Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Kerahkan Pasukan Khusus Buru Ali Kalora: Kejar Sampai Dapat!
Pekan lalu MIT melakukan serangan aksi terorisme yang menewaskan empat orang warga di Sigi, Sulawesi Tengah. Selain itu mereka juga membakar 7 rumah
”Pemerintah menyesalkan dan mengutuk keras tindakan teror, kekerasan, dan kekejian yang dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur, dalam hal ini kelompok Ali Kalora," kata Mahfud.
Menurut Mahfud, gerakan Kelompok MIT pimpinan Ali Kalora tak bisa disebut mewakili agama tertentu.
"Ini bukan perang suku apalagi perang agama. Peristiwa ini dilakukan kelompok kejahatan yang bernama Majelis Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin oleh Ali Kalora yang tidak bisa disebut mewakili agama tertentu," kata Mahfud.
Mahfud mengatakan, teror berdarah tersebut bukan hanya menewaskan 4 orang warga sipil, tercatat ada warga yang alami luka-luka hingga pembarakan rumah yang dilakukan oleh kelompok Ali Kalora itu.
"Pemerintah dengan ini sekali lagi menyampaikan duka yang mendalam dan pemerintah telah bertemu dengan keluarga korban dan juga sudah melakukan langkah pemulihan atau trauma healing," kata Mahfud.
Mahfud menyebut teror yang dilakukan kelompok Ali Kalora itu bertujuan untuk menciptakan suasana tak kondusif dan untuk menciptakan kekacauan yang bisa mengoyak persatuan dan memecah belah bangsa.
Ia pun meminta masyarakat tak terprovokasi atas tindakan kelompok tersebut. Ia juga meminta kepada tokoh agama setempat menyampaikan pesan perdamaian.
"Akhirnya kepada tokoh agama pemerintah berharap menebar luaskan pesan-pesan damai kepada masyarakat, karena sejatinya agama apa pun hadir di dunia ini untuk membangun perdamaian dan persaudaraan," kata dia.
Pemerintah memastikan akan memburu kelompok Ali Kalora untuk diadili. Satgas Tinombala sudah diterjunkan. TNI melalui pasukan khususnya akan membantu kepolisian mengepung dan menangkap kelompok teror ini.
Baca juga: Masih Ingat Ford Ranger yang Diisi Solar Olahan Sampah Plastik? Kini Kondisinya Rusak
"Pemerintah telah memerintahkan aparat keamanan melalui Satgas Operasi Tinombala. Satgas Operasi Tinombala untuk melakukan pengejaran dan pengepungan terhadap para pelaku agar secepatnya dilakukan proses hukum yang tegas terhadap mereka," ujarnya.
Strategi Baru
Sementara itu pengamat teroris, Ridlwan Habib menyarankan pemerintah dan aparat keamanan agar menggunakan strategi baru untuk menangkap Ali Kalora.
Berdasarkan pengamatannya, Operasi Tinombala telah berjalan hampir lima tahun tetapi belum berhasil menangkap pimpinan Mujahidin Indonesia Timur tersebut. Padahal berbagai cara sudah dilakukan.
"Pernah coba pakai thermal drone untuk memotret suhu panas tubuh. Ternyata ada kekeliruan. Karena suhu tubuh manusia mirip dengan mamalia seperti kera atau monyet, sehingga ketika mau menyerang dan didekati ternyata segerombolan monyet besar," ujar Ridlwan, Minggu (29/11). "Pernah dicoba pakai drone detector untuk mendeteksi gerak. Ternyata salah deteksi lagi," sambungnya.
Ridlwan berkata, Ali Kalora dan anggotanya yang diperkirakan berjumlah 11 orang diuntungkan secara geografis lantaran lokasi pergerakan mereka di pedalaman hutan yang sulit dijangkau orang. Selain itu, kelompok tersebut juga tidak menggunakan telepon genggam untuk saling berkomunikasi sehingga sulit dilacak.