Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Inspirasi Ramadan Hamdan Juhannis

Bumi Kebermaknaan (11): Pencitraan Hanya Topeng dan Topeng Kadang Harus Dilepas karena Membuat Gerah

Pemasangan topeng terkadang miring, tidak pas, atau terlepas. Kadang memang harus dilepas karena pasti tidak mengenakkan dan membuat gerah

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Prof Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin 

Oleh:
Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Satu kisah lagi yang diceritakan oleh teman baik.

Seorang pemuda yang ditinggal mati ayahnya dengan kekayaan yang melimpah.

Setelah kepergiaan ayahnya, dia mencoba membuat usaha sendiri dengan mendirikan perusahaan ekspor -impor.

Namun karena karakternya yang bukan pekerja keras, dia hanya datang ke kantornya saat ada janjian dengan orang.

Suatu waktu pemuda itu punya janji dengan seseorang.

Dia datang duluan untuk tujuan tertentu.

Saat tamunya datang, dia pura-pura sedang sibuk menelepon mitra usahanya dengan telepon kantor, sambil mempersilakan tamunya duduk di depan mejanya, supaya pembicaraannya bisa terdengar.

Dia sengaja perdengarkan pembicaraan yang berkelas, tentang kesibukan dirinya, dan capaian usahanya yang sudah bertaraf multinasional.

Setelah sudah dirasa cukup, dia menutup telepon sambil menyapa tamunya.

Dan tamunya memperkenalkan diri bahwa dia berasal dari perusahaan telepon untuk melakukan pemasangan kabel telepon kantor perusahaannya yang belum tersambung.

***

Ilustrasi di atas  adalah pembelajaran menjadi diri sendiri.

Begitu banyak orang yang memerankan karakter yang sebenarnya tidak mewakili dirinya.

Banyak orang yang menggunakan "topeng" supaya penampakannya bisa memukau.

Banyak yang berbuat untuk membangun apa yang disebut "pencitraan".

Pencitraan  sebagai tokoh moral atau tokoh pencapaian yang bersifat material.

Memakai topeng pencitraan tentu tidak bisa selamanya berlangsung apik.

Karena topeng hanya rekayasa, tidak bisa menyatu dalam setiap langkah dan perilaku. 

Pemasangan topeng terkadang miring, tidak pas, atau terlepas. Kadang memang harus dilepas karena pasti tidak mengenakkan dan membuat gerah, dan saat dilepas disitulah bisa membuat jengah, karena ketahuan wajah aslinya.

Itulah yang terjadi dengan perilaku topeng pencitraan si pemuda itu.

Dia ingin tampil hebat di depan orang lain, tapi sebenarnya itu bukan dirinya.

Dia belum melakukan apa-apa untuk pengembangan kehidupannya.

Dia hanya membual.

Cara seperi itu pasti melelahkan bagi dirinya untuk selalu dianggap sebagai orang hebat.

Dan tentunya bukan hanya melelahkan tapi mempermalukan diri sendiri.

Jadi tidak ada pilihan lain, menjadi diri sendiri tapi tak lupa mengembangkan diri.

Saya masih ingat waktu kecil, permainan topeng memang asyik sebagai permainan peran.

Kecuali satu teman pria, selalu membeli topeng dengan wajah yang seram-seram, padahal anaknya agak kemayu.(*) 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Rakyat Terluka

 

Firasat Demokrasi

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved