Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gempa Sulbar

Mengenang Gempa Bumi dan Tsunami di Majene 1969, Komisaris Jenderal (Purn) Syafruddin Terseret Arus

Mengenang gempa bumi dan tsunami di Majene 1969, Komisaris Jenderal (Purn) Syafruddin terseret arus.

Editor: Edi Sumardi
ISTOCKPHOTO DAN DOK KOMPAS.COM
Ilustrasi tsunami dan mantan Wakapolri, Komjen (Purn) Syafruddin. Mengenang gempa bumi dan tsunami di Majene 1969, Komisaris Jenderal (Purn) Syafruddin terseret arus. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Mengenang gempa bumi dan tsunami di Majene 1969, Komisaris Jenderal (Purn) Syafruddin terseret arus.

Duka sedang menyelimuti Provinsi Sulawesi Barat atau Sulbar.

Rentetan gempa bermagnitudo besar dalam dua hari terakhir, Kamis (14/1/2021) dengan kekuatan 5,9 SR dan, Jumat (15/1/2021), menelan banyak korban jiwa.

Hingga Jumat malam ini, sebanyak 34 orang meninggal dunia, 736 orang luka, dan ribuan jiwa mengungsi.

Jumlah bangunan rusak juga tak kalah banyak.

Wilayah Provinsi Sulawesi Barat tidak hanya kali ini saja diguncang gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan masif.

Sejarah mencatat wilayah tersebut atau dikenal dengan Mamuju Thrust acap kali digoyang gempa dan tsunami.

Saat itu, Provinsi Sulawesi Barat belum terbentuk.

Mamuju dan Majene masih masuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) dalam catatannya menyebut gempa yang disusul tsunami pernah terjadi pada tahun 1967 dan 1969.

Bahkan pusat gempa pada Jumat (14/1/2021) kemarin, dengan magnitudo 5,9 SR; dan pada Sabtu (15/1/2021) dini hari tadi dengan magnitudo 6,2 SR nyaris berdekatan dengan gempa dan tsunami yang terjadi pada tahun 1967 dan tahun 1969.

"Apa yang terjadi di Majene sekarang adalah pengulangan yang sama. Pada tanggal 23 Februari 1969 gempa dengan kekuatan 6,9 SR dan kedalaman 13 km pernah terjadi di sana," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono saat jumpa pers secara virtual, Jumat (15/1/2021).

Daryono mengatakan, gempa bumi 1969 tersebut menimbulkan gelombang tsunami dan puluhan orang tewas.

"Muncul tsunami 4 meter waktu itu di Pellatoang dan Pasarangan. Lalu tsunami 1,5 meter di Paili," katanya.

Mantan Wakapolri, Komjen (Purn) Syafruddin juga mengenang peristiwa pada 51 tahun lalu itu yang mirip dengan tahun ini.

Syafruddin sekaligus mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI dibesarkan di Majene.

Menurut dia, gempa bumi saat itu cukup lama.

Setiap hari ada gempa susulan selama sebulan dan saat itu terjadi tsunami.

Usia beliau saat itu masih 8 tahun, masih duduk di bangku sekolah dasar.

Musibah tahun 1969 tak bisa dilupakan purnawirawan Polri kelahiran Makassar, 12 April 1961 tersebut, karena beliau terseret tsunami dan hampir menjadi korban meninggal.

Pada Jumat pagi tadi, Syafruddin menceritakan kenangan pahitnya itu kepada Dekan Fakultas Teknologi Industri pada Universitas Muslim Indonesia ( FTI UMI ), Dr Ir Zakir Sabara H Wata ST MT IPM ASEAN Eng, sambil memantau perkembangan pascagempa di Sulbar.

Mantan Wakapolri, Komjen (Purn) Syafruddin
Mantan Wakapolri, Komjen (Purn) Syafruddin (DOK TRIBUN TIMUR)

Sementara pada tahun 1967, tepatnya 11 April juga terjadi gempa bumi 6,3 SR di Polewali Mandar.

Gempa juga mengakibatkan gelombang tsunami dan sebanyak 13 orang meninggal dunia.

BMKG juga mencatat pada 8 Januari 1984 juga terjadi di Mamuju, Sulawesi Barat dengan kekuatan 6,7 SR namun tidak memunculkan gelombang tsunami.

Diprediksi masih akan ada gempa susulan

BMKG memprediksi masih akan ada gempa bumi susulan di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat.

Gempa susulan tersebut bisa lebih besar dari sebelumnya dan berpotensi tsunami.

"Masih ada potensi gempa susulan yang masih kuat, bisa mencapai kekuatan gempa tadi pagi 6,2 SR atau bisa sedikit lebih tinggi,"ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi, siang tadi.

"Karena kondisi batuan diguncang 28 kali sudah rapuh memungkinkan untuk terjadinya longsor di bawah laut dapat pula berpotensi tsunami jika ada gempa susulan berikutnya kalau pusat gempa di pantai atau pinggir laut," katanya menyambung.

Daryono menjelaskan, sejak Kamis hingga Jumat ada 28 kali gempa susulan.

Ada dua kekuatan gempa bumi yang besar terjadi pada Kamis (5,9 SR) dan Jumat (6,2 SR).

"Kemarin itu kita anggap sebagai gempa pembuka yang tadi pagi sudah maksimal, kita berharap tidak terjadi lagi," kata Daryono.

Menurut Daryono, ada kesamaan gempa bumi yang terjadi sekarang dengan sebelumnya di Majene, Sulawesi Barat.

Kedua gempa bumi disebabkan oleh pergerakan sesar naik Mamuju.

"Sesar naik ini mirip gempa Lombok 2018," katanya.(tribun timur/tribunnews)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved