Tribun Luwu
Tekuni Pekerjaan Laki-laki, Janda di Kabupaten Luwu Berhasil Sekolahkan 3 Anaknya hingga Sarjana
Massambe atau mengolah pohon sagu hingga menjadi tepung sagu biasanya dilakukan oleh para lelaki di Tana Luwu.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Sudirman
TRIBUNLUWU.COM, BAJO - Massambe atau mengolah pohon sagu hingga menjadi tepung sagu biasanya dilakukan oleh para lelaki di Tana Luwu.
Namun tidak demikian dengan Nayati (50), wanita asal Desa Langkidi, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Sejak menjanda beberapa tahun lalu, massambe jadi pekerjaan utama Nayati.
Bukan hanya dia, empat wanita lainnya yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Pangkaroang Bulawang juga melakoni pekerjaan ini.
Kendati harus bekerja keras setiap hari, Nayati tetap bersyukur.
"Anak saya ada tiga orang. Alhamdulillah, dua sudah menyelesaikan sekolah di perguruan tinggi di Kota Palopo. Yang terakhir baru saja menyelesaikan sekolah di tingkat SMU," kata Nayati, Selasa (5/1/2021).
Demi menafkahi anaknya, ia juga rela jari tangannya terputus akibat terkena parut pohon sagu.
Belum lagi harus mengangkat beban yang berat dan lainnya.
Sehari-hari, Nayati menerima upah sebesar Rp 100 ribu dari orang yang mempekerjakannya.
Namun jika permintaan sagu meningkat, upahnya pun naik menjadi Rp 150 ribu dalam sehari.
"Sekarang permintaan sagu agak menurun. Pohon sagu juga kurang saat ini, biasanya kami membeli di Suli Barat hingga ke perbatasan Kabupaten Wajo," kata dia.
Satu batang pohon sagu dibeli antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.
Satu pohon bisa menghasilkan tujuh karung tepung sagu basah.
Tiap karung beratnya 50 kilogram.
Selain diolah menjadi kapurung, kelompok Nayati juga mengolah sagu menjadi kue kering.
Nayati berharap tetap diberi kesehatan agar bisa tetap bekerja.