PILU Emak-emak Nangis Usai Gadai KTP dan KK Demi Uang Makan, HP Untuk Sekolah Daring Pun Melayang
Sungguh pilu potret kemiskinan warga Indonesia ini. Kisah pilu emak-emak nangis sesenggukan usai gadai KTP dan KK untuk uang makan sehari-hari.
Dampak pandemi corona benar-benar menghimpit keluarga pekerja serabutan ini pada situasi sangat sulit.
Betapa tidak , untuk sekadar makan, keluarga Santi harus menggadaikan apa saja yang dia miliki.
"HP saya gadikan Rp 350.000. KK dan KTP juga," ucap Santi menahan tangis.
Santi harus melakukannya lantaran tidak ada lagi yang bisa buat makan sehari-hari.
Suaminya, Toha Mustofa, biasa bekerja serabutan jadi kuli proyek. Selama pandemi tidak adalagi pekerjaan.
Kehadiran Santi di ruang fraksi itu mengejutkan Achmad Hidayat, tenaga ahli Fraksi PDIP.
Achmad yang juga Wakil Sekertaris DPC PDIP Surabaya ini bisa merasakan kesedihan warga yang tiap hari tinggal di Jl Gresikan, Pacar Kembang, Kecamatan Tambaksari ini.
Baca Juga: Ketenaran dan Pesona Kemolekan Tubuhnya Sirna, Artis Film Dewasa Top Ini Kisahkan Masa Redup Kariernya hingga Kini Jadi Gelandangan yang Hidup di Gorong-gorong: Dulu Saya Sangat Seksi
Sambil menyertakan dua anaknya yang masih usia SD dan TK, Santi tidak henti-hentinya sesenggukan.
Dia mengaku sudah tidak punya apa-apa lagi. HP satu-satunya yang juga untuk media daring sekolah anaknya terpaksa digadaikan untuk makan.
Sudah ada beberapa bulan ini suami Santi tidak lagi bisa menafkahi dirinya bersama dua anaknya.
"Gurunya menanyakan kenapa Cantika (anak pertama) tidak mengerjakan tugas hingga sebulan lebih. Saya sedih dan malu. Soalnya HP saya gadaikan dan belum bisa kami tebus," ucap Santi lirih.
Anak pertamanya itu sekolah di SDN Kapasan V. Santi berniat meminjam HP tetangga tapi harus masuk grup sekolah.
Saat ini, Santi makin bingung karena untuk makan saja susah. Tak ada lagi jasa kuli bangunan untuk suaminya.
Hampir semua barang-barang di rumahnya habis digadaikan.