Anton Medan Meninggal
Anton Medan Meninggal Dunia, Begini Perjalanan Hidupnya Sejak Jadi Preman Hingga Jadi Muallaf
Pemuka agama keturunan Tionghoa tersebut telah dikonfirmasi oleh Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa (PITI), Ipong Hembiring Putra, Senin (15/3/2021).
TRIBUNTIMUR.COM - Mantan preman yang kini menjadi muballigh, Ramadhan Effendi atau Tan Hok Liang, atau lebih populer dengan nama Anton Medan, dikabarkan meninggal dunia, Senin (15/3/2021) sore.
Anton tutup usia di kediaman pribadinyam Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Pemuka agama keturunan Tionghoa tersebut telah dikonfirmasi oleh Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa (PITI), Ipong Hembiring Putra, Senin (15/3/2021).
Menurut Ipong, Anton meninggal setelah berjuang melawan sakit yang diidapnya.
"Iya benar, karena stroke dan diabetes," ujar Ipong.
Siapa sebenarnya Anton Medan?
Nama Tan Hok Liang atau Anton Medan tak lepas dari dunia hitam yang pernah dilaluinya. Pria tersebut telah bergelut dengan dunia kejahatan sejak usianya masih 12 tahun.
Dia sudah bolak-balik keluar masuk penjara karena kasus perampokan, judi dan aksi premanisme lainnya.
Dunia hitam itu kini tinggal kenangan dalam dirinya. Anton Medan memutuskan insaf dari segala macam jenis kejahatan.
Pria kelahiran Sumatera Utara itu kini lebih dikenal bukan sebagai preman. Tapi penceramah dari masjid ke masjid.
Anton Medan memutuskan berhenti dari dunia hitam ketika mendekam di dalam penjara.
Perjalanannya sebagai preman berhenti setelah mendapatkan hidayah dan masukan dari sesama narapidana di Lapas.
Setelah hijrah, Anton Medan pun akhirnya resmi memeluk Agama Islam.
Pengucapan dua kalimat Syahadat itupun diucapkan dihadapan Alm KH Zainudin MZ pada tahun 1992 silam.
Sejak umur 12 tahun, Anton Medan sudah merantau ke Tebing Tinggi. Ketika itu, dia sudah menjadi tulang punggung keluarga dan putus sekolah.
Anton Medan menjadi anak jalanan dengan bekerja sebagai calo di Terminal Tebing Tinggi. Tugasnya membantu sopir bus untuk mencari penumpang.
Singkat cerita, suatu hari Anton Medan cek-cok dengan salah satu supir busnya.
Dia telah mencarikan penumpang namun tak diberikan upah atas kerjanya itu. Karena terpancing emosi, Anton Medan memukul sopir itu dengan balok.
Kejadian itu untuk pertama kalinya menyeret Anton Medan berurusan dengan pihak kepolisian. Setelah kejadian itu, dia kembali ke Kota Medan.
Peristiwa serupa pun terjadi, setelah dipukuli oleh beberapa sopir bus, Anton Medan akhirnya membalas dengan sabetan parang yang membuat salah satu sopir tewas.
Anton medan pun harus mendekam di penjara selama empat tahun. Jeruji besi memberikan kenyataan yang pahit untuk dia.
Selama bertahun-tahun, Anton Medan hanya dijenguk satu kali oleh keluarganya.
Setelah melewati masa hukuman, Anton Medan pun kembali kerumahnya. Tetapi, dia merasa keluarganya tidak menerima dia lagi yang notabene sebagai narapidana.
Akhirnya, Anton Medan mengambil keputusan besar untuk merantau ke Jakarta beradu nasib. Awalnya, dia ke Ibu Kota dengan tujuan mencari alamat pamannya di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Tapi bukannya disambut, pamannya itu malah mengusirnya.
Kekecewaan mendalam dan merasa sebatang kara membuat Anton Medan marah. Masa depannya dianggap telah usai.
Perjalanannya menjadi penjahat kelas teri pun dimulai dari rangkaian itu.
Awal mula kriminalitas yang dilakukan Anton Medan adalah menjadi seorang penjambret. Merasa tak cukup, dia lambat laun berubah menjadi seorang perampok.
Semua itu dilakukan Anton Medan lantaran keadaan dan situasi yang mendorongnya menjalani aktivitas sebagai seorang kriminal.
Anton Medan pun mulai mengepakan sayapnya ke dunia perdagangan obat-obatan terlarang. Dari modal itu, dia akhirnya menjadi bandar judi.
Dengan segala kejahatan yang dirintisnya, akhirnya orang di sekitarnya menjuluki dia dengan panggilan Anton Medan sang penjahat kelas kakap yang keluar masuk penjara.
Tapi semua itu tinggal cerita dan kenangan. Kini, Anton Medan adalah sosok yang ikut membantu menegakan hukum dan menumpas kejahatan.
Kejamnya hidup membuat dia tersadar. Proses pencarian tuhan pun menjadikannya pribadi yang agamis dewasa ini.
Anton Medan pun mendirikan Majelis Taklim Atta'ibin untuk menampung para mantan narapidana dan pengangguran agar tak terjebak ke dunia kejahatan.
Menurut Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi, insafnya para preman kelas kakap dapat dikategorikan dalam beberapa faktor.
"Preman insyaf disebabkan oleh beberapa faktor. Telah terpenuhinya kebutuhan ekonomi minimal telah menemukan jalan memenuhinya," kata Sigit kepada Okezone, Jakarta, Jumat 18 Oktober 2019.
Selain itu, kata Sigit, faktor keluarga juga bisa menjadikan seorang penjahat memutuskan untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
"Telah berkeluarga dan tidak menginginkan keluarganya rusak baik karena reputasi yang bersangkutan atau takut masa depan anaknya. Tida tumbuhnya regenerasi kepemimpinan, sehingga para anggota menarik diri ke kehidupan normal," tutup Sigit.(*)