PB Ikami Sulsel
PB Ikami Sulsel Gelar Diskusi Virtual Bersama PT Timah Industri, Ini Tema Kekinian yang Dibahas?
Pengurus Besar Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Sulawesi Selatan (PB IKAMI Sulsel) periode 2020-2022 buat diskusi virtual bertajuk Ngobrol Perkara Energi
Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Arif Fuddin Usman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengurus Besar Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Sulawesi Selatan (PB IKAMI Sulsel) periode 2020-2022 menggelar diskusi virtual bertajuk Ngobrol Perkara Energi atau Ngopi, Sabtu (19/12/2020).
Tema Ngobrol Perkara Energi (Ngopi) yakni tentang tata kelola energi dan sumber daya mineral.
Diskusi Virtual tersebut dipimpin langsung Ketua Pengurus Besar IKAMI Sulsel 2020-2022 Rahmat Al Kahfi.
Keynote Speaker dalam diskusi ini adalah Johan NB Nababan selaku Direktur PT. Timah Industri.
Dalam diskusi melalui virtual zoom itu, Johan NB Nababan mengungkapkan bahwa nikel hanya ada di sulsel sulawesi tenggara dan maluku tenggara.
"Nikel adalah bahan anti karat. Bauksit ada di Kalimantan barat dan kalimantan tengah.
"Sedangkan emas ada di seluruh Indonesia," ujar Johan NB Nababan, Sabtu (19/12/2020).
"Inilah yang disadari oleh pemerintah untuk bagaimana mengelolanya dengan sebermanfaat mungkin agar mencapai hasil diinginkan," lanjutnya.
Menurutnya Johan NB Nababan, banyak pihak tidak mengetahui bahwa hilirisasi mineral sudah dirancang sejak masa order lama.
Yakni sejak kedatangan Presiden RI yang ke-1 Bung Karno ketika mengunjungi Pabrik Stainless Steel (SS) Ansteel di Anhui.
Anhui berkedudukan di Republik Rakyat China (RRC) pada tahun 1956.
Pada saat itulah Bung Karno berpidato di depan buruh dan manajemen Pabrik SS.
"Dunia sepakat untuk konsen di nikel. Batu bara dan minyak bumi kini sudah mulai berkurang," jelas Johan.
"Karena nikel sekarang itu memiliki kandungan litium yang dimana dapat menyiman sebuah energi baterai listrik.
"Tentu ini mampu memberikan efek ke depan untuk seluruh dunia khususnya Indonesia," terangnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) didapatkan bahwa porsi energi baru dan terbarukan (EBT) masih minim.
EBT dalam baruan energi nasional hingga semester pertama 2020 baru mencapai 9,15% dan target 23% pada tahun 2025.
Besarnya jarak antara target yang ingin dicapai dengan kondisi saat ini, menuntut dilakukan prcepatan.
Artinya pemerintah harus mampu melakukan transformasi energi dan start lebih duluan untuk maju mencapai target tersebut.
Menurut Johan NB Nababan, daerah Sulsel jika mampu dikelola dengan baik, maka energinya mampu menerangi daerah Sulsel hingga Sulselbar.
"Karena kita punya energi besar yang terkandung di negara kita ini," tanggapnya.
"Di daerah-daerah Indonesia pun energi nikel sangat melimpah. Apalagi berbicara uranium yang sangat panjang, hampir tak ada habisnya."
"Kalau ini kita mampu menggagas dan menciptakan pabrik pengelolaan daya simpan listrik, tentu energi ini mampu menjadi sebuah matahari bagi seluruh Negara Indonesia," pungkasnya. (*)