebuah kolonialisme Israel terhadap bangsa Palestina.

Bila kontra sunni-syiah kembali memanas di atas perang dengan Zionis-Israel maka Israel bisa menikmati kemenangan dan kejayaan hanya dengan duduk manis sembari menikmati buah zaitun Palestina yang berkhasiat itu.

Semoga jebakan logika sesat Benyamin Netanyahu dapat dipahami sehingga bisa kritis untuk tidak ikut melakukan resonansi atas alur logika dan narasi sesat yang dibangun oleh Israel sang Zionis.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved