Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gantung Diri di Awangpone

Tiga Bulan, Tiga Kasus Gantung Diri karena Depresi di Bone

Sebanyak tiga kasus bunuh diri terjadi di Kabupaten Bone dalam tiga bulan terakhir ini.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM/KASWADI ANWAR
Jubir Penanganan Covid-19 Bone, Yusuf 

TRIBUNBONE.COM, TANETE RIATTANG - Sebanyak tiga kasus bunuh diri terjadi di Kabupaten Bone dalam tiga bulan terakhir ini.

Ketiga korban kasus bunuh diri mengalami depresi, hingga nekat mengakhiri hidupnya.

Kasus pertama terjadi, pada Sabtu (31/1/2021) di Dusun Pajelle, Desa Mattoanging, Kecamatan Tellu Siattinge.

Pria inisial IR (32) nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di kamarnya.

Ia diduga mengalami depresi setelah usaha yang dibuat di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak menuai hasil.

Lalu kasus kedua terjadi di Dusun Gemmi, Desa Bengo, Kecamatan Bengo pada Senin (1/3/2021) pukul 17.30 Wita.

Seorang pemuda bernama Irsan alias Iccang meregang nyawa usai gantung diri di kamarnya. Ia nekat mengakhiri hidup karena depresi. Hampir setahun dia hanya mengurung diri rumah.

Kasus ketiga, terjadi di Desa Pacing, Kecamatan Awangpone, kemarin, Selasa (23/3/2021) pukul 18.00 Wita.

Ikayani, perempuan yang menempuh pendidikan di sekolah pelayaran Queen Institut Makassar mengakhiri hidupnya dengan gantung diri dengan seutas tali di kamar orang tuanya.

Jasad perempuan berusia 19 tahun ini ditemukan pertama kali oleh ibunya, Idawati. Ikayani diduga mengalami depresi dan sakit kepala tiga bulan terakhir.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Bone, Yusuf mengatakan sulit mendeteksi orang dalam gangguan jiwa (ODGJ).

Ada tiga tingkatan ODGJ, mulai dari ringan, sedang hingga berat.

"Kebanyakan orang menganggap ODGJ  itu yang menggelandang di jalan, mengamuk di tegah masyarakat dan bicara sendiri. Padahal ODGJ, bisa saja depresi, keadaan stress dan tertekan sudah masuk gangguan jiwa. Dan ini yang agak sulit dideteksi," katanya Rabu (24/3/2021).

Oleh karena itu, kata dia, perlu peran serta masyarakat dan keluarga. Jika mendapati sanak keluarga berubah tingkah lakunya, maka harus mendapat perhatian lebih. Jangan sampai mengarah ke gangguan jiwa ringan maupun berat.

Dijelaskan Yusuf, jika masyarakat memiliki anggota keluarga yang memiliki tanda-tanda depresi dan gangguan jiwa agar menyampaikan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved