Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Gastro Diplomasi Perkenalkan Kuliner Makassar ke Ranah Internasional,Peranan Kuliner MakassarEra 4-0

Aspiannor Masrie mengajak memperkenalkan Coto Makassar,sop Konro,Pisang Epe,Jalangkote,Konro Bakar,Pallu Basa,Pallu Mara,dan kuliner Makassar lainnya

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto Gastro Diplomasi Perkenalkan Kuliner Makassar ke Ranah Internasional,Peranan Kuliner MakassarEra 4-0
dok tribun-Timur/fb
Aspiannor Masrie, Dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisip Unhas

Oleh: Aspiannor Masrie
Dosen Ilmu Hubungan Internasional Fisisp Unhas

Opini ini dimua di halaman Rubrik Opini Tribun Timur cetak halaman 15 edisi Selasa, 12 Januari 2021, dengan judul Gastro Diplomasi Perkenalkan Kuliner Makassar ke Ranah Internasional. Aspiannor Masrie mengingatkan pentingnya memperkenalkan Kuliner Makassar, khususnya di aplikasi smartphone Tourism Makassar dan Makassar Smart City. Aspiannor Masrie juga mengajak memperkenalkan Coto Makassar, sop Konro, Pisang Epe, Jalangkote, Konro Bakar, Pallu Basa, Pallu Mara, Mie Kering, Sop Saudara, Pisang Epe, dan Pisang Ijo seperti dalam Makasssar International Eight Festival .

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Kalau kita, menyebut ‘tomyang’, maka kita teringat akan Thailand. Kalu kita menyebut ‘susi’,  maka kita akan teringat Jepang.

Kalau kita menyebut ‘nasi lemak’, kita teringat Malaysia. Kuliner diperkenalkan negara tersebut mampu membranding negaranya ke fora internasional. Sebenarnya, Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang sangat beragam dan disukai masyrakat dari berbagai negara.

Sebut saja ‘rendang’, masakan khas Sumatra Barat  dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia berdasarkan rilis CNN Tavel 2017.

Demikian pula  dengan Kota Makassar yang kaya dengan ragam kuliner. Namun, belum diperkenalkan secara terorganisir, tersistem, dan masiv ke ranah internasional melalui gastro diplomasi. 

Di sisi lain, di era Revolusi 4.0, kompleksitas problem kepariwisataan dengan hadirnya IOT, belum diantisipasi Pemerintah Kota Makassar. Padahal,  menurut  Travel Tech Consulting  disitir majalah SWA (24 Juli–7 Agustus 2019), bahwa traveller millenial  memanfaatkan teknologi mendominasi pariwisata global.

Gastro Diplomasi

Gastro diplomasi merupakan soft-power diplomacy mampu meningkatkan citra Indonesia. Kita bisa belajar dari  Thailand, Jepang,  dan Malaysia. Thailand merupakan salah satu contoh negara yang berhasil dalam gastro diplomasi dengan mempelopori kuliner menjadi media diplomasinya.

Melalui “Global Thai”, program yang digagas  tahun 2002 telah berhasil mengekspansi rumah makan Thailand ke berbagai negara. Menurut data kemenpar 2016, menyebutkan terpat 6.000 Restoran Thailand di berbagai negera, Sementara Restoran Indonesia hanya berjumlah 50 restoran.

Jepang,   2005 mengikuti langkah Thailand, melalui program yang diberi nama “Shoku-Bunka Kenkyū Suishin Kondankai. Dimana, Pemerintah Jepang dengan gencar memperkenalkan ‘sushi’ sebagai makanan khas Jepang ke  ranah Internasional.

Demikian pula dengan Malaysia di tahun 2010,  melalui program “Kitchen For The World’, Malaysia telah mempromosikan makanan halal, sekaligus memperkenalkan kepada masyrakat interansional  bahwa Malaysia  negara multikultur yang aman untuk dikunjungi.

Upaya Gastro Diplomsi yang dilakukan oleh Thailand, Jepang, dan Malaysia  berdampak prestise bagi negara tersebut untuk dikenal di fora Internasional. Bahkan lewat gastro diplomasi, Bangkok Ibu Kota Thailand dikunjungi 15 juta wisman, mengalahkan Paris.

Sebenarnya Indonesia telah melakukan gastro diplomasi. Pada tahun 2014, Stratford University bekerjasama  dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, Dc, mengadakan sebuah acara showcase kuliner, bertempat di School of Culinary Arts and Hospitality Kampus Falls Church, Su, Virginia. Dengan slogan: “Celebrate The Most Amazing Cuisine Most American's Have Never Experienced”, memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia.

Tahun 2016 , Indonesia memperkenalkan kulinernya di Denmark  melalui acara Asian Culture Festival (ACF) diselenggarakan selama 1 bulan di tiga kota yang berbeda, seperti:  havneparken-kopenhagen, bispetorvet-aarhus, dan brandts klædefabrik-odense.

Demikian  Makassar, dalam Makasssar International Eight Festival & Forum (F8), tahun 2016  Pemerintah Kota Makassar melaunching 10 ikon kuliner Makassar:  Coto Makassar, Sop Konro, Pisang Epe, Jalangkote, Konro Bakar, Pallu Basa, Pallu Mara, Mie Kering, Sop Saudara, Pisang Epe, dan Pisang Ijo.

Di tahun 2016, Pemerintah Kota Makassar mengadakan ‘Makassar Day”, diselenggarakan di Madrid-Spanyol, memperkenalkan kuliner khas Makassar ke ranah internasional sebagai bagian dari gastro diplomasi. Namun, implementasinya tidak konsisten dan tidak berkelanjutan karena tidak ada political will yang kuat.

Kuliner Era 4.0

Tourism 4.0 dikenal  millennial tourism, menjadi media diplomasi  sangat efektif untuk  memikat para wisatawan lokal ataupun wisman agar dapat berkunjung ke suatu daerah  disebabkan  daya tarik kulinernya.

 Realitas tersebut  tidak terlepas dari adanya pengaruh perkembangan sarana media informasi yang banyak digunakan publik untuk berbagi informasi;  Instagram, Twitter, Facebook,  Youtube, dan Web sangat penting dalam program gastro diplomasi, khususnya medsos. Sebagaimana yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan  dengan memanfaatkan kepopuleran video Gangnam Style milik Psy di Youtube guna mempromosikan program gastro diplomasinya.

Revolusi industri 4.0 menghadirkan fenomena Internet Of Thing (IOT), dimana semua  urusan dapat saling terhubung. Internet  telah menjadi infrastruktur pariwisata primer melengkapi ketiga infrastruktur konvensional sebelumnya: transportasi, lingkungan, dan sosial.

Saat travelling, 27 persen dari wisatawan menggunakan smartphone untuk mencari suatu tempat  dan 21 persen menggunakan  tablet. Kemudian, 70 persen pengguna sosial media mengunggah foto, termasuk ketika berwisata kuliner. Berdasarkan  BPS 2016, 50 % Inbound Traveller adalah milenial. Diperkuat  data  Deloitte Consulting Southeast Asia 2019, 40 % booking activity dilakukan secara online.

United Nations World Tourism Organization, memperkirakan 2020 tercatat kurang lebih 1,6 miliar wisatawan mengunjungi berbagai objek wisata di seluruh penjuru dunia, dengan pengeluaran sekitar 2000 miliar  US$  dan menciptakan sekitar 193 juta kesempatan usaha dan kerja. Wisatawan merencanakan perjalanan secara digital, mulai dari mencari destinasi, memesan, bertransaksi, hingga mengunggah pengalaman berwisata ke medsos.

Bahkan, lebih dari 200 ulasan pengalaman wisata diunggah di tripadvisor per menit nya. Ironisnya, industri pariwisata  di kota Makassar belum memanfaatkan teknologi digital secra maksimal. Sebagaimana terlihat dari aplikasi smartphone Tourism Makassar dan Makassar Smart City,  tidak tersosialisasi dan belum dimanfaatkan secara maksimal dari para traveller, termasuk dalam memperkenalkan kuliner Makassar.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Kajili-jili!

 

Kajili-jili!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved