Nadiem Makarim Pamer 'Filosofi Teras' di Instagram, Buku Karya Henry Manampiring tentang Stoicisme
Nadiem Makarim juga mengajak para orangtua untuk mencintai buku agar bisa menularkan kepada anaknya sebagai pendidikan literasi.
Henry juga mengungkapkan alasan menulis buku ini karena ia tidak menemukan literatur atau buku mengenai Stoicisme dalam Bahasa Indonesia.
"Mungkin ada, tapi terbatas untuk komunitas filsafat ya? Bahkan buku2 kontemporer-nya saja tidak ada yang menterjemahkan. Jadi gw menulis buku ini siapa tahu jadi “panglaris”, jadi lebih banyak orang yang tertarik,"katanya.
Ia pun berharap setelah mengangkat topik tersebut dapat men-trigger penulis lain atau penerbit untuk menterjemahkan buku-buku Stoic yang sudah ada.
Henry menilai buku ini adalah gabungan penjelasan topik-topik Stoicisme yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, dan sharing pengalaman pribadi mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari.
Ia menjelaskan, Stoicisme adalah aliran/mashab filsafat Yunani-Romawi kuno (pada jamannya, selain Stoicisme ada aliran Epicureanisme, Cynicism, Skepticism, Neoplatonism), yang berkembang 2.300 SM – 200 M (kira2 500 tahun).
Menurutnya, ada dua prinsip utama dari Stoicisme.
Pertama, terkait dikotomi kendali. Menurutnya, ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, ada pula yang tidak di bawah kendali kita.
"Dalam hidup, ada hal-hal yang di bawah kendali kita seperti pikiran, nalar, pertimbangan, perkataan, dan tindakan kita. Sisanya, tidak di bawah kendali kita, termasuk kekayaan, karier, reputasi, orang lain, sampai kesehatan kita.
Menurut Stoicisme, kata Henry, segala sumber bete, baper, galau, dan marah-marah itu karena kita menggantungkan kebahagiaan kita pada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita.
"Gimana mau happy kalo hal-hal itu tidak di bawah kendali kita?,"katanya.
Prinsip kedua Stoicisme, yakni “It is not things that disturb us, but our opinion about them”.
"Kita ini sebenarnya merasa sedih, kecewa, marah, stress bukan karena peristiwa hidup yang menimpa kita, tapi karena pendapat atau opini kita mengenai peristiwa tersebut,"kata Henry.
Ia mencontohkan, dua karyawan perusahaan yang sama, dengan kondisi ekonomi yang sama, di-PHK bersama.
Yang satu depresi, marah-marah merasa dizholimi, yang satunya lagi woles dan terinspirasi nyari ide bisnis.
Peristiwa eksternalnya sama, tapi interpretasinya bisa beda. Implikasinya bisa menjadi dua sisi, bad news dan good news.