Klakson
Protokol dan Pelanggaran
COVID-19 mengubah cara berpilkada serentak 2020. Ada protokol kesehatan yang harus diperhatikan dan dipatuhi.
Mengenakan masker, mencuci tangan hingga jaga jarak barangkali sia-sia bila aturan lain dijebol.
Taruhlah misalnya yang paling sederhana pelanggaran ketentuan kampanye kandidat.
Seorang mengamati pergerakan tim pemenangan calon Wali Kota Makassar.
Ia melihat tim lapangan rajin mengenakan masker hingga tutup muka mirip topeng.
Ada pula yang mengenakan kaos tangan.
Di kantong celana terselip botol kecil hand sanitizer.
Sungguh taat. Tetapi rupanya, di saat yang sama ia "curiga" ada sesuatu yang dibagi.
Kian hari tahapan pilkada bergerak sesuai jadwalnya.
Sungguh memalukan bila ketaatan tim kontestan sebatas ketaatan protokol sahaja.
Apa guna memakai masker bila uang-uang terbagi ke setiap warga?
Apa guna mematuhi protokol kesehatan bila uang suap melompat kesana-kemari tanpa rasa risih?
Publik harus bebas dari virus dan bebas dari pelanggaran ketentuan pilkada.
Sebab bahaya efek pelanggaran ketentuan dalam pilkada tak jauh beda dengan efek pelanggaran protokol kesehatan.
Katakanlah money politic misalnya.
Ini jelas melanggar, dan efeknya bagi pemenang pilkada yang melanggar biasanya berhasrat mengembalikan lembaran-lembaran uang yang dibagikan usai dilantik.