Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kesenjangan Infrastruktur Pendidikan di Wilayah 3T Nyata Adanya, Nadiem Makarim Janji Lakukan ini

Nadiem Makarim sempat membagikan beberapa potretnya saat berkunjung ke daerah paling selatan Indonesia tersebut di akun instagramnya.

Editor: Anita Kusuma Wardana
istimewa
Kesenjangan Infrastruktur Pendidikan di Wilayah 3T Nyata Adanya, Nadiem Makarim Janji Lakukan ini 

TRIBUN-TIMUR.COM- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim membagikan ceritanya saat berkunjung ke Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, beberapa waktu lalu.

Nadiem Makarim pun sempat membagikan beberapa potretnya saat berkunjung ke daerah paling selatan Indonesia tersebut di akun instagramnya.

Dalam fotonya tersebut, Nadiem yang mengenakan Ti'i langga atau topi khas Rote tampak berfoto bersama sejumlah guru.

Di keterangan foto yang ia unggah, Nadiem Makarim mengaku saat melihat langsung sekolah di Rote Ndao, ia menemukan fakta kesenjangan dunia pendidikan di sana.

"Di sana saya melihat begitu jelas kesenjangan infrastruktur, akses internet, sarana dan prasarana sehingga menjadikan PJJ sebagai tantangan yang luar biasa,"tulis Nadiem.

Menemukan fakta tersebut, ia berjanji akan menjadikan hal tersebut sebagai prioritas kerja di Kemendikbud.

Hal ini untuk menjembatani kesenjangan di berbagai daerah agar semua anak Indonesia bisa belajar optimal, terutama di masa pandemi saat ini.

Beberapa waktu lalu, Nadiem Makarim mengatakan pada tahun 2021, anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk sekolah-sekolah kecil di daerah 3T akan mendapatkan tambahan sebesar Rp 3 triliun.

Nadiem mengatakan kebijakan ini sebagai upaya penyetaraan kualitas pendidikan di daerah 3T.

"Selama ini dana BOS yang diterima sama semuanya. Merugikan sekali bagi sekolah-sekolah kecil dan di pinggiran jika disamakan biaya per anaknya. Padahal di daerah 3T itu biaya konstruksi mahal dan barang-barang juga mahal. Jadi ini akan meningkat signifikan pada 2021," ujar Nadiem.

Sebelumnya, perhitungan dana BOS berdasarkan jumlah murid dan biaya per siswa disamakan.

Menurut Nadiem, metode perhitungan dengan berdasarkan jumlah murid tidak terlihat adil karena harus mengelola sekolah dengan besaran dana BOS yang kecil.

"Kenyataannya di lapangan masih terjadi kesenjangan, terutama pada sekolah yang muridnya sedikit dan sebagian besar berada di daerah 3T," tutur Nadiem.

Sementara itu, bagi sekolah yang memiliki jumlah murid besar akan diuntungkan karena dapat menikmati kemampuan ekonominya dan bisa memiliki sarana dan prasarana yang lengkap.

Rencananya, cara penghitungan dana BOS tidak hanya berdasarkan jumlah peserta didik, tetapi ada indeks kemahalan konstruksi (IKK) dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Melalui perubahan perhitungan dana BOS tersebut, Mendikbud menjamin tidak akan ada sekolah yang dana BOS-nya turun.

“Jadi kita akan pastikan, tidak ada dana BOS yang turun tapi untuk teman-teman kita di sekolah-sekolah kecil, daerah terluar, tertinggal itu akan meningkat secara dramatis. Itu adalah yang namanya proafirmasi, prorakyat yang membutuhkan. Itu yang sebenarnya," pungkas Nadiem.

Kagum dengan Tenun khas Rote Ndao

Saat berkunjung ke Rote Ndao, Nadiem Makarim juga menyempatkan diri mengunjungi pusat perajijn tenun.

"Sebagai pencinta tenun Indonesia, saya semangat sekali kemarin bisa berkunjung ke pusat perajin tenun di Rote Ndao, NTT,"tulis Nadiem di akun Instagramnya.

Dalam kunjungannya tersebut, Nadiem berbincang dengan para perajin.

Ia banyak bertanya tentang motif, warna, dan bahan dasar yang digunakan untuk tenun yang diproduksi.

"Yang juga sangat spesial adalah penggunaan pewarna alami yang digunakan perajin setempat dalam membuat tenun, karena lebih ramah lingkungan,"jelasnya.

Izinkan Sekolah Tatap Muka di Rote Ndao

Mendikbud Nadiem Makarim saat berkunjung di SD Negeri Ndau, Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT)
Mendikbud Nadiem Makarim saat berkunjung di SD Negeri Ndau, Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) (dok. Kemendikbud)

Dalam kunjungannya tersebut, Nadiem Makarim juga menyarankan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai menyelenggarakan pembelajaran tatap muka di sekolah.

Pelaksanaan sekolah tatap muka dilakukan dengan syarat tetap menjalankan protokol kesehatan yaitu menjaga jarak, memakai masker dan rajin cuci tangan.

”Supaya protokol kesehatan bisa dijalankan dengan baik pada saat belajar tatap muka di sekolah, maka siswa yang masuk maksimal 50 persen saja dari kapasitas sekolah,” kata Nadiem dikutip dari laman http://ditpsd.kemdikbud.go.id/

Hal itu ia sampaikan ketika berbincang dengan beberapa siswa SD dan SMP yang turut hadir dalam kunjungan Mendikbud tersebut.

Dalam kesempatan itu hadir pula Bupati Rote Ndao, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao, dan jajarannya.

”Bapak Kepala Dinas Pendidikan sudah bisa menyelenggarakan pembelajaran tatap muka di sekolah, karena Kabupaten Rote Ndao ini banyak zona hijau dan kuning. Saya tahu adik-adik ini sudah rindu sekolah, kangen bermain bersama teman-teman, banyak juga orang tua sekarang ini yang stress membimbing anak belajar di rumah,” tutur Nadiem.

Mendikbud melakukan kunjungan kerja selama dua hari di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Di hari pertama, Selasa, 10 November 2020, meski baru mendarat pukul sekitar pukul 17.00 waktu setempat, Nadiem sudah berkeliling mengunjungi lima titik lokasi hanya dalam waktu kurang lebih satu jam.

Memakai celana jeans, sepatu kets dan kemeja warna putih dengan lengan digulung, Mendikbud berkeliling dan berdialog dari satu tempat ke tempat lain.

Ia mengunjungi pusat perajin kain Rote, pusat perajin Sasando, situs cagar budaya Masjid An Nur, situs cagar budaya Raja Rote, situs cagar budaya Gereja Mengelama.(*)

(tribun-timur.com/Tribunnews.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved