Tribun Luwu Timur
'Disuruh Injak Bara Api', Fakta-fakta Remaja 18 Tahun Meninggal Saat Ikut Pengkaderan Cinta Alam
Fakta-fakta Rifaldi Remaja 18 Tahun Meninggal Saat Ikut Pengkaderan Pecinta Alam KPA Sangkar Luwu Timur
Ibu Aditya yang mendampingi anaknya saat diwawancarai itu, meminta anaknya jujur dan bicara apa adanya perihal apa yang dialami saat mengikuti diklat.
Aditya kemudian menceritakan hal menyedihkan yang diterima almarhum Rifaldi saat mengikuti diklat KPA Sangkar Luwu Timur ini, hingga akhirnya meninggal.
"Semua badannya dipukul (Rifaldi), kan tidak mampu mi kasian jalan. Mau ka bertanya begitu sama senior ku kasih pulang mi saja itu (Rifaldi) kasian karena nda mampu mi jalan. Mau ka bertanya begitu na saya juga dipukul nanti, bae tersiksa sekali ki," katanya.
Yang paling menyedihkan kata Aditya saat malam terakhir perihal kondisi dan perlakuan yang dialami almarhum dari senior.
"Saya lihat jelas itu pas hari terakhir, malamnya. Disuruh berdiri (Rifaldi) tidak bisa mi berdiri, dibakar mi (kakinya) pakai bara-bara api," ujar Aditya.
3. Terduga Pelaku Itu Senior
Tidak sampai disitu, setelah kaki Rifaldi dibakar pakai bara api oleh senior, dada Rifaldi lalu ditendang dan disuruh untuk berdiri.
"Yang jelasnya pendiri itu pelakunya (yang bakar kaki dan tendang dada Rifaldi," kata Aditya.
Menurut Aditya, Rifaldi saat ditanya apakah masih bisa, terpaksa menjawab masih semangat agar tidak dipukuli.
"Sedangkan saya juga tidak bisa mi ka, tapi takut ka, satu kali ki bilang begitu, ditempeleng ki, teman ku bilang pulang, ditempeleng pakai eiger, mukanya, telinganya sampai bernanah," ujarnya.
TribunLutim.com juga menemui salah seorang peserta bernama Ricky. Saat diklat, Ricky bertugas sebagai kepala suku.
Ricky terlihat tertidur dengan kondisi tubuh memar pada bagian wajah, luka pada kaki kiri dan ada bekas seperti terbakar di daerah dada atasnya.
Ibu Ricky, Bertha Sanda mengatakan anaknya izin berangkat untuk mendaki gunung dan tidak tahu menahu akan ada diklat sampai akhirnya putranya juga dianiaya.
"Anak saya kalau bernafas berat kayak tahan sakit, waktu pertama lihat saya berteriak karena mukanya lebam," kata Bertha.
4. Penjelasan Ketua KPA: Bukan Mau Kami Meninggal