Puisi Bahasa Makassar Tua Syahrul Yasin Limpo untuk Almarhum Mas Prapto
Dan persahabatannya dengan Mas Prapto bukan di level "Ada-apanya" melainkan "Apa Adanya." Dan... bagi Syahrul, persahabatan adalah "rukun Iman" ke-8..
Catatan: Thamzil Thahir, Jurnalis Tribun Timur
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM -- DUA jam lebih, Sabtu (26/12/2020) malam, Syahrul Yasin Limpo larut dalam duka virtual yang teramat nyata.
Walau dari screen Zoom belaka, pria berusia 65 tahun itu tak bisa membendung air di bola matanya.
Dari tarikan nafas, suara yang tersengal, duka itu terlihat dan terdengar jelas oleh 210 participans aplikasi webmeeting itu.
Syahrul kehilangan yang sangat.
Dukanya ditutupi semangat sekaligus pengingat; bahwa kematian adalah "KEWAJIBAN".
Karena duka virtual ini pulalah, selepas salat Magrib, --untuk kali pertama di depan publik--, Syahrul menulis dan membacakan bait puisi berbahasa Makassar tua untuk almarhum Mas Prapto, sahabat sejatinya.
Puisi duka yang sarat pengalaman ketuhanan.

Dari kediaman Menteri Pertanian Republik Indonesia di Kompleks "Menteri" Widyachandra, Jakarta Selatan, hampir tiga jam, Syahrul duduk takzim dan menyimak Takziyah Virtual sahabat yang dia sapa; "Mas Prapto".
Ini nama sayang-sayang Syahrul untuk Insinyur Haji Soeprapto Budisantoso MSi Bin Soetarmin (18 Juli 1955- 24 Desember 2020).
Mas Prapto meninggal dunia di ruang ICU Isolasi BioSafety Level II RSUD Labuang Baji, Kota Makassar, Kamis (24/12/2020) selepas subuh, sekitar pukul 06.30 WITA.
Mas Prapto meninggal dengan tenang, damai, dan dimakamkan dalam sepi sejati Pekuburan "khusus" Pasien COVID-19 Macanda, Samata, Gowa.
"Orang yang meninggalnya dengan cara baik, tak menyusahkan orang lain adalah satu ciri orang baik. Mas Prapto ini teman yang baik," ujar Syahrul di awal in memoriam speech-nya.
Setidaknya hampir 17 kali frasa "baik" berulang dalam pidato duka Syahrul.