Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mudik Lebaran

Gelombang Curi Start Mudik Diperkirakan Terjadi Akhir April 2021

Aksi mencuri start mudik lebaran sebelum tanggal 6 Mei 2021 harus diwaspadai. Hal tersebut dianggap bisa mengancam pertahanan kesehatan

Editor: Muh. Irham
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
Ilustrasi calon penumpang di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar 

TRIBUNTIMUR.COM - Aksi mencuri start mudik lebaran sebelum tanggal 6 Mei 2021 harus diwaspadai. Hal tersebut dianggap bisa mengancam pertahanan kesehatan dan bukan tidak mungkin bakal mengarah seperti kejadian di India dimana kasus positif Covid-19 meroket.

"Harus diwaspadai potensi mudik di luar ketentuan resmi, karena akan mengancam pertahanan kesehatan kita. Kasus di India harus menjadi cermin kita bersama," kata Anggota Komisi IX DPR, Rahmad Handoyo dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Selasa (20/4/2021).

Menurut Rahmad perlu langkah dan antisipasi nyata dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh elemen masyarakat untuk menghindari peningkatan kasus Covid-19 seperti di India. Salah satu caranya mematuhi larangan mudik.

Rahmad mengingatkan pandemi setiap saat bisa meledak jika masyarakat lengah dan abai terhadap ketentuan pemerintah.

"Bila nekat mudik, perlu langkah tegas dari aparat desa dan petugas keamanan untuk melarang masuk wilayah tujuan. Bila nekat, ya diminta pulang lagi," tutur Rahmad.

Sementara itu Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengimbau kepada masyarakat untuk terus menjaga diri, mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah dan WHO. "Kita harus berkaca pada negara lain, di mana banyak sekali orang yang terpapar Covid-19 yang justru tidak selamat. Di India masyarakatnya sangat kesulitan karena tingkat penyebaran virus mencapai 100 ribu per hari," ujar Saleh.

Saleh berharap kondisi di India tidak terjadi di Indonesia.

"Satu-satunya cara untuk mengantisipasi adalah dengan mematuhi protokol kesehatan, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan," katanya.

Saleh menilai pemerintah perlu mengimbau masyarakat untuk tetap berada di tempat tinggal masing-masing alias tidak mudik. Karena penyebaran virus Covid-19 sangat tergantung pada tingkat mobilitas masyarakat.

"Karena itu, masyarakat tetap di tempat tinggal masing-masing, tidak ada kontak antara satu orang dengan orang tertentu kepada orang lain di daerah lain," kata Saleh.

Untuk mengantisipasi masyarakat tetap mudik, dia meminta pemerintah konsisten melakukan penyekatan di perbatasan. Saleh sepakat masyarakat yang nekat mudik diisolasi ketika tiba di daerah tujuan.

"Tidak mudik dulu untuk mengendalikan Covid-19. Itu yang harus dipahami masyarakat kita. Memang tidak mudah, tapi saya kira kalau dikerjakan masih ada harapan," kata Saleh.

Ada Lonjakan

Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia Kurnia Lesani Adnan memprediksi gelombang pemudik yang mencuri start bisa terjadi setelah tanggal 20 April 2021. Menurut pria yang akrab disapa Sani tersebut, dari reservasi di sistem banyak pemudik yang ingin melakukan perjalanan dengan bus.

"Kita lihat minggu depan seperti apa. Apakah seberapa besar naiknya, baru kita bisa membaca itu boleh dianggap mudik yang lebih awal. Karena anak sekolah kan udah mulai libur, kemarin tes, udah terima rapor. Jadi kalau sebelum puasa kemarin saya tidak setuju dianggap mudik lebih awal. Tapi setelah seminggu puasa ini kita lihat peningkatannya seperti apa," ujar Sani.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved