Tribun Bulukumba
Suka Duka Tukang Becak di Bulukumba di Tengah Kemajuan Transportasi, Sering Tak Ada Penumpang
Daeng Manne (50 tahun) sedang duduk di atas becaknya, saat ditemui Tribun Timur, di Pasar Sentral Bulukumba, Jumat (25/12/2020) siang.
Penulis: Firki Arisandi | Editor: Sudirman
TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Daeng Manne (50 tahun) sedang duduk di atas becaknya, saat ditemui Tribun Timur, di Pasar Sentral Bulukumba, Jumat (25/12/2020) siang.
Hampir menjelang duhur ia mengaku masih belum mendapatkan 'lurang' alias penumpang.
"Pacce lurang (sepi penumpang). Kurang sekalimi sekarang orang mau naik becak," kata Daeng Manne.
Tanpa ditanya, ia menceritakan, jika penghasilannya saat ini hanya sekitar Rp40 ribu perharinya.
Angka tersebut jauh menurun dibandingkan beberapa tahun silam.
Anak sekolah yang merupakan salah satu penumpang tetap juga sudah tak ada lagi.
Pasalnya, di masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) saat ini, tidak ada aktivitas belajar mengajar di sekolah.
Para peserta didik belajar rumahkan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
"Biasa tidak muat (penumpang) sampai duhur. Di pasar saja nakurangmi orang," tambahnya.
Daeng Manne menyadari, bahwa kemajuan transportasi menjadi salah satu penyebabnya.
Dan hampir setiap kepala keluarga (KK), sudah memiliki kendaraan pribadi, baik itu roda empat maupun roda dua.
"Hampir semua orang adami kendaraannya. Tidak bisa juga disalahkan," jelasnya sembari tersenyum.
Meski demikian, ia tetap berharap agar pemerintah memberikan solusi kepada pengayuh sepeda roda tiga tersebut.
Seperti misalnya menyediakan jalur khusus untuk para tukang becak.
Selain untuk menjaga eksistensi alat transportasi tradisional tersebut, juga sama halnya menyambung perekonomian para tukang becak.
Manne juga berharap, agar para tukang becak diberikan bantuan oleh pemerintah.
"Kita harapkan ada bantuan juga untuk kami. Semoga ada," harapnya. (TribunBulukumba.com)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Firki Arisandi