KLB Demokrat
Profil, Siapa Moeldoko Ketum Partai Demokrat Sebenarnya? KSAD Terpendek hingga Banting Arloji Rp 1 M
Profil, siapa Moeldoko Ketum Partai Demokrat sebenarnya? KSAD terpendek hingga banting arloji Rp 1 miliar.
TRIBUN-TIMUR.COM - Profil, siapa Moeldoko Ketum Partai Demokrat sebenarnya?
KSAD terpendek hingga banting arloji Rp 1 miliar.
Nama Moeldoko kini sedang jadi fokus pemberitaan.
Dia baru saja melakukan kudeta di Partai Demokrat, partai pemenang Pemilu 2009, dan mengambil alih jabatan ketua umum.
Upaya kudeta dilakukan melalui Kongres Luar Biasa ( KLB ).
Hasilnya, KLB Partai Demokrat yang digelar di The Hill Hotel and Resort Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021), menetapkan Moeldoko (63) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Dalam pemilihan yang dilakukan secara voting berdiri itu, Moeldoko menang telak atas calon ketua umum lainnya, yakni Marzuki Alie.
“Menetapkan Dr H Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat," ujar pimpinan KLB Jhoni Allen Marbun dalam siaran langsung di Kompas TV, Jumat (5/3/2021) sore.
Saat penetapan tersebut, Moeldoko tak tampak di lokasi KLB Demokrat.
Panitia kemudian menghubungi telepon seluler Moeldoko untuk meminta persetujuannya.
“Bapak Moeldoko yang terhormat, kami sepakat Bapak sebagai Ketua Demokrat,” tutur panitia KLB.
Moeldoko memberikan tiga pertanyaan sebelum menerima keputusan tersebut.
Pria yang menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan Indonesia itu juga meminta kesanggupan para kader agar serius dalam mendukungnya.
“Walaupun secara aklamasi memberikan kepercayaan kepada saya, tapi saya ingin memastikan keseriusan teman-teman semua,” ucapnya.
Para peserta KLB pun menyatakan siap mendukungnya.
Akhirnya, Moeldoko menyetujui hasil KLB itu.
"Dengan demikian saya menghargai dan menghormati keputusan saudara. Oke, kita terima menjadi ketua umum," kata Moeldoko lewat sambungan telepon.
Ia pun mengaku siap mengemban amanah sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Dalam KLB ini, beberapa tokoh tampak hadir, seperti Max Sopacua, Darmizal, dan Nazaruddin.
Jhoni Allen Marbun mengungkapkan KLB ini bakal menghapus majelis tinggi partai.
Menurutnya, hal ini sesuai dengan kongres di Bali pada 2005, karena sudah ada majelis pertimbangan dan dewan pembina.
"Untuk apa, nasib partai ini tidak ditentukan oleh majelis tinggi," papar Jhoni Allen Marbun dalam KLB Demokrat, Jumat.
Selain memilih Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, KLB ini juga menetapkan Marzuki Alie sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat periode 2021-2025.
Profil Moeldoko
Siapa Moeldoko sesungguhnya?
Disalin dari Wikipedia, Moeldoko lahir di Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957 adalah tokoh militer Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan Indonesia sejak 17 Januari 2018 pada Kabinet Kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pada 23 Oktober 2019, ia ditunjuk kembali menjadi Kepala Staf Kepresidenan pada Kabinet Indonesia Maju Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Ia pernah menjabat sebagai Panglima TNI sejak 30 Agustus 2013 hingga 8 Juli 2015.
Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak 20 Mei 2013 hingga 30 Agustus 2013.
Sidang Paripurna DPR-RI pada tanggal 27 Agustus 2013 menyetujui jenderal asal Kediri tersebut sebagai Panglima TNI baru pengganti Laksamana Agus Suhartono.
Ia adalah KSAD terpendek dalam sejarah militer di Indonesia seiring pengangkatan dirinya sebagai panglima.
Pria usia 63 tahun itu merupakan alumnus Akabri tahun 1981 dengan predikat terbaik dan berhak meraih penghargaan bergengsi Bintang Adhi Makayasa.
Selama karier militernya, Moeldoko juga banyak memperoleh tanda jasa yaitu Bintang Dharma, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satya Lencana Dharma Santala, Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan XIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan VIII tahun, Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Wira Dharma, dan Satya Widya Sista.
Operasi militer yang pernah diikuti antara lain Operasi Seroja Timor-Timur tahun 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995.
Ia juga pernah mendapat penugasan di Selandia Baru (1983 dan 1987), Singapura dan Jepang (1991), Irak-Kuwait (1992), Amerika Serikat, dan Kanada.
Pada 15 Januari 2014, Moeldoko meraih gelar doktor Program Pascasarjana Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia, dengan desertasinya berjudul "Kebijakan dan Scenario Planning Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Indonesia (Studi Kasus Perbatasan Darat di Kalimantan)".
Ia lulus dan mendapatkan gelar tersebut dengan predikat sangat memuaskan.
1. Kehidupan pribadi
Moeldoko yang dilahirkan di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kediri ini merupakan putra bungsu dari 12 bersaudara pasangan Moestaman dan Masfu'ah.
Saudara-saudaranya adalah Moesadi, Muhammad Sujak, Poerwono, Suyono, Sugeng Hariyono, Supiyani, dan Siti Rahayu. Ia menikah dengan Koesni Harningsih dan memiliki 2 anak, yaitu: Randy Bimantara dan Joanina Rachmaa.
Semasa masih aktif menjabat Panglima TNI, Moeldoko mendirikan masjid megah, Masjid Dr H Moeldoko.
Masjid yang berada dalam kompleks Islamic Center itu berlokasi di perbatasan kota Jombang dan Kediri.
Masjid ini diresmikan pada 1 Juni 2016, lebih cepat dari peresmian Islamic Centre Dr H Moeldoko yang baru diresmikan pada 6 Juni 2016.

Masjid ini dilengkapi fasilitas pendidikan dan sosial seperti panti asuhan, madrasah, gedung TKA Dharma Wanita, Taman Pendidikan Al Qur'an.
Moeldoko juga mendirikan M Foundation, sebuah yayasan sosial yang memiliki fokus kegiatan sosial dalam hal memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak yatim hingga jenjang perguruan tinggi.
Bantuan pendidikan M Foundation diberikan dengan persyaratan siswa akan diseleksi dan dievaluasi prestasi belajarnya secara berkala.
Moeldoko ingin agar anak-anak yang dibantu M Foundation ini menjadi manusia Indonesia yang lengkap seutuhnya, hablum minan-nas pun juga hablum minallah.
2. Pendidikan militer
* Akabri (1981) (lulusan terbaik - Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama)
* Kursus Dasar Kecabangan Infanteri
* Kursus Dasar Para
* Susjurpa Jumpmaster
* Sus Bahasa Inggris
* Sus Kasi Ops
* Suslapa-1 Inf
* Suslapa Inf
* Seskoad (1995) (lulusan terbaik)
* Sesko TNI (2001)
* Susdanrem
* Susstrat Perang Semesta
* PPRA XLII Lemhannas (2008)
3. Riwayat jabatan
* Danton Yonif Linud 700/BS Kodam XIV/Hasanuddin (1981)
* Danki A Yonif Linud 700/BS Kodam XIV/Hasanuddin (1983)
* Kasi Operasi Yonif Linud 700/BS Kodam VII/Wirabuana
* Perwira Operasi Kodim 1408/BS Makassar
* Wakil Komandan Yonif 202/Tajimalela
* Kasi Teritorial Brigif-1 PAM IK/JS
* Komandan Yonif 201/Jaya Yudha (1995)
* Komandan Kodim 0501/Jakarta Pusat (1996)
* Sespri Wakasad (1998)
* Pabandya-3 Ops PB-IV/Sopsad
* Komandan Brigif-1/Jaya Sakti (1999)
* Asops Kasdam VI/Tanjungpura
* Dirbindiklat Pussenif
* Komandan Rindam VI/Tanjungpura (2005)
* Komandan Korem 141/Toddopuli Watampone (2006)
* Pa Ahli Kasad Bidang Ekonomi (2007)
* Direktur Doktrin Kodiklat TNI AD (2008)
* Kasdam Jaya (2008)
* Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad (2010)
* Panglima Kodam XII/Tanjungpura (2010)
* Panglima Kodam III/Siliwangi (2010)
* Wakil Gubernur Lemhannas (2011)
* Wakil KSAD (2013)
* KSAD (2013)
* Panglima TNI (2013-2015)
* Kepala Staf Kepresidenan (2018-sekarang)
4. Riwayat organisasi
* Anggota Dewan Pembina DPP Partai Hanura (2016-2017)
* Wakil Ketua Umum DPP Partai Hanura (2017-2020)
* Ketua Umum HKTI (2017-2020)
* Ketua Umum Partai Demokrat (2021)
5. Pernah banting jam tayang mewah
Pada tahun 2014, Moeldoko yang saat itu menjabat Panglima TNI jadi sorotan media internasional.
Dia disorot karena mengenakan jam tangan atau arloji mewah seharga miliaran rupiah.
Cerita jam tangan yang aslinya berharga di atas Rp 1 miliar itu segera beredar di dunia maya dan juga menjadi perbincangan para pengguna media sosial Facebook dan Twitter di Indonesia.
Situs www.themillenary.com menengarai bahwa jam tangan yang dipakai Moeldoko adalah tipe Richard Mille RM 011 Felipe Massa Flyback Chronograph "Black Kite".
Jam tangan tersebut adalah model terbaru dari tipe sejenis Felipe Massa Flyback Chronograph "Red Kite" yang keluar tahun 2011.
Yang membuatnya istimewa, jam tangan ini hanya diproduksi dalam jumlah sangat terbatas.
Alokasi untuk pasar Amerika Utara dan Amerika Selatan hanya 30 unit.
Varian lainnya untuk pasar Asia hanya diproduksi 45 unit.
Entah tipe dari mana yang dimiliki Moeldoko.
Namun, saat dikonfirmasi, Moeldoko mengaku jika jam tangannya barang tiruan alias palsu alias KW.
Ia mengaku membeli jam itu seharga Rp 5 juta.

Seusai bertemu dengan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Emmanuel T Bautista di Hotel Borobudur di Jakarta, Rabu (23/4/2014), Moeldoko sempat membuka jam dan menunjukkannya kepada wartawan.
"Kayak gini kok orisinal," kata Moeldoko ketika ditanya apakah itu barang asli atau tiruan.
Moeldoko mengatakan, harga jual jam tangan asli di pasaran bisa mencapai lebih dari Rp 1 miliar.
Namun, ia membelinya hanya dengan Rp 5 juta.
Moeldoko mengaku membeli jam tersebut karena mengagumi inovasi yang terdapat di dalamnya.
"Begitu melihat, yang ada di pikiran saya adalah inovasi dan inovasi. Setiap kali lihat jam ini, saya ingat inovasi dan inovasi. Jadi bukan mau pamer," ucapnya.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu juga mengaku mengoleksi jam tangan dari berbagai merek.
Namun, ia tak menyebutkan merek jam tangan apa saja yang dimilikinya.
"(Saya) kolektor spesialis jam. Ada se-ruko (jumlahnya)," katanya.
Dalam percakapan dengan wartawan, ia tak cukup memperlihatkan jamnya.
Moeldoko lalu membanting jam berwarna hitam itu ke lantai.
Jam Moeldoko lalu diambil anak buahnya dan diserahkan ke wartawan untuk dilihat lebih dekat.
Sambil tertawa, Moeldoko lalu pergi meninggalkan kerumunan wartawan.(*)