Reshuffle Menteri
PROFIL atau Biodata Abdul Muti Cocok Ganti Nadiem Makarim, Dulu Nolak Posisi Wamendikbud
Selain Haedar Nashir, tokoh Muhammadiyah Abdul Muti disebut cocok gantikan Nadiem Makarim.
TRIBUN-TIMUR.COM,- Satu lagi tokoh Muhammadiyah disebut cocok gantikan Nadiem Makarim.
Isu reshuffle semakin berembus kencang terutama pengganti Nadiem Makarim.
Hal ini setelah peleburan Mendikbud dan Kemenristek menjadi Kemendikbudristek.
Sejumlah nama mencuat ke publik disebut cocok gantikan Nadiem Makarim.
Dua diantaranya adalah tokoh Muhammadiyah.
Haedar Nashir dan Abdul Muti.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai penggabungan dua institusi itu wajar karena masih satu rumpun demi mengoptimalkan kinerja Kementerian dimasa mendatang.
“Saya melihatnya wajar saja dan buat saya pribadi melihat baiknya dua Kementerian ini digabungkan karena Mendikbud itu mengurusi Pendidikan Dasar dan Menengah kemudian Ristek Dikti itu mengurus Pendidikan Tinggi," ujar Qodari kepada wartawan, Selasa (13/4/2021) dikutip dari Tribunnews.com.
Mengenai siapa yang bakal memimpin Kementerian hasil peleburan itu, Qodari berpendapat Sekjen Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti layak dipertimbangkan menjadi salah satu kandidat Menteri menggantikan Nadiem Makarim.
“Waktu itu kan diproyeksikan menjadi calon Wakil Menteri Pendidikan tetapi kan batal konon kabarnya karena Muhammadiyah kurang berkenan, sebab dari NU Yaqut Cholil Qoumas menjadi Menteri Agama,” ujarnya.
Qodari menambahkan, postur Kementerian menjadi proporsional, di mana secara tradisi Menteri Pendidikan berasal dari latar belakang Muhammadiyah, sedangkan Kementerian Agama menjadi wilayahnya Nahdlatul Ulama (NU).
“Supaya imbang dan proporsional ada kemungkinan Prof. Abdul Mu'ti ini akan menjadi menjadi Menteri Pendidikan yang baru karena memang secara tradisi yang namanya Menteri Pendidikan itu biasanya punya latar belakang Muhammadiyah, sementara untuk Nahdlatul Ulama jatahnya dari Menteri Agama, jadi klop kayaknya,” ucapnya.
Qodari memprediksi Muhammadiyah akan mendukung bila Abdul Mu'ti diangkat jadi Menteri, bukan wakil menteri sebagaimana tawaran pada reshuffle kabinet pada Januari 2021 kemarin.
"Rasanya PP Muhammadiyah pasti dukung kalau Prof. Abdul Mu'ti jadi Mendikbudristek,” ujar Qodari.
Selain itu, kata Qodari sosok Abdul Mu’ti merupakan sosok yang memiliki alam pemikiran moderat dan toleran.
Hal itu relevan di tengah suburnya paham radikal, jadi sudah saatnya institusi pendidikan Indonesia menjadi pintu penyemaian pemikiran toleran melawan radikalisme.
“Pendidikan jadi pintu menuju penyemaian pemikiran radikal versus toleran. Kebetulan topik pidato Guru Besar Prof. Abdul Mu'ti. Cocok. Buku-buku yang ditulis Prof. Abdul Mu'ti menggambarkan pemikiran Islam nya yang moderat dan toleran," katanya.
Lanjut Qodari, sudah saatnya Kementerian Pendidikan dikembalikan kepada Muhammadiyah yang sudah berpengalaman mengelola sekitar kurang lebih 162 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, sementara tingkat Sekolah Dasar (SD), SMP dan SMA lebih banyak lagi sebagaimana data bulan Agustus 2020.
“Itu cocok untuk Muhamadiyah karena Muhammadiyah itu punya Pendidikan Dasar dan Menengah, punya Pendidikan Tinggi, jadi punya skill soal Pendidikan Tinggi,” pungkasnya.
Nolak Posisi Wamendikbud
Kepada Kompas.com, Mu'ti bercerita, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno dan Mendikbud Nadiem Makarim sempat menghubunginya pada Selasa (22/12/2020) terkait jabatan wakil menteri.
Mendapat tawaran tersebut, dirinya mengaku harus bermusyawarah kepada pihak keluarga dan meminta nasihat dan petunjuk kepada Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.
"Perasaan saya biasa saja (ketika mendapat telepon). Saya sampaikan kepada Mendikbud, saya harus musyawarah dengan keluarga dan minta nasihat Pak Haedar selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah," ujarnya melalui aplikasi pesan WhatsApp, Kamis (24/12/2020).
Setelah melalui berbagai pertimbangan, dirinya kemudian memutuskan untuk tidak bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju tersebut.
Mu'ti beralasan, dirinya tidak bergabung karena merasa tidak mampu mengemban amanah yang berat.
"Saya sampaikan keberatan itu kepada Pak Haedar, Ketua Umum PP Muhammadiyah," kata dia.
Mu'ti melanjutkan, pesan tersebut kemudian diteruskan Haedar kepada Mensesneg Pratikno.
"Sampai Selasa malam saya masih dihubungi protokol istana untuk bersiap pelantikan Rabu pukul 9," katanya lagi.
Namun keputusan tersebut batal para Rabu (23/12/2020) pagi.
"Pagi, setelah shalat Subuh saya kontak Pak Mensesneg soal pelantikan. Beliau jawab saya tidak jadi masuk Kabinet Kerja. Mendengar jawaban itu saya langsung mengucap Alhamdulillah," kata dia.
Lebih lanjut, Mu'ti menegaskan keputusannya tidak bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju hanya soal pilihan hidup dan tidak ada persoalan apa pun.
"Jadi tidak ada masalah antara PP Muhammadiyah dengan Pemerintah. Saya ngukur kemampuan diri," katanya. "Dalam falsafah Jawa, dadiyo wong sing biso rumongso, ojo rumongso biso (Jadilah orang yang bisa menempatkan diri, dan jangan menjadi orang yang merasa bisa)," pungkasnya kepada Kompas.com.
Profil Abdul Mu'ti
Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed. merupakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Ia lahir di Kudus, 2 September 1968.
Abdul Mu'ti menamatkan pendidikan gelar S1 di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 1991.
Kemudian, ia melajutkan S2 di Flinders University South Australia dan lulus tahun 1996.
Selanjutnya, Abdul Mu'ti menempuh pendidikan S3 di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada 1993, ia mulai mengajar sebagai dosen di IAIN Walisongo.

Ia kemudian menjadi dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mulai tahun 2014.
Abdul Mu'ti adalah salah satu Advisor di The British Council London sejak 2006.
Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris PWM Jateng periode 2000-2002.
Pada 2005-2006, ia menjadi Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah.
Kemudian, Abdul Mu'ti menjadi Sekretaris Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah 2005-2010.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
Abdul Mu'ti telah dikukuhkan menjadi Guru Besar bidang ilmu pendidikan Agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 September 2020.
“Menjadi guru besar adalah awal saya belajar,” ucap Abdul Mu’ti saat penyampaian orasi ilmiah atas pengukuhan Guru Besar, dikutip dari suaramuhammdiyah.id.
Pada acara tersebut dihadiri oleh Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla; Menko PMK, Muhadjir Effendy; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim; dan Mantan Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin.
“Jujur, pengukuhan Guru Besar ini begitu emosional bagi saya untuk berdiri dan menyampaikan pidato di sini. Ini sesuatu yang begitu emosional bagi hidup saya."
"Sebelumnya saya begitu gugup dan emosional ketika diminta bapak untuk melamar calon istri pertama saya dan ketika mengucap ijab sah bahwa saya adalah seorang suami yang harus cinta dan setia kepada istri,” ujarnya.