Aswar Hasan Wafat
Aswar Hasan, Selamat Jalan Sahabatku!
kami ikut forum pengkaderan kepemimpinan yang dibentuk senior kami : Anwar Ibrahim, Aca Razak Thaha, Amran Razak, Hamid Paddu, Ridwan Effendy
Oleh: Adi Suryadi Culla
Dosen Fisip Unhas/Koordinator Forum Dosen
TRIBUN-TIMUR.COM -
Takdir kematian menimpa pasti manusia, siapapun, tanpa bisa ditolak dimana dan kapan saja. Usia manusia tak terduga. Aswar Hasan, salah satu sahabat terbaik telah berpulang, dan meninggalkan begitu banyak kenangan terbaik. Hari Kamis, 14 Agustus 2025, kabar tentang kepergian almarhum beredar marak di berbagai laman dan group media sosial.
Almarhum Aswar Hasan, saya mulai kenal paruh awal 1980 an. Kami teman seangkatan, dan sejawat sejak masuk menjadi mahasiswa Unhas. Selama masa mahasiswa, kami sering berinteraksi dalam berbagai kelompok diskusi kampus, dan hubungan kami semakin dekat ketika berkiprah bersama dalam organisasi ekstra kampus. Saya seangkatan dalam pengkaderan PII (Pelajar Islam Indonesia), dan hingga kemudian kami aktif bersama melalui perkumpulan KB PII. Sekarang Dr. Saiful Kasim, yang menggantikan senior Prof Arismunandar (Ketua ICMI Sulsel) yang sebelumnya sebagai Ketua KB PII Sulsel.
Di awal kami menjadi mahasiswa baru Unhas, kami menjalani masa perpeloncoan bersama. Kenangan Utama kala itu, kami ikut dalam sebuah forum pengkaderan kepemimpinan yang dibentuk oleh senior yang menjadi “guru” kami : Anwar Ibrahim (Kak Emang), Aca Razak Thaha, Amran Razak, Hamid Paddu, Ridwan Thaha, Ridwan Effendy, dan lainnya. Hanya Sekitar belasan orang yang seangkatan kami ikut kegiatan pengkaderan mahasiswa baru tersebut. Termasuk bersama Hasrullah, dan Mappinawang (almarhum). Perkenalan itu kian mengakrabkan.
Selanjutnya nasib baik kami sama-sama terangkat sebagai dosen Unhas. Kami diterima pada tahun yang sama. Saya dan Aswar menjalani masa latihan pra-jabatan bersama, juga saat itu bersama teman seangkatan ASN lainnya yang kemudian menjadi dosen Unhas yang hebat : Laode Muhammad Syarif (mantan komisioner KPK) dan Tasrif Surungan (Wakil Rektor 1 Unsulbar).
Selanjutnya, bersama sejumlah teman dan senior sesame akademisi yang berlatar universitas berbeda aktif dalam sebuah forum diskusi: Forum Dosen yang difasilitasi Tribun Timur sejak era Pemred Dahlan Dahi. Forum itu dibentuk sejak 1985, dan Aswar Hasan merupakan partisipan aktif sejak awal. Forum Dosen - Majelis Tribun Timur hingga kini masih eksis, kebetulan saya sebagai koordinator (ketua), beranggotakan sekitar 70-an akademisi yang namanya banyak menghiasi media sebagai penulis, pakar di bidang masing-masing dan opinion maker atau nara sumber berita media lokal dan nasional.
Di Forum Dosen itu, Aswar Hasan selalu menjadi inspirasi gagasan. Termasuk sejumlah akademisi: Prof Qasim Mathar, Muin Fahmal. Amran Razak, Marzuki DEA, Aminuddin Ilmar, Arsunan Arsin, Hambali Thalib, Mulyadi Hamid, Firdaus Muhammad, Alwi Rahman, Amir Muhiddin, dan lainnya.
Aswar Hasan adalah seorang yang sangat mencerahkan. Sebagai teman diskusi, ada sebuah kalimat yang sering terlontar sebagai ungkapan kami bersama, demikian idiom kader PII itu, menjadi prinsip akal sehat, dan itu seringkali dikemukakan Aswar Almarhum: “Diskusi yang disertai perbedaan pendapat itu mencerahkan, jangan dianggap ancaman; jangan takut berbeda pendapat karena lawan kita berpendapat itu sebenarnya adalah teman kita dalam berpikir”.
Aswar memiliki kejernihan pikiran dan kritisisme dalam melihat persoalan. Ia tak ragu menyampaikan kritik, jika ada yang dilihatnya menyimpang. Ia berpikir seolah tanpa batas isu dan peristiwa, semua responnya dengan dasar pikiran yang tampaknya mengacu pada basis utama pikirannya: moralitas dan perspektif keagamaan. Itu juga komitmennya dalam pergumulan organisasi; tidak hanya dalam organisasi keagamaan, namun juga dalam organisasi semi-negara seperti KIP (Komisi Informasi Publik) dan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).
Aktivisme Aswar Hasan di berbagai lini itu, tidak menghilangkan kepribadian kritisnya. Tak diragukan selain sebagai dosen dan aktivis, ia juga lebih mengesankan tampil sebagai intelektual. Tercermin dari akumulasi pikiran yang dilontarkannya dalam berbagai media dan diskusi publik. Ia adalah kombinasi yang konvergen, antara kiprah intelektualnya dengan pemahaman keagamaannya yang cukup luas. Selain Aktif menulis, ia juga aktif berdakwah. Kalau mau diberi predikat yang pas, ia adalah kombinasi ulama dan intelektual.
Saya mengikuti artikel yang ditulisnya selama ini. Salah satu artikelnya yang saya lihat juga dia upload langsung antara lain di WAG Fisip: “Siapakah Intelektual Pengkhianat dan Pengecut Itu” (2022). Dari situ Aswar Hasan secara terbuka mengkritik dunia kampus dan kalangan akademisi. Kampus dianggapnya hanya menjadi menara gading. Para akademisi hanya sibuk dengan rutinitas formalistik dan birokratis serta transfer ilmu pengetahuan tanpa hirau dengan kondisi sosial sekitar. Ia mengeritik bahwa diamnya para ilmuwan-akademisi justeru malah telah membuat mereka menjadi penyokong perilaku degradatif tatanan kekuasaan.
Pernyataan klasik Julian Benda tentang pengkhianatan kaum intelektual adalah salah satu yang akrab jadi kutipannya. Dalam artikelnya itu, Aswar Hasan mengeritik para cerdik pandai mengalami krisis penghayatan (nurani) dan rancu pemahaman serta mulai tidak konsisten atas nilai-nilai kebenaran. Mereka, tulisnya, telah menggunakan argumentasi dan ilmunya untuk membenarkan dan menipu pandangan masyarakat demi melanggengkan tindakan-tindakan yang merusak kemanusiaan dan keadilan. Pengkhianatan itu menjerumuskan mereka jadi “pelacur intelektual”.
Terkait kritik itu, Aswar juga akrab dengan kutipan intelektual Iran: Ali Syariati. Dalam artikel itu, ia memakai istilah dari sang ideolog Islam tersebut: “Rausyanfikr” yang mengandung arti “intelektual yang tercerahkan”. Yaitu, mereka yang tidak hanya berada di balik dinding universitas, namun juga terpanggil dalam suatu misi di tengah publik, melakukan perubahan sosial. Rausyanfikr itu merujuk pada sosok intelektual organik dan spiritual, yang berpikir bukan demi dirinya, tapi demi umat (publik) dan menolak untuk diam dalam ketidakadilan.
Aswar Hasan
Adi Suryadi Culla
Saiful Kasim
Arismunandar
Hamid Paddu
KB PII Sulse
Pelajar Islam Indonesia
Amran Razak
Razak Thaha
Ridwan Thaha
Ridwan Effendy
In Memorium Aswar Hasan: Selamat Jalan Sahabat |
![]() |
---|
Aktivis NGO Asal Luwu Raya Kenang Aswar Hasan: Religius, Rendah Hati, Rajin Baca Buku |
![]() |
---|
Aswar Hasan: Jejak Konsistensi dan Kesederhanaan |
![]() |
---|
Prof Dwia, Ali Ngabalin, Ketua KPID Melayat ke Rumah Aswar Hasan |
![]() |
---|
Aswar Hasan Dishalati di Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf Dimakamkan di Wahdah Islamiyah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.