Hari Sumpah Pemuda
Rentetan Perjuangan Mahasiswa & Buruh Makassar Tolak UU Cipta Kerja, Berakhir di Hari Sumpah Pemuda?
Kegigihan mahasiswa dan kelompok buruh menolak disahkannya RUU Omnibus Law menjadi UU Cipta Kerja telah berlangsung tiga pekan terakhir Oktober ini.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Suryana Anas
Sejumlah kelompok gerakan mahasiswa dan burub kembali turung ke jalan memperingati Hari Sumpah Pemuda.
Sedikitnya ada 30 kelompok gerakan yang turung ke jalan dalam momentum tahunan itu.
Seperti terpantau di Jl Sultan Alauddin tepatnya di depan Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).
Sedikitnya ada lima kelompok yang melakukan unjuk rasa di ruas jalan poros Makassar-Gowa tersebut.
Mereka dari Aliansi Solidaritas Mahasiswa Sulsel, Koalisi Perjuangan Pemudan dan Mahasiswa (KPPM), AMAIDA, OMPI Sulsel dan Perhimpunan Pergerakan Mahasiswa (PPM) Sulsel.
Isu yang disuarakan diantaranya meminta evaluasi kinerja Jokowi-Ma'ruf, Cabut UU Cipta Kerja atau Omnibus Law dan Copot Kapolda Sulsel.
"Penangkapan teman-teman kami pada saat unjuk rasa 8 Oktober adalah bukti tindakan represif kepolisian. Maka dari itu kami meminta agar Kapolda Sulsel (Irjen Pol Merdisyam) segera mundur dari jabatannya," teriak orator dari Aliansi Solidaritas Mahasiswa Sulsel.
Akibatnya ruas jalan Sultan Alauddin terblokade atau ditutup full. Tidak ada kendaraan yang diperbolehkan melintas di badan jalan.
Kondisi itu diperparah oleh unjuk rasa Front Rakyat Menggugat di Ujung pertigaan Jl Sultan Alauddin-AP Pettarani.
Gabungan dari sejumlah aliansi dan organisasi itu berunjukrasa mendesak UU Cipta Kerja dicabut lantaran dianggap janggal dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat khususnya kaum buruh.
Namun, pantauan di lokasi, unjuk rasa dari enam kelompok itu berlangsung damai meski diwarnai blokade jalan.
Para pengunjukrasa membubarkan diri satu-satu persatu hingga akhirnya pukul pukul 20.22 Wita, ruas Jl Sultan Alauddin kembali normal dilalui pengendara.
(Tribun-Timur/Muslimin Emba)