Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Inspirasi Ramadan Hamdan Juhannis

Bumi Kebermaknaan (5): Kesetiaan itu Meleburnya Rasa dengan Lainnya, Bukan Setiap Tikungan Ada

seperti itulah kesetiaan bekerja dalam hidup, bagaimana Anda memperlakukannya kepada yang lain yang mungkin bisa disebut sebagai hubungan sebab-akibat

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Prof Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin 

Oleh:
Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ini tentang Moly, kucing peliharaan keluarga kami yang ada di rumah.

Dia jenis kucing garfield.

Perawakan kucing garfield itu mirip singa kecil, dari warna dan motif bulunya. 

Kucing mungkin bukan jenis hewan yang memiliki intelegensi tinggi, dibanding dengan misalnya anjing atau lumba-lumba.

Namun saya membaca, Moly tetap memainkan naluri untuk merasa dekat dengan yang lain. Saya hanya mengira-ngira karena saya tidak tahu persis, saya bukan ahli tentang sifat dan prilaku hewan.

Yang ingin saya jelaskan adalah siapa yang terdekat dengan Moly di antara anggota keluarga saya. 

Yang pertama adalah isteri saya.

Dia selalu mengikuti ke mana isteri saya duduk.

Dia bahkan suka naik duduk berdampingan. Yang paling menarik saat malam, Moly juga ikut tidur di kamar, persis di bawah posisi tempat tidur isteri saya.

Bagaimana isteri saya memperlakukan Moly?

Dia memperlakukannya  seperti anggota keluarga.

Saya terkadang terkejut, cara Moly disapa olehnya, "No Moly, jangan nak!"

Sampai saya candai, “Oh, Moly anak ketiga kamu yah...”

Orang kedua terdekat dengan Moly adalah anak bungsu saya, Anritta.

Saya yakin itu, karena kalau Anritta memanggil Moly bersamaan dengan orang lain, Moly lebih memilih berlari ke Anritta.

Faktornya, Anritta yang paling rajin memberikan makanan kepada Moly.

Dan setelah Anritta, yang dekat adalah dengan Anak pertama saya, Alena.

Kepedulian Alena adalah rajin mengelus Moly dan dialah yang membawanya ke dokter hewan untuk kontrol.

Saya-lah orang terakhir yang menjadi pilihan Moly di rumah.

Relasi saya dengan Moly tepatnya, asal tidak saling mengganggu.

Dari kasus Moly, saya dianggap oleh keluarga bukan tipe penyayang binatang.

Masalahnya memang sudah dari awal.

Saat Moly diambil, saya ingin memberinya nama yang agak arab-arab, misalnya, Kittun, tapi tidak ada yang sepakat. Saya kalah suara.

Saya juga terlalu logis menyikapi Moly. Moly itu hewan, saya harus selesai relasi saya dengan manusia, baru beranjak ke hewan.

Yang lain juga,  Saya  yang paling suka menggerutu kalau Moly kencing sembarangan.

Dari level keterpautan antara Moly dengan anggota keluarga saya, saya mencoba memahami  seperti itulah kesetiaan bekerja dalam hidup, bagaimana Anda memperlakukannya kepada yang lain yang mungkin bisa disebut sebagai hubungan sebab-akibat.

Kesetiaan itu bukan hal yang manusiawi saja, tapi juga hewani.

Kesetiaan itu kepedulian.

Kesetiaan itu hilangnya gap psikologis terhadap lainnya.

Kesetiaan itu meleburnya rasa dengan lainnya.

Kesetiaan itu mengaburnya dominasi logika dan meningkatnya peran rasa.

Kesetiaan itu melemahnya kalkulasi sudut pandang material, tapi menguatnya hitungan pada nilai moral.

Kesetiaan itu meleburnya kepentingan sesaat, mengentalnya rasa selalu ingin memiliki.

Kesetiaan itu rasa tidak ingin berpisah, ingin sehidup semati, atau ingin dikubur bersama.

Kesetiaan itu selalu hadir untuk yang lain, apapun caranya.

Kesetiaan itu bukan tergantung sikon, tapi selalu berwujud lakon.

Bukan juga seperti persepsi kaum playboy, Setia (Setiap  Tikungan Ada).(*)

DISCLAIMER: Dalam Ramadan 1442H/2021M ini, Prof Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin, berbagi tulisan Inspirasi Ramadan 2021 dengan tema Bumi Kebermaknaan dan dimuat di Tribun Timur cetak dan di Tribun-Timur.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Rakyat Terluka

 

Firasat Demokrasi

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved