Nurdin Abdullah Ditangkap KPK
Nurdin Abdullah Tersangka, Pengamat Politik Unhas: Ini Jadi Ajang Evaluasi Bagi Semua
Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah (NA) menjadi tersangka Kasus dugaan suap dan gratifikasi
Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah (NA) menjadi tersangka Kasus dugaan suap dan gratifikasi pengadaan barang dan jasa, perizinan dan pembangunan infrastruktur. .
Selain Nurdin, KPK menetapkan dua tersangka lainnya, yakni Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum (Sekdis PU) Edy Rahmat (ER) dan kontraktor bernama Agung Sucipto (AS).
Nurdin dan Edy dijerat sebagai penerima, sementara Agung diduga penyuap.
Namun, kejadian ini juga berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dan ikut mempengaruhu konstalasi politik menuju Pemilihan Gubernur (Pilgub).
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto mengatakan, kasus yang menjerat Mantan Bupati Bantaeng dua periode itu sangat berdampak besar.
Birokrasi pemerintahan kini diambil alih oleh Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.
Bagi partai pengusung, katanya, tentu memberikan efek signifikan pada penilaian masyarakat, terhadap partai dan para kader kedepannya.
"Tapi saya rasa ini juga menjadi ajang evaluasi bagi semua, baik pemerintah, parpol dan masyarakat, bahwa orang yang keliatan baik belum tentu bersih. Orang keliatan pintar, belum tentu terbebas dari korupsi," ujar Anto, Selasa (2/3/2021).
Untuk menjaga rasa kepercayaan publik kepada pemerintah, kata dia, proses perekrutan dan penempatan para pejabat jangan lagi berbasis kedekatan.
Namun, harus ada proses penjaringan, berdasarkan kemampuan, dan rekam jejak.
"Makanya saya kemarin mengapresiasi yang dilakukan Tim Transisi Danny-Fatma, dengan memasukkan rekam jejak sebagai salah satu kriteria penilaian," jelasnya
Yang pasti, menempatkan orang yang tepat sesuai bidangnya melalui proses perekrutan yang tepat," lanjutnya.
Selanjutnya, untuk partai politik tidak hanya memperhatikan proses perekrutan berasas kualitas dan citra calon, namun juga mempelajari rekam jejak calon.
"Bukan hanya melihat penampilan tapi juga melihat strategi sampai kehidupan dia sehari-hari. Inikan sebenarnya juga salah satu yang menyebabkan proses pencitraan politik yang terlalu bagus kemudian alpa mengamati kehidupan orang di sekitar lingkungannya," terangnya.
"Ini menjadi sangat populer tapi belakangan ketahuan yang terlihat hanya pencitraan yang kemudian tidak diikuti proses verifikasi bagaimana kehidupan beliau yang sebenarnya," tutupnya.
Laporan tribuntimur.com, M Ikhsan