Sriwijaya Air Jatuh
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh karena Autothrottle Tak Berfungsi atau Rusak? Apa Itu?
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh karena autothrottle tak berfungsi atau rusak? Apa itu? Penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air
Autothrottle (throttle otomatis) adalah sistem yang memungkinkan pilot untuk mengontrol pengaturan daya dari mesin pesawat dengan menentukan karakteristik penerbangan yang diinginkan, bukan mengontrol manual aliran bahan bakar.
Sistem ini dapat menghemat bahan bakar dan memperpanjang umur mesin dengan metering jumlah yang tepat dari bahan bakar yang dibutuhkan untuk mencapai target kecepatan udara tertentu, atau untuk fase yang berbeda dari penerbangan.
A/T dan AFDS (Auto Sistem Flight Director) bekerja sama untuk memenuhi rencana keseluruhan penerbangan dan sangat mengurangi beban kerja pilot '.
Laporan awal KNKT
Pada Selasa (19/1/2021), KNKT merilis laporan awal terkait kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182.
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Kapten Nurcahyo Utomo, mengatakan pihaknya telah berhasil mengunduh data-data dari flight data recorder (FDR).
Mengutip Kompas.com, data yang diunduh berisi 370 parameter dan 18 data penerbangan.
"Kami sampaikan bahwa data dari flight data recorder sudah bisa kami dapatkan, sudah berhasil diunduh dengan total 370 parameter, 27 jam dan atau 18 penerbangan, termasuk penerbangan yang mengalami kecelakaan," katanya Selasa.
Lebih lanjut, Nurcahyo mengatakan pihaknya masih mendalami data yang telah diunduh tersebut.
Ia menyebutkan pihaknya masih belum bisa menginformasikan hasil temuan lebih lanjut pada masyarakat.
Namun, Nurcahyo mengaku KNKT sudah menemukan beberapa petunjuk untuk mendalami investigasi jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu.
Investigasi tersebut, ujar Nurcahyo, dilakukan bersama tim dari Amerika Serikat berjumlah 11 orang.
Selain itu, KNKT juga dibantu tim investigasi dari Singapura, The Transport Safety Investigation Bureau (TSIB).
"Terdiri dari empat orang National Transportation Safety Board (NTSB), empat orang dari Boeing, dua orang dari Federal Aviation Administration (FAA), dan satu orang dari General Electric sebagai pembuat mesin pesawat," ungkap Nurcahyo.
"Berpartisipasi dalam investigasi kali ini juga dua investigator TSIB Singapura dalam hal ini berpartisipasi dalam sesuai dengan kerja sama negara-negara ASEAN," lanjutnya mengatakan.