Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Arah Baru Peta Politik Sulsel

Catatan Rakorwil Nasdem Sulsel, Membumikan Restorasi Mewaspadai Gerombolan Oportunis

Jangan menjadikan politik hanya sebagai alat mencari keuntungan. Harus secara benar dan tepat menjadikan partai sebagai alat untuk kemakmuran rakyat

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto Catatan Rakorwil Nasdem Sulsel, Membumikan Restorasi Mewaspadai Gerombolan Oportunis
DOK
Mulawarman, Alumnus Universitas Hasanuddin

Namun, Nasdem Sulsel  tidak boleh lengah, karena mudah sekali masyarakat berpindah pilihan, bila nyata-nyata partai yang didukungnya tidak lagi memperjuangkan aspirasi rakyat.

Karena pada akhirnya masyarakat akan menghukum, tidak lagi memilih bila komitmen kerakyatannya hanya lips service. Lihat saja partai politik dan elit petahana yang banyak tumbang di sulsel, padahal mereka sebelumnya sudah lama berkiprah.

Dari dan Untuk

Nasdem tetap perlu waspadai. Ancaman politik yang berpotensi menggerus elektabilitas partai. Terutama dari perilaku elite atau kader politik yang cenderung tidak menjaga marwah partai.

Mereka hanya menjadi penumpang gelap atau kutu loncat. Ikut saat kapal sedang berlayar, loncat saat sedang akan karam.

Menjadi agen yang menjatuhkan suara partai apakah karena terlibat korupsi atau skandal etik. Atau hanya menggunakan partai sebagai alat transaksi kepentingan politiknya.

Sosiolog politic, Max Weber (1919) pernah membedakan dalam konsepnya yang terkenal politik sebagai sebuah pekerjaan (politic as vocation).  Yaitu ada dua orang yang hidup dari politik (from politics) dan orang yang hidup untuk politik (for politics).

Dua karakter politisi ini dibedakan pada caranya berpolitik. Namun tetap sama dalam hal menjadikan politik sebagai instrumen dari masing-masing tujuannya.

Yang pertama menjadikan politik sebagai sarana menaikan taraf hidupnya. Ia menghidupi kebutuhan sehari-harinya dengan bekerja dari partai politik. Ia mengambil apa yang ada dari partai.

Sementara yang kedua, ia menjadikan politik untuk aktualisasi cita-cita dan pengabdiannya.

Pikiran, tenaga, dan bahkan materinya dikerahkan untuk rakyat, melalui perannya dalam penguatan partai politik.

Ia memberi apa yang dimiliki untuk partai. Kiprahnya di politik dimaknainya sebagai calling alias panggilan hati, karena ingin mengabdi.

Yang pertama umumnya adalah kumpulan para politisi oportunis, atau para pengangguran politik yang mencari kerja di partai.

Sementara yang kedua, umumnya mereka para politisi yang telah selesai dengan urusan ekonominya. Mereka tidak lagi disibukan urusan mencari uang, karena sebelum masuk partai dia sudah kaya. Di partai dia justru membagikan kesejahteraannya. Bukan justru hidup atau mengambil uang dari partai.  

Partai politik, tidak hanya Nasdem. Bila diisi oleh orang-orang atau kader yang oportunis, atau tempat berkumpulnya gerombolan pengangguran politik, maka hanya tinggal menunggu waktu. Ditinggalkan oleh rakyat. Tidak lagi akan dipercaya, apalagi dipilih.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved