Khazanah Islam
Lafaz Niat Shalat Dhuha, Tata Cara, Doa dan 7 Keutamannya Termasuk Kunci Perlancar Rezeki Tiap Hari
Shalat Sunah Shalat Dhuha sampai jam berapa, Shalat Dhuha berapa rakaat? Berikut Niat Shalat Dhuha dan keutaman-keutamannya
18. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
19. Sujud kedua dengan tuma’ninah
20. Tasyahud Akhir dengan tuma’ninah
21. Salam
21. Membaca doa shalat Dhuha
Doa Khusus shalat Dhuha

Allahumma innad Dhuha-a Dhuha-uka, wal baha-a baha-uka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal ‘ismata ‘ismatuka. Allahumma in kana rizqi fis sama-i fa-anzilhu, wa in kana fil ardhi fa akhrijhu, wa in kana mu’assaron fa yassirhu, wa in kana haroman fathohhirhu, wa in kana ba’idan faqorribhu, bihaqqi Dhuha-ika, wa baha-ika, wa jamalika, wa quwwatika, wa qudrotika, aatini ma atayta ‘ibadakas sholihin
Artinya:
Ya Allah, bahwasannya waktu Dhuha itu adalah waktu Dhuha-Mu, dan keagungan itu adalah keagungan-Mu, dan keindahan itu adalah keindahan-Mu, dan kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, dan perlindungan itu adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit, maka turunkanlah, jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika masih sukar, maka mudahkanlah, jika (ternyata) haram, maka sucikanlah, jika masih jauh, maka dekatkanlah, Berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMU yang sholeh.
Kapan Waktu Terbaik shalat dhuha
Shalat dhuha menjadi salah satu sumber amalan terbaik selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Namun masih banyak yang bingung mengenai kapan waktu terbaik untuk melaksanakannya.
Ibadah ini biasanya dikerjakan pada pagi hari, sesuai dengan makna kata dhuha yang diartikan sebagai waktu terbitnya matahari.
Dikutip dari laman Laduni, dhuha berasal dari kata ad-Dhahwu yang berarti siang hari yang mulai panas.
Sedangkan dalam kajian fikih, dhuha berarti: Waktu ketika matahari mulai meninggi sampai datangnya zawal (tergelincirnya matahari) (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 27/221).