Abu Janda
SIAPA Gus Nadirs? Tokoh NU yang Cuitannya Pernah Viral karena Sebut Abu Janda Sengaja Diciptakan
SIAPA Gus Nadirs? Tokoh NU yang Cuitannya Pernah Viral karena Sebut Abu Janda Sengaja Diciptakan
TRIBUN-TIMUR.COM - Sosok Permadi Arya atau Abu Janda menjadi trending topik selama beberapa hari usai pelaporan dirinya ke pihak kepolisian atas dua kasus berbeda.
Dia dilaporkan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) terkait dugaan rasisme terhadap pegiat HAM asal Papua, Natalius Pigai serta tentang cuitan "Islam Agama Arogan".
Masalah kemudian berkembang lantaran publik bertanya-tanya apakah Abu Janda merupakan kader Banser dan NU lantaran ia kerap membawa atribut organisasi itu dalam berbegai ativitasnya.
• Mantan Waka BIN Bongkar Fakta Mengejutkan Tentang Sosok Abu Janda Kesimpulan Saya Dia Penyusup
Sejatinya Abu Janda memang benar anggota Banser, namun sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama hingga pimpinan Banser tidak sependapat jika pernyataan Abu Janda dikaitkan dengan organisasi.
Bahkan, Banser hingga sejumlah tokoh NU mendukung proses hukum terhadap Abu Janda.
Di saat riuh pembahasan tentang Abu Janda dan pertanyaan siapakah dia sebenarnya, bermunculan tangkapan layar statemen dari salah satu tokoh Nahdlatul Ulama, Nadirsyah Hosen atau Gus Nadirs.
Tangkapan layar cuitan tersebut kemudian menjadi viral hingga membuat publik bertanya-tanya siapakah pihak yang menciptakan Abu Janda yang disebut Gus Nadirs digunakan untuk menghadapi ustaz-ustaz tanpa klasifikasi yang jelas.
"it's just a game. Pemerintah akhirnya mengikuti metode Banser. Utk menghadapi mereka yang mendadak jadi ustad tanpa klasifikasi yang jelas, diciptakanlah Abu Janda. Cukup Abu Janda yang ngadepin mereka, gak usah para kyai. Skr utk ngadepin Fadli dan Fahri dipakailah Ngabalin," katanya melalui akun Twitter pribadinya, @na_dirs, pada 25 Mei 2018.

Pada masanya, cuitan ini juga viral.
Sejumlah tokoh bahkan bertanya langsung menegaskan apakah Gus Nadirs menyebut bahwa Abu Janda diciptakan oleh pemerintah.
Namun, saat itu Gus Nadirs membantah bahwa ia menyebut Abu Janda diciptakan oleh pemerintah. Ketika didesak, ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Dan kini tangkapan layar itu kembali diviralkan oleh warganet hingga menjadikannya bahan diskusi maupun perdebatan baru.
"Wah, kalo percakapannya spt itu, mnurut gw, NU secara organisasi ikut bertanggungjwb dgn munculnya si Abu Janda. Termasuk Gus Nadirs yg juga musti dipanggil utk menjelaskan cuitannya itu. Ini memalukan sekali. Keluarga besar gw juga NU. Apa kalian tidak merasa sudah merusak NU??" tulis akun @Priyo__Muhammad
"Kalo abu gosok diproses hukum, si nadir gus ini hrs jd saksi nich. Krn dia tau sosok abu ciptaan siapa dan pakai metode apa!!!" tulis@Pinastiko2
"Pake logika aja lah kalo selama sekian tahun sejak 2014 selalu kebal hukum berarti ada yg melindungi, apalagi dia kan gak punya pendukung real secara fisik misalnya seperti 212. Mungkin sekarang kontrak dah abis makanya mulai dipanggil polisi," cuit @PurboKen
"Jadi itu proyeknya pemerintah...? Maksud pemerintah apa membuat sosok seperti abu janda ini, apakah pemerintah ingin rakyat berantem sesamanya...? Jadi mikir, apakah pemerintah masih berfungsi sebagai pengayom rakyat...? Astagfirullah...." cuit @imannurkhalis
Siapa Gus Nadirs?
Nama lengkapnya Prof. Dr. H. Nadirsyah Hosen, LL.M., M.A. (Hons), Ph.D. Pria kelahiran 8 Desember 1973 ini telah menaklukkan dunia Barat, dengan menjadi dosen tetap di Monash University Faculty of Law sejak 2015.
Peran pentingnya di organisasi Nahdlatul Ulama telah dimulai sejak 2005 dengan menjabat sebagai Ra'is Syuriah, pengurus cabang istimewa NU di Australia dan Selandia Baru.

Pria gagah karena rambut gondrongnya ini menempuh pendidikan sarjana S1 di UIN Syarif Hidayatullah, gelar master ia dapatkan dari dua kampus berbeda; University of New England dan Northern Territory University.
Begitupun gelar doktor dia sabet dari dua kampus yang juga berbeda; University of Wollongong dan National University of Singapore.
Kepakaran Gus Nadir dalam bidang hukum Islam ini mewarisi ayahandanya, KH. Ibrahim Hosen. Pepatah bilang, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Gus Nadir, begitu panggilan akrabnya, adalah putra yang lahir dari keluarga alim ulama, Prof. KH. Ibrahim Hosen, ulama fikih Indonesia sekaligus legenda Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kakek Gus Nadir adalah KH. Hosen, seorang ulama-saudagar berdarah Bugis dan pendiri Mu’awanatul Khair Arabische School di Tanjung Karang, Lampung.
Sedangkan nenek Gus Nadir, Siti Zawiyah, adalah keturunan ningrat Kerajaan Selebar Bengkulu.
Sebagai intelektual profesional, Gus Nadir mengelola satu website pribadi yang mempromosikan “Islam Kemanusiaan”.
Bahkan, pada tahun 2010, beliau sudah menerbitkan buku berjudul "Human Rights, Politics and Corruption in Indonesia: A Critical Reflection on the Post Soeharto Era", (Republic of Letters Publishing, Dordrecht, The Netherlands, 2010).
Karya-karya lain Gus Nadir yang juga fenomenal berjudul "Shari'a and Constitutional Reform in Indonesia" (Institute of Southeast Asian Studies, Singapore, 2007) dan “Modern Perspectives on Islamic Law" (Edward Elgar, UK, 2013 dan 2015).
Tidak berlebihan bila menyebut beliau sebagai intelektual muslim tradisional yang telah menaklukkan Barat.
Tentu tidak dalam rangka mengecilkan intelektual muslim lain yang berkarir di Barat, tetapi Gus Nadir adalah representasi yang patut diacungi jempol.
Tentang Islam Kemanusiaan yang diperjuangkan Gus Nadir, salah satunya, dapat dibaca melalui artikelnya yang berjudul “Islam Agama Kemanusiaan (2018)” dan “Kemanusiaan Mendahului Sikap Religius (2019)” dalam https://nadirhosen.net.
Secara garis besar ada kesinambungan gagasan dengan karya-karya beliau sebelumnya, di antaranya “Islam in Southeast Asia,” 4 volumes, (Routledge, London, 2010) maupun “Law and Religion in Public Life: The Contemporary Debate, (Routledge, London, 2011 dan 2013).
Yang paling mengesankan dari pikiran Gus Nadir adalah perlawanannya terhadap gerakan Hizbut Tahrir Indonesia, sebagai salah satu ormas agama yang menetang NKRI dan Pancasila. Bukunya yang luar biasa berjudul “Islam Yes, Khilafah No!” (Yogyakarta: Suka Press, 2018).
Sebelum buku ini terbit, sudah jauh hari Gus Nadir menguliti penyelewengan-penyelewengan makna sejarah khilafah, seperti yang bisa diikuti dari artikel “Tiga Khilaf dalam Memahami Khilafah,” (nadirhosen.net, 21 Mei 2017).
Update Pemeriksaan Abu Ajnda di Bareskrim Polri
ermadi Arya alias Abu Janda memenuhi pemeriksaan terkait dugaan kasus ujaran rasial dan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/2/2021).
Berdasarkan pengamatan di lokasi, Abu Janda memang dijadwalkan akan diperiksa pada pukul 10.00 WIB.
Namun hingga pukul 13.30 WIB, Abu Janda tidak terlihat melewati gedung utama Bareskrim Polri di Awaloedin Djamin.
Awak media pun sempat menanyakan kepastian kehadiran Abu Janda melalui pesan singkat kepada Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigjen Slamet Uliandi.
Kepada awak media, Slamet menyatakan bahwa Abu Janda ternyata telah berada di dalam ruang pemeriksaan Bareskrim Polri.
Namun, tidak jelas ihwal kenapa Abu Janda tidak melewati pintu utama saat masuk ke gedung pemeriksaan.
"Hadir, sedang diperiksa," kata Slamet kepada wartawan, Senin (1/2/2021).
Sebagaimana diketahui, Abu Janda dijadwalkan diperiksa terkait kasus dugaan ujaran rasial kepada Natalius Pigai dan ujaran SARA terkait cuitannya mengenai 'Islam Arogan'.