Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Yayasan Hadji Kalla

Cegah Stunting, Yayasan Hadji Kalla Latih Nakes Desa Lengkese Takalar Cara Buat MP ASI

Yayasan Hadji Kalla berikan pelatihan untuk para ibu dan kader kesehatan, dalam rangka pencegahan dan penurunan angka stunting di Desa Lengkese,Takala

Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Suryana Anas
Yayasan Hadji Kalla
Yayasan Hadji Kalla berikan pelatihan untuk para ibu dan kader kesehatan, dalam rangka pencegahan dan penurunan angka stunting di Desa Lengkese, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Yayasan Hadji Kalla berikan pelatihan untuk para ibu dan kader kesehatan, dalam rangka pencegahan dan penurunan angka stunting di Desa Lengkese, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar.

Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis, disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, akibat pemberian makanan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, sehingga tubuh anak lebih kerdil (pendek) dari usianya.

Isu tersebut merupakan masalah yang telah terjadi cukup lama di Kabupaten Takalar. 

Pelatihan pencegahan stunting melalui pembuatan makanan pendamping ASI berbahan baku lokal merupakan salah satu cara menanggulangi masalah stunting. 

Pelatihan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar; dr. Rahmawati, Direktur Eksekutif dari Jenewa Institute Surahmansah Said selaku mitra dari Yayasan Hadji Kalla yang telah melakukan riset selama bertahun-tahun, untuk memetakan kondisi stunting dan kiat pencegahannya di Kabupaten Takalar. 

Hadir pula Prof. dr. Veni Hadju, MSC., PhD, Guru Besar Ilmu Gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin sebagai pemateri dalam pelatihan. 

Manajer Bidang Humanity dan Environment, Abdul Hakim sebagai wakil dari Yayasan Hadji Kalla juga turut hadir dalam pelatihan tersebut.

Sebanyak lebih dari 20 orang peserta hadir dalam pelatihan tersebut, terdiri dari petugas puskesmas, kader posyandu, remaja putri dan ibu hamil dari wilayah Desa Lengkese.

Surahmansah Said menjelaskan bahwa pelatihan yang dilaksanakan pada pagi hingga sore hari tersebut berjalan lancar sesuai dengan rencana. 

“Alhamdulillah, pelatihan hari ini berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan kita, sebelum kegiatan ini kita lakukan, kita telah melakukan survei dan assesment sebagai data awal kita melakukan pelatihan ini. Karena memang, langkah yang Yayasan Hadji Kalla pilih adalah tentang menciptakan resep MP ASI yang terbuat dari bahan pangan lokal yang ada di wilayah lengkese ini”, ujarnya, Selasa (8/12/2020).

Peserta yang ikut dalam pelatihan terlihat sangat antusias. Paparan materi yang dijelaskan oleh pemateri, pertama dari Prof. Veni Hadju yang menyampaikan materi tentang stunting dan program pencegahan stunting.

Kemudian yang kedua ada paparan resep MP ASI.

Resepnya sendiri ada 18 macam yang nantinya akan digunakan sebagai MP ASI di Desa Lengkese. 

Ada tiga menu yang dibuat oleh para peserta di pelatihan tersebut yankni dari jagung dan juga umbi-umbian. Dari ke-18 resep tersebut akan dibuatkan rekomendasi untuk menjadi sebuah buku dan nantinya akan menjadi acuan bagi puskesmas. 

“Tujuannya adalah untuk memberikan banyak pilihan kepada masyarakat apa-apa yang akan mereka berikan kepada para baduta (bawah dua tahun) mereka. Bahan yang dipilih ini betul-betul merupakan hasil pangan atau produk pangan unggulan yang ada di Desa Lengkese yang tentunya mudah untuk didapatkan oleh masyarakat, utamanya para ibu”, jelas Surahmansah.

Menurutnya, salah satu kunci gizi seimbang adalah makanan yang beraneka ragam.

Jadi tinggal masyarakat yang memilih mana yang cocok untuk baduta-nya. 

Resepnya pun dibagi kedalam tiga kelompok umur, yakni pertama ada enam resep MP ASI untuk anak umur 6-12 bulan, enam resep untuk anak usia 12-17 bulan, kemudian enam resep untuk bayi usia 18 sampai 23 bulan. 

"Jadi masing-masing ada enam resep di setiap kelompok umur tadi sehingga jumlahnya ada 18 resep”, katanya

Soal isu stunting di Desa Lengkese, merupakan hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar, di mana Desa Lengkese merupakan salah satu daerah lokus stunting di Kabupaten Takalar, dari 10 titik yang ada. 

Hasil assesment pun menunjukkan bahwa desa tersebut masuk ke dalam desa lokus stunting, hasilnya adalah 27% baduta (bawah dua tahun) yang mengalami stunting di wilayah tersebut. Nilai itu menjadi nilai di atas rata-rata kabupaten. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar, Ibu dr. Rahmawati menyampaikan bahwa ada penurunan, namun angkanya masih di atas rata-rata wilayah dan angkanya bahkan mirip dengan angka nasional. 

Rumusnya adalah 1 dari 3 anak itu adalah stunting dan data tersebut sangat representatif di wilayah Desa Lengkese. 

“Kami juga bersyukur karena kegiatan kita ini sangat didukung oleh dinkes dan puskesmas setempat," terang Suramsansah 

Sebelumnya dukungan juga diberikan oleh Ibu Bupati Takalar yang mengharapkan adanya percepatan penanganan untuk menurunkan angka stunting di wilayah ini.

Ia pun berharap, agar hasil dari pelatihan ini bisa digunakan oleh masyarakat dengan tepat. Sehingga para ibu bisa memilih resep yang tepat untuk baduta-nya. Tentunya dengan makanan olahan yang bernilai gizi tinggi. 

"Kenapa kemudian kita juga mengundang para kader kesehatan dan dari posyandu, kita harapkan ini bisa menjadi jembatan untuk menyampaikan kepada para ibu yang ada di wilayah ini. Kami tim jenewa juga akan tetap melakukan pendampingan dan monitoring evaluasi dalam pelaksanaan progam ini”, tandasnya. 

Sementara itu, Petugas Gizi Puskesmas Mangarabombang Yanti, mengaku senang karena bisa menambah ilmunya lewat pelatihan yang diberikan oleh Yayasan Hadji Kalla dan Jenewa Institute. 

Saya bisa mengetahui lebih banyak bahan makanan yang tepat, dan cara pengolahan yang baik untuk mencegah stunting, karena nanti makanan tersebut akan diberikan kepada anak-anak bayi yang ada di wilayah kerjanya," tutupnya.

Laporan tribuntimur.com, M Ikhsan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved