Citizen Report
Songkok Kiriman dari Makassar dan Magelang Sampai Australia, Lama Ditunggu Ternyata Nyasar
Kiriman songkok dari Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin Tamalanrea Makassar dan satunya dari Kampus Akademi Militer Magelang Jawa Tengah.
Citizen Report
Oleh : Haidir Fitra Siagian, Dosen UIN Alauddin Makassar (sedang bermukim di Australia dan cuti di luar tanggungan negara).
TRIBUN-TIMUR.COM - Setelah menunggu lebih dari dua minggu, dengan perasaan terkejar-kejar, akhirnya paket ini tiba juga.
Isinya berupa songkok atau peci hitam ciri khas Nusantara. Datang sekaligus dua paket dari dua pengirim yang berbeda.
Satu dari Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin Tamalanrea Makassar, Sulawesi Selatan dan satunya dari Kampus Akademi Militer Magelang Jawa Tengah.

Tidak seperti paket-paket yang kami terima beberapa waktu lalu, kiriman ini sedikit ada masalah.
Inilah yang membuat saya merasa tidak nyaman kepada yang mengirim. Beberapa kali menanyakannya.
Ternyata bagian pengantaran dari jasa pengiriman, entah kenapa, membawa dan menitipkan paket ini ke kantor Pos Kampus Universitas Wollongong.
Bukan ke rumah kami atau ke kantor flats/asrama kampus dimana kami tinggal.
Pihak kantor Pos tidak biasanya menerima titipan seperti ini. Tidak ada kekeliruan dari mereka.
Bahkan mereka sudah mengecek nama saya di pihak kampus, tidak terdaftar.
Karena memang saya bukan mahasiswa. Yang mahasiswa adalah ibunya anak-anak. Jadi memang ada masalah sedikit.
Paket ini pun diterima setelah ada inisiatif dari nyonyaku untuk menanyakannya ke kantor Pos dalam kampus. Padahal jasa pengiriman dari Indonesia ke sini, bukan pos.
Walaubagaimanapun ini tentu harus disyukuri karena sudah tiba dengan baik.
Begitu saya terima, kami langsung memberikan kabar kepada yang mengirim.
Pemberitahuan dengan segera diterimanya paket ini adalah salah satu bentuk etika ketika menerima sesuatu.
Begitu menerima kiriman dari orang lain, harus segera disampaikan kepada yang bersangkutan.
Agar beliau lega dan senang hati. Tidak baik dibiarkan tanpa pemberitahuan.
Jangan biarkan dia gelisah, memikirkan apakah paketnya sudah sampai atau belum.
Jamaah Masjid Omar Wollongong
Kisah pengiriman songkok ini bermula dari seorang jamaah Masjid Omar Wollongong New South Wales Australia, yang meminta songkok kepada saya, beberapa hari sebelum Ramadan.
Karena saya belum sempat pulang ke Indonesia akibat pembatasan yang diterapkan pemerintah Australia terkait dengan situasi covid-19,
Makanya saya umumkan di media sosial terkait dengan perkara ini. Beberapa orang teman yang baik hati, langsung merespon.
Ada delapan orang yang langsung menyatakan bersedia mengirim. Padahal yang diperlukan cuma satu saja.
Bahkan beberapa teman lain yang ingin mengirim, saya minta ditunda saja, sebab sudah ada yang terlebih dahulu.
Dua minggu lalu saya sudah menerima delapan songkok. Sebelumnya sudah menerima tiga. Sehingga sudah menerima sebelas buah.
Tiga songkok saya berikan kepada jamaah yang memintanya langsung kepada saya.
Selebihnya saya serahkan kepada pengurus masjid untuk membagi-bagikan kepada sesama pengurus.
Ketika mereka menerima pemberian songkok tersebut, bukan main senangnya dan menyebut-nyebut Indonesia.
Saya perhatikan di Masjid Omar Wollongong, selama Ramadan ini, bukan hanya saya lagi yang memakai songkok. Sudah ada orang lain.
Khusus songkok yang saya terima hari ini, baik dari Magelang maupun dari Tamalanrea, akan saya serahkan kepada pengurus Masjid MAWU (Muslim Association of Wollongong University).
Masjid yang berada di dalam kampus, tidak seberapa jauh dari rumah. Masjid yang sebagian besar pengurusnya adalah mahasiswa yang berasal Arab Saudi.
Selama ini, kami selalu berganti-ganti tempat melaksanakan salat. Kadang di Masjid Omar, ada kalanya di Masjid MAWU.
Jaraknya sama-sama dekat. Satu ke arah kota, di pinggir jalan poros. Satunya dalam kampus. Kebetulan rumah kami, hanya berseberang jalan raya dengan kampus.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua teman yang telah mengirim songkok-songkok tersebut.
Khusus pada kesempatan ini saya ingin menyebut dua orang yang kirimannya baru diterima.
Abang Dr. Muhammad Akbar, M.Si., Direktur Asset Universitas Hasanuddin, sekaligus sebagai dosen saya ketika masih kuliah pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, sekitar 25 tahun lalu.
Ucapan terimakasih pun saya sampaikan kepada Abang Letkol CAJ Ilham, Kepala Ajudan Jenderal (Kaajen) Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah.
Meskipun seumur hidup kami belum sempat bertemu, tetapi dalam media sosial kami cukup akrab.
Bahkan beberapa beliau selalu mengingatkan jika datang ke Jawa atau Yogyakarta, harus mampir ke rumahnya di Magelang.
Kami sama-sama alumni Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas, meskipun berbeda angkatan.
Mulai saling mengenal saat aktif memberi komentar dalam grup media sosial.
Ketika saya memosting sedang membawa ceramah di salah satu masjid di Desa Maccini Baji Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa beberapa tahun lalu.
Ternyata beliau berasal dari daerah tersebut. Pun ternyata kami sama-sama pernah dikader dalam organisasi otonom Muhammadiyah, IPM.
Itulah sebabnya, selain mengirim songkok, beliau juga mengikutkan baju batik Muhammadiyah, songkok, dan sarung salat untuk saya. Alhamdulillah, bisa dipakai lebaran.
Ketika beliau menyatakan kesediaannya akan mengirim songkok dimaksud, saya sempat tanyakan.
Kenapa beliau mau mengirimnya? Katanya, mengirim songkok ini adalah bagian penting dalam menjaga ukhuwah antar sesama umat Islam, apalagi dari bangsa yang berbeda.
Bahkan kita harus senang jika ada orang lain yang bersedia memakai produk yang merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia.
Di samping itu tentunya, membagikan songkok atau peci hitam ini apalagi kepada dunia internasiona, adalah bagian dari upaya memelihara warisan budaya Nusantara. (*)
Wassalam
Haidir Fitra Siagian
Keiraville, 11 Mei 2021