Opini Tribun Timur
Gastro Diplomasi Perkenalkan Kuliner Makassar ke Ranah Internasional,Peranan Kuliner MakassarEra 4-0
Aspiannor Masrie mengajak memperkenalkan Coto Makassar,sop Konro,Pisang Epe,Jalangkote,Konro Bakar,Pallu Basa,Pallu Mara,dan kuliner Makassar lainnya

Di tahun 2016, Pemerintah Kota Makassar mengadakan ‘Makassar Day”, diselenggarakan di Madrid-Spanyol, memperkenalkan kuliner khas Makassar ke ranah internasional sebagai bagian dari gastro diplomasi. Namun, implementasinya tidak konsisten dan tidak berkelanjutan karena tidak ada political will yang kuat.
Kuliner Era 4.0
Tourism 4.0 dikenal millennial tourism, menjadi media diplomasi sangat efektif untuk memikat para wisatawan lokal ataupun wisman agar dapat berkunjung ke suatu daerah disebabkan daya tarik kulinernya.
Realitas tersebut tidak terlepas dari adanya pengaruh perkembangan sarana media informasi yang banyak digunakan publik untuk berbagi informasi; Instagram, Twitter, Facebook, Youtube, dan Web sangat penting dalam program gastro diplomasi, khususnya medsos. Sebagaimana yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan dengan memanfaatkan kepopuleran video Gangnam Style milik Psy di Youtube guna mempromosikan program gastro diplomasinya.
Revolusi industri 4.0 menghadirkan fenomena Internet Of Thing (IOT), dimana semua urusan dapat saling terhubung. Internet telah menjadi infrastruktur pariwisata primer melengkapi ketiga infrastruktur konvensional sebelumnya: transportasi, lingkungan, dan sosial.
Saat travelling, 27 persen dari wisatawan menggunakan smartphone untuk mencari suatu tempat dan 21 persen menggunakan tablet. Kemudian, 70 persen pengguna sosial media mengunggah foto, termasuk ketika berwisata kuliner. Berdasarkan BPS 2016, 50 % Inbound Traveller adalah milenial. Diperkuat data Deloitte Consulting Southeast Asia 2019, 40 % booking activity dilakukan secara online.
United Nations World Tourism Organization, memperkirakan 2020 tercatat kurang lebih 1,6 miliar wisatawan mengunjungi berbagai objek wisata di seluruh penjuru dunia, dengan pengeluaran sekitar 2000 miliar US$ dan menciptakan sekitar 193 juta kesempatan usaha dan kerja. Wisatawan merencanakan perjalanan secara digital, mulai dari mencari destinasi, memesan, bertransaksi, hingga mengunggah pengalaman berwisata ke medsos.
Bahkan, lebih dari 200 ulasan pengalaman wisata diunggah di tripadvisor per menit nya. Ironisnya, industri pariwisata di kota Makassar belum memanfaatkan teknologi digital secra maksimal. Sebagaimana terlihat dari aplikasi smartphone Tourism Makassar dan Makassar Smart City, tidak tersosialisasi dan belum dimanfaatkan secara maksimal dari para traveller, termasuk dalam memperkenalkan kuliner Makassar.(*)