Inspirasi Ramadan Hamdan Juhannis
Bumi Kebermaknaan (22): Indonesia 10 Besar Negara Paling Dermawan di Dunia
Faktornya, bukan karena kesejahteraan tetapi keyakinan keselamatan hidup dengan jiwa menderma.
Oleh:Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - World Giving Index, sebuah yayasan dunia yang mengamati pergerakan kedermawanan bangsa-bangsa dari tahun-tahun, menempatkan Indonesia sebagai 10 besar di antara negara-negara yang paling dermawan. Istilahnya: most charitable countries 2021.
Penempatan ini menarik karena Indonesia bersanding dengan negara-negara high income seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Canada, Inggris, dan Belanda.
Indonesia berada di antara 3 negara low-middle income countries yang masuk kategori dermawan, selain Myanmar dan Sri Langka.
Aspek yang diteliti oleh WGI tersebut adalah tingkat ketertarikan negara tersebut dalam 3 aspek: membantu orang asing, mendermakan uang ke lembaga filantropi, dan menjadi relawan pada sebuah organisasi.
Apa yang menarik dari index di atas?
Pertama, kesejahteraan kehidupan berpengaruh terhadap tingkat kedermawanan.
Mayoritas negara dermawan berasal dari negara maju.
Kedua, jalan hidup mempengaruhi kedermawanan.
Ada tiga negara dari negara pendapatan yang berkategori rendah, termasuk Indonesia, tetapi tingkat kedermawanannya sangat tinggi.
Faktornya, bukan karena kesejahteraan tetapi keyakinan keselamatan hidup dengan jiwa menderma.
Ketiga negara tersebut memiliki ideologi agama dengan ajaran kedermawanan yang sangat kental, Indonesia dengan penduduk yang mayoritas Islam, sementara Myanmar dan Srilanka dengan penduduk yang mayoritas Budha.
Artinya, pandangan bahwa kedermawanan bukan semata dari aspek kesejahteraan juga mendapatkan ruang untuk ditafsir pada paparan index di atas.
Bagaimana pandangan Anda sendiri dari indeks di atas dengan realitas yang Anda saksikan atau situasi yang anda rasakan?
Saya sendiri setuju dengan masuknya Indonesia 10 besar.
Ada beberapa mendasari.
Pertama, fenomena lembaga filantropi atau lembaga donasi sangat menjamur di negeri kita, promosi virtualnya dahsyat, khususnya di bulan Ramadan.
Tentu kehadiran lembaga ini tidak terlepas dari jawaban atas semangat masyarakat untuk menderma.
Bahkan saya sering mendengar orang berkata, banyak orang kaya yang ingin menderma tetapi terkadang bingung mencari di mana mau disumbangkan bantuannya, dari sisi keterpercayaan dan ketepatan sasaran.
Kedua, semakin kayanya inovasi lembaga donasi dalam mengelola semangat menderma masyarakat, termasuk promosi-promosi untuk menderma dengan memainkan sentimen keagamaan masyarakat.
Contohnya: Kalau anda menyumbang 1 juta, itu namanya sumbangan jannatul firdaus, kalau nominalnya di bawah , sumbangannya namanya sesuai level surga di bawahnya.
Saat saya membaca pengkategorian seperti itu, saya bertanya dalam hati, “Kalau tidak menyumbang? Surganya dilihat-lihat saja dari luar.”
Ketiga, kesadaran keberagamaan masyarakat semakin baik. Jargon "tangan di atas" semakin membumi di kalangan kelas menengah Muslim.
Semoga tidak masuk faktor lain, jangankan di tempat aman, masyarakat kita kadang melakukan aksi donasi di tengah jalan ramai.
Artinya, menderma-pun di lakukan di tempat yang membahayakan jiwa.(*)