Muslim Mindanao
Target Daerah Otonomi Bangsamoro, Ratusan Ribu Muslim Mindanao Konvoi, Minta Ini ke Presiden Duterte
Peserta konvoi perdamaian ini meminta Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperpanjang masa transisi pemerintahan di wilayah tersebut hingga 2025.
TRIBUN-TIMUR.COM – Daerah Otonomi Bangsamoro di Muslim Mindanao telah mendapatkan kesepakatan damai kawasan mayoritas Muslim dengan pemerintah.
Tak kurang ada enam keuntungan signifikan yang disepakati antara dengan Bangsamoro di Muslim Mindanao dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Meski demikian mereka yang berjumlah seratusan ribu Muslim Mindanao di selatan Filipina, melakukan aksi konvoi damai pada Minggu (21/3/2021) lalu.
Peserta konvoi perdamaian ini meminta Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperpanjang masa transisi pemerintahan di wilayah tersebut hingga 2025.
Kantor Berita Turki, Anadolu Agency memberitakan, sekitar 100.000 orang bergabung dengan organisasi organisasi non-pemerintah yang berangkat dari kota Cotabato dengan kendaraan mereka.
Peserta konvoi menempuh perjalanan sekitar 13 jam dan berkeliling banyak kota, sebelum kembali ke Cotabato.
Warga dari berbagai kelompok umur yang hadir dalam acara tersebut meneriakkan slogan "Biarkan Pemerintahan Transisi Bangsamoro diperpanjang".

Gerakan Manajemen Moral, salah satu organisasi non-pemerintah yang menyelenggarakan konvoi, meminta Presiden Filipina, Rodrigo Duterte,
Terutama untuk memprioritaskan proposal yang diajukan ke Parlemen dan Senat untuk memperpanjang durasi pemerintahan transisi BARMM (Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao).
Dalam wawancara dengan Anadolu Agency, Perdana Menteri BARMM Murat Ibrahim menyatakan bahwa sejauh ini,
5 resolusi telah diajukan di parlemen dan 2 di senat untuk memperpanjang masa transisi pemerintahan.
Perdana Menteri menyatakan bahwa Presiden Filipina, Duterte, juga mendukung usulan perpanjangan masa transisi.

Daerah Otonomi Bangsamoro di Muslim Mindanao
Gencatan senjata yang ditandatangani pada 2012 mengakhiri perang berusia hampir 60 tahun antara Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan militer Filipina.
MILF berjuang untuk membentuk negara Muslim di Mindanao yang berada di selatan Filipina.