Makassar Recover
Wawancara Imajiner: Makassar Recover, Lakekomae?
Jangan sampai kinerja program Makassar Recover ini masuk kategori ‘selera tinggi, tapi kepuasaan rendah’
Maka yang kedua, rentang kendali menjadi sangat tidak sederhana. Kita semua paham bahwa koordinasi hanya mudah disebutkan, tetapi perwujudan nyatanya yang lebih banyak tidak membawa hasil.
Sentralisasi pengelolaan kegiatan, yang nota bene begitu banyak dimensinya, memang sulit dihindari. Pertanyaannya, sentralnya ada ditangan siapa. Kalau kita baca media, Walikota sendiri sudah menyatakan kekecewaannya bahwa untuk mendapatkan Genose pun masih sulit. Itu baru satu hal yang sangat teknikal.
Dengan demikian kita bisa membayangkan bahwa dalam perjalanan implementasi program Makassar Recover ini, akan muncul sejumlah permasalahan manajemen.
Oke, sedikit bisa memahami keraguan itu. Lalu?
Sebuah konsep yang berskala besar, di satu pihak tidak bisa hanya mengandalkan segelintir figur dengan kewenangan sentralistik sekalipun apalagi kalau semuanya terpulang pada Walikota sebagai figur puncak, dan di lain pihak, menjadi sebuah keniscayaan hadirnya suatu tim manajemen yang bisa berfungsi secara efektif dan terstruktur.
Catatannya adalah, dibutuhkan suatu struktur manajemen yang sejatinya compatible dengan skala dan ruang lingkup program Makassar Recover.
Tetapi ini kan suatu pemerintahan yang sudah memiliki manajemen, struktur dan personil yang lengkap yang sudah siap, tinggal menunggu arahan dan komando saja. Apa itu belum cukup?
Sangat lebih dari cukup, bila semua tanpa kecuali bisa memahami dengan baik konsep Makassar Recover ini dan secara fungsional bisa berfungsi.
Saya selalu mengulang-ulang bahwa hasil kajian satu dekade yang lalu, tahun 2011, nampaknya masih valid. Bahwa tantangan besar yang masih selalu dihadapi oleh Pemkot Makassar adalah sulitnya pejabat struktural pada semua OPD/SKPD untuk menciptakan working environment, sehingga kinerjanya rata-rata mengecewakan.
Baik, lalu bagaimana dengan perspektif Change Management yang Anda ajukan itu?
Saya tidak dalam posisi mengajukan, apalagi tentu sudah ada konsep manajemen ataupun Change Management yang dipersiapkan. Jadi posisi opini saya itu hanyalah semacam second opinion. Tetapi inti yang ingin saya ketengahkan adalah bahwa jangan tidak memakai konsep berpikir manajemen.
Mau dikatakan program atau proyek sekalipun, konsep berpikir manajemen itu sangat penting. Jangan lupa bahwa sejak diperkenalkannya Pilkada langsung, basis berpikir dan cara pandang para calon sangat dominan, yang kemudian disebut konsep visi-misi.
Memang ada calon yang sejak persiapan sudah didampingi oleh suatu tim (sukses) yang meramu dan merumuskan pikirannya, ada pula yang nanti setelah terpilih baru membangun tim. Walikota ini, termasuk orang yang tahu banyak mulai dari konsep sampai kepada implementasinya.
Tidak perlu diragukan mengenai hal itu. Tetapi dari garis besar konsep Makassar Recover ini saja sudah terlihat bahwa substansi yang akan disasar, bukan hal yang biasa melainkan sangat terkait dengan dampak pandemic covid19. Pengetahuan dan pengalaman masa lalu, secara konseptual dan secara praktikal, sangat terbatas bisa mendukung.
Artinya, belum ada KDH di tanah air yang bisa dikatakan jagoan menangani dan mengelola masalahanya. Disinilah pentingnya konsep manajemen.