Tribun Luwu Utara
Siapa Makole Baebunta ke-25 Andi Mannenne? Pemuka Adat yang Tewas Ketika Melawan Belanda
Perlawanan rakyat Luwu melawan Belanda dipimpin oleh Makole Baebunta ke-25 Andi Mannenne Opu To Pawennei Opu Matinroe Bentenna
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Suryana Anas
TRIBUNLUTRA.COM, BAEBUNTA - Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadikan makam di Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, sebagai cagar budaya.
Makam tersebut tepat berada di samping kiri SDN 027 Baebunta.
Sekitar enam kilometer ke arah barat dari ibu kota Luwu Utara, Masamba.
Informasi dihimpun Tribun Timur di lokasi, Sabtu (17/4/2021), makam tersebut milik Makole Baebunta ke-25 Andi Mannenne dan Makole Baebunta ke-32 Andi Pallawa.
Keduanya merupakan bapak dan anak.
Pada area makam, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulsel memasang papan informasi.
Isinya menegaskan bahwa makam dilindungi Undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Serta Perda Kabupaten Luwu Utara Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Cagar Budaya.
Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan juga menjelaskan bahwa di tempat itu telah tertumpah darah pejuang.
Perlawanan rakyat Luwu melawan Belanda yang dipimpin oleh Makole Baebunta ke-25 Andi Mannenne Opu To Pawennei Opu Matinroe Bentenna pada tanggal 12-20 September 1905.
Di area makam tersebut, terdapat pula penjelasan bahwa Andi Mannenne adalah makole keturunan dari Raja Luwu ke-25 yakni Andi Lakaseng Opu Matinroe Kalulu Bodoe.
Sekaligus orang tua dari Makole Baebunta ke-32 Andi Pallawa.
Andi Mannenne diketahui sebagai salah satu pemuka adat di zaman penjajahan Belanda.
Dia dikenal sebagai seorang pemimpin yang keras namun bijak.
Tidak pernah gentar dan menyerah kepada penjajah.
Sehingga beliau wafat di bentengnya ketika mempertahankan Baebunta dari serangan Belanda.
Untuk mengenang perjuangannya, maka ketika wafat beliau diberi julukan Opu Matinroe Bentenna.
Yang bermakna bahwa menghembuskan nafas terakhirnya di bentengnya. (*)