12 Tahun Iwan Dento Menjaga Karst Rammang-rammang
Meski begitu, ia mengatakan tujuannya telah tercapai. Yaitu mengabarkan perjuangannya ke pemerintah pusat.
Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Imam Wahyudi
Pria yang juga bekerja sebagai petani ini, selalu merasa bertanggungjawab pada anak-anak dan generasi berikutnya.
“Anak-anak kita juga berhak atas apa yang ada sekarang,” ucapnya.
Hidupnya seakan tanpa privasi. Rumahnya jadi ‘Sekretariat Rammang-Rammang’.
Selain sebagai tempat tinggal, Iwan Dento juga memfungsikan rumahnya sebagai kedai kopi; Rumah Kedua.
Disanalah ia dan komunitasnya "Anak Sungai", mengerjakan banyak hal, seperti membuat rumah belajar, kerajinan dari bahan alami, dan membuat kerajinan dari sampah plastik.
"Kegiatan ekowisata juga telah mampu mendorong kemandirian masyarakat, seperti adanya simpanan darurat dan bantuan- bantuan sosial, pengelolaan sampah secara mandiri, perpustakaan, kelas belajar dan pengembangan usaha - usaha kreatif lainya,” kata Iwan.
Meski merupakan lulusan Sarjana Manajemen Dakwah, namun penampilannya layaknya rakyat kebanyakan.
Dengan rambut gonrong, bersarung dan berbaju kaos oblong adalah gaya hariannya.
Ia mengungkapkan perjuangannya ini juga merupakan "dakwah" untuk mengajak orang-orang menjaga lingkungan.
"Kami berlawan menggunakan konsep ekonomi tanding, jadi karst itu tidak hanya dilihat sebagai semen, tapi juga bisa difungsikan sebagai tempat wisata. Bedanya tidak ada yang kami rusak," terangnya.
Saat ditanya kapan ia akan berhenti berlawan. Ayah 5 anak ini (Gibran, Galang, Bimbing, Ibnu, Raya) mengatakan, dirinya akan berhenti apabila Tuhan menggerakkannya untuk melakukan hal lain.
"Saya selalu percaya, bahwa apa yang saat ini kita lakukan pasti ada campur tangan Tuhan. Dan saat ini Tuhan ingin saya tetap berlawan," katanya sambil tertawa.