Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

KRI Nanggala 402

Status KRI Nanggala Subsunk usai Sejumlah Serpihan Ditemukan, KSAL: Kita Siapkan untuk Evakuasi ABK

Status KRI Nanggala 402 Subsunk (sub-sunk)n usai ditemukannya sejumlah serpihan dan barang-barang. KSAL: fase sub-sub kita siapkan untuk evakuasi ABK

Editor: Sakinah Sudin
ANTARA FOTO
FOTO ARSIP - Kapal Selam KRI Nanggala-402 saat Latihan Kerjasama Taktis KRI dan Pesawat Udara 2014 di Laut Jawa. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Status KRI Nanggala 402 Subsunk (sub-sunk)n usai ditemukannya sejumlah serpihan dan barang-barang. KSAL mengatakan pada fase sub-sub disiapkan untuk evakuasi ABK.

Berikut selengkapnya! 

Status 'hilang kontak' kapal selam KRI Nanggala telah berganti setelah sejumlah serpihan dan barang-barang menjadi 'bukti otentik' bahwa kapal telah 'tenggelam'.

Dalam keterangan kepada media pada Sabtu (24/04), Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Yudo Margono, mengatakan kepingan dan bagian yang diyakini bagian atau komponen kapal selam "tidak akan terangkat ke luar kapal apabila tidak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur torpedo."

Kondisi ini terjadi mengingat lokasi terakhir kapal berada di kedalaman 850 meter.

Barang-barang yang ditemukan antara lain, botol oranye berisi grease pelumasan naik-turunnya periskop kapal selam. Kemudian alas yang biasanya dipakai ABK untuk salat.

Menurut Laksamana Yudo Margono, barang-barang tersebut diyakini bagian dari KRI Nanggala berdasarkan kesaksian mantan ABK Nanggala dan komunitas kapal selam.

"Dengan demikian, adanya bukti-bukti otentik diyakini milik KRI Nanggala sehingga saat ini kita isyarakatkan sub-miss kita tingkatkan menuju fase sub-sunk. Fase sub-sunk kita siapkan untuk evakuasi ABK," ujarnya, dilansir Tribun-timur.com dari BBC News Indonesia.

Ditambahkannya, tim pencarian yang mencakup pesawat dan kapal sejumlah negara mendeteksi KRI Nanggala pada kedalaman 850 meter.

"Ini sangat riskan dan memiliki kesulitan tinggi. Dengan kesulitan ini kita tetap jalankan untuk melaksanakan prosedur pengangkatan maupun evakuasi berikutnya," kata KSAL.

Lokasi pencarian

Sebelumnya, Laksamana Yudo Margono, mengungkapkan bahwa KRI Nanggala 402 memiliki persediaan oksigen untuk 72 jam, atau sekitar tiga hari setelah hilang kontak pada Rabu (21/04) pukul 03.00 WITA.

Artinya, cadangan oksigen di kapal tersebut diperkirakan hanya mampu bertahan hingga Sabtu (24/04) dini hari.

Meski tenggat telah terlampaui, sebanyak 20 kapal dan lima pesawat dikerahkan untuk mencari kapal selam berawak 53 orang itu pada Sabtu (24/04) pagi.

Di antara kekuatan tersebut, terdapat satu kapal HMAS Ballarat dari Australia dan satu pesawat P-8 Poseidon milik Angkatan Laut Amerika Serikat.

P-8 Poseidon dilaporkan telah mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali, pada Sabtu (24/04) pukul 03.00 waktu setempat.

Dalam keterangan kepada media, juru bicara Departemen Pertahanan AS, John F Kirby, mengatakan pengiriman pesawat P-8 adalah "untuk membantu pencarian kapal selam Indonesia yang hilang".

"Indonesia adalah sahabat yang baik dan mitra strategis, Kami semua sangat bersedih melihat laporan mengenai kapal selam mereka. Simpati dan doa kami untuk para pelaut Indonesia, Angkatan Laut Indonesia, dan tentu semua keluarga mereka," kata Kirby.

Kirby mengatakan bahwa Pesawat P-8 Poseidon adalah pesawat patroli maritim yang didesain secara khusus untuk mencari beragam hal, khususnya kapal selam.

"Alat yang canggih ini dapat membantu menuntun pemerintah Indonesia untuk mendapatkan gagasan lokasi [pencarian] yang lebih baik," ujarnya.

Salah satu lokasi pencarian yang bakal dimaksimalkan adalah titik ditemukannya kemagnetan kuat yang dideteksi KRI Rimau pada Kamis (22/04).

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Achmad Riad, mengatakan, KRI Rigel akan dikerahkan untuk memantau titik kemagnetan kuat tersebut.

KRI Rigel 933 merupakan kapal survei hydro oseanografi. Kapal ini memiliki kemampuan deteksi bawah air. Kapal ini juga yang digunakan untuk beberapa operasi SAR yang lalu, seperti saat kejadian jatuhnya pesawat Lion Air di Tanjung Karawang dan Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu.

"KRI Rigel saat ini sedang berada dekat, diharapkan sore bisa merapat, bisa membangun dan merencanakan kegiatan untuk (mencari) hasil yang kemarin dari KRI Rimau bahwa ada satu titik magnet yang cukup kuat tidak berubah. Itu akan dikejar, semoga jadi titik terang," ujar Riad saat konferensi pers, Jumat.

Sebelumnya, pada Kamis (22/04), Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, menuturkan bahwa pihaknya mendeteksi kemagnetan tinggi di salah satu lokasi pencarian KRI Nanggala-402.

"Tadi baru kita temukan saat Panglima ke sana, ada kemagnetan yang tinggi di suatu titik di kedalaman 50-100 meter melayang," ucapnya saat konferensi pers, Kamis.

KSAL mengungkapkan bahwa KRI Nanggala 402 sebelum hilang kontak tengah mengikuti latihan penembakan rudal dan torpedo. Latihan yang digelar TNI AL itu diikuti 21 kapal KRI, 5 pesawat dan 2 kapal selama, termasuk KRI Nanggala 402.

Namun, sejak hilangnya kapal selam dengan 53 awak itu, latihan dihentikan dan kini semuanya terfokus pada pencarian.

Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Achmad Riad, mengatakan sebanyak 21 kapal perang dan satu pesawat patroli maritim telah dikerahkan untuk mencari KRI Nanggala.

TNI juga telah menerima bantuan dari Singapura, Malaysia, Australia, dan India.

Singapura akan mengutus kapal Swift Rescue yang berfungsi sebagai kapal penyelamat kapal selam yang mengalami kendala di bawah air.

Adapun Malaysia akan mengirimkan Kapal Rescue Mega Bakti yang diperkirakan tiba Senin (26/04).

Selain kedua negara itu, Australia mengutus dua kapal (HMAS Ballarat dan HMAS Sirius) dan India mengirim satu kapal (SCI Sabarmati).

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga akan membantu pencarian dengan mengerahkan gabungan BPPT, Basarnas dan P3GL (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan) dengan menggunakan kapal Basarnas.

Keluarga Menunggu dan Berdoa

Selagi operasi pencarian digencarkan atas KRI Nanggala 402, keluarga para awak kapal selam tersebut masih menunggu kepastian.

Ratih Wardhani mengaku "menunggu dan berdoa" atas nasib kakaknya, Mayor Laut Wisnu Subiyantoro, yang merupakan satu di antara 53 awak kapal selam tersebut.

Menurut Ratih, kakaknya terakhir berjumpa dengan dua anak dan istrinya di Surabaya sebelum pergi berlayar pada Senin (19/04).

"Kami semua masih syok," sebutnya kepada BBC Indonesia.

Ratih kini berencana bertolak dari rumahnya di Kebumen, Jawa Tengah, ke Surabaya untuk mendampingi kakak iparnya dan kedua keponakannya sekaligus menunggu kepastian nasib Mayor Laut Wisnu Subiyantoro.

Sebelum menjadi awak KRI Nanggala, pria kelahiran 24 Agustus 1971 itu merupakan awak KRI Cakra—kapal selam serupa yang juga dibuat di HDW (Howaldtswerke Deutsche Werft) Jerman.

Dia memulai pendidikan Sekolah Calon Bintara TNI AL sekitar 1989, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Calon Perwira.

Apa yang dapat menyebabkan kapal selam hilang?

Kecelakaan kapal selam di dunia militer termasuk jarang, kata Muhammad Haripin, pengamat pertahanan LIPI.

Peralatan militer punya standar yang lebih tinggi dibandingkan produk komersial atau produk sipil, katanya.

Haripin mengatakan ada dua faktor penyebab kecelakaan kapal selam.

"Yang pertama, kendala teknis. Mungkin ada kerusakan teknis yang tidak terdeteksi atau yang dibiarkan berlarut-larut. Yang kedua, human error, atau faktor manusia," kata Haripin.

"Bisa jadi, personel kurang latihan atau dihadapkan pada medan atau lapangan yang menantang atau tidak lazim," tambahnya.

Kapal selam ini mengangkut 53 orang, terdiri dari 49 anak buah kapal, satu komandan dan tiga orang pakar persenjataan.

Panglima TNI Hadi Tjahjanto mengatakan seperti dikutip sejumlah laporan, seluruh kapal pencari dikerahkan untuk melacak KRI Nanggala-402.

Kapal selam KRI Nanggala 402 adalah satu dari lima kapal selam yang dimiliki Indonesia.

Kapal selam ini sempat diperbarui dan dilengkapi lagi selama dua tahun di Korea Selatan dan selesai pada 2012, menurut kantor berita Reuters.

Kecelakaan kapal selam pernah terjadi pada 2017 di Argentina di selatan Samudra Atlantik dengan 44 awak.

Puing-puing kapal ditemukan setahun kemudian dan para pejabat memastikan kapal selam itu pecah karena tekanan. (BBC News Indonesia)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved