Kekayaan Ustadz Yusuf Mansur Naik Berkali-kali Lipat Diuntungkan Merger Bank Syariah, Kok Bisa?
Kekayaan Ustadz Yusuf Mansur Naik Berkali-kali Lipat Diuntungkan Merger Bank Syariah, Kok Bisa?
TRIBUN-TIMUR.COM - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick THohir membuat terobosan baru.
Menteri Erick Thohir melakukan merger bank syariah.
Erick Thohir menggabungkan bank syariah dan unit syariah yang ada di bawah bank Himbara semakin nyata.
Erick menargetkan penggabungan beberapa bank syariah pelat merah itu terwujud di awal 2021.
Nah, salah satu dampak isu marger ini adalah melonjaknya saham-saham bank syariah yang melantai di bursa efek.
Salah satunya adalah BRI Syariah (BRIS).
Pada perdagangan Selasa (13/10), harga saham BRIS melesat 25% ke level Rp 1.125 per saham.
Terjadi 77.579 kali transaksi yang melibatkan 915,49 juta saham senilai Rp 989,48 miliar.
Seperti diketahui, BRIS akan menjadi induk dari penggabungan bank syariah ini.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, merger bank syariah BUMN tersebut akan berdampak positif terhadap bisnis bank syariah BUMN dan bagi perekonomian Indonesia.
Terlebih lagi, prospek perbankan syariah memang masih cukup cerah dan ruang ekspansinya cukup terbuka lebar.
Salah satu orang yang diuntungkan dengan melonjaknya harga saham BRIS adalah dai kondang Ustadz Yusuf Mansur.

Seperti diketahui Yusuf Mansur memborong saham BRIS saat initial public offering (IPO) 2018 lalu.
Melalui bendera Paytren Aset Manajemen, Yusuf Mansur disebut memborong saham BRIS antara 10-20% dari 2,62 miliar lembar saham yang disebar ke publik.
Menariknya, Yusuf Mansur membeli saham BRIS saat masih di harga Rp200. Artinya dalam 2 tahun uang Yusuf Mansur naik lebih dari 5 kali lipat.
Nasib Pemilik Saham BRIS Pasca Merger Bank Syariah
Merger bank syariah yang melibatkan tiga bank milik pemerintah akan berimbas pada pemilikan saham publik di PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS). Saham publik di BRI Syariah (BRIS) bakal terdilusi.
Merger bank syariah ini melibatkan BRI Syariah, PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah.
Dalam merger bank syariah ini, BRI Syariah (BRIS) menjadi entitas yang menerima penggabungan (surviving entity).
“Jika melihat anggaran dasar BRIS saat ini, porsi kepemilikan investor publik memang pasti akan terdilusi, sehingga sebelum merger bank syariah perlu ada persetujuan dari otoritas,” ujar Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi kepada KONTAN, Selasa (13/10).
Memang Nafi bilang BRI Syariah bisa mengubah anggaran dasar perseroan guna menghindari terdilusinya porsi publik lebih dalam.
Atau dua bank yang akan digabung yaitu BNI Syariah dan Mandiri Syariah bisa mengambil porsi publik untuk masuk ke BRI Syariah.
Namun Nafi bilang hal tersebut cukup sulit terealisasi, apalagi jika ada penambahan atau pengurangan kepemilikan saham.
Sehingga kepemilikan publik dipastikan terdilusi pasca merger bank syariah.
Sementara Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji bilang meski berpotensi tinggi terdilusi, investor publik bisa dapat kompensasi dari kenaikan harga saham BRIS akibat sentimen merger bank syariah.
Dalam perdagangan Selasa (13/10) saham BRIS tercatat tersangkut auto reject atas (ARA) lantaran telah melonjak 25%.
Transaksi BRIS dilakukan dibuka pada harga Rp 920, dan ditutup pada harga Rp 1.125.
“Meski demikian, kenaikan harga saham selanjutnya akan bergantung terhadap sejuah mana emiten bisa meningkatkan kinerjanya secara fundamental,” ungkap Nafan.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Hery Gunardi sekaligus Ketua Tim Project Management Office Hery Gunardi bilang bank hasil merger bank syariah bahkan bisa masuk jajaran sepuluh besar bank syariah berkapitalisasi pasar teratas di dunia.
“Tujuan merger bank syariah ini untuk memiliki bank syariah yang besar, dan berdaya saing global. Bank hasil merger juga bisa masuk 10 bank terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar di dunia,” kata Hery saat jumpa pers daring Selasa (13/10).
Dengan target penyelesaian merger bank syariah pada Februari 2021 mendatang, Hery menaksir total aset bank hasil merger bakal mencapai hingga Rp 220 triliun-Rp 225 triliun dengan laba Rp 2,2 triliun.
Sedangkan dengan asumsi konservatif, sampai 2025 aset hasil merger bank syariah diproyeksi bisa mencapai Rp 390 triliun, pembiayaan Rp 272 triliun, dan DPK senilai Rp 335 triliun.
Sayangnya Hery masih enggan membeberkan rancangan penggabungan usaha dari merger bank syariah tersebut.
Ia hanya bilang para pihak bakal secara resmi mengumumkan prospektus terkait pada 20 Oktober 2020 mendatang.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan merger bank syariah ini agar Indonesia bisa menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia.
"Menjadi satu keluarga besar. Langkah ini merupakan tonggak sejarah untuk kita semua. Tonggak pertama persiapan dan tinjauan-tinjauan untuk merealisasikan rencana penggabungan bank bank syariah nasional," kata Erick dalam video yang berdurasi singkat, yang dikutip Selasa (13/10).
Erick Thohir meyakini merger bank syariah ini semakin mendekatkan Indonesia dengan tujuan ekonomi syariah yakni keadilan.
Erick menilai keadilan dan transparansi dinilai telah membuat bank-bank syariah mampu bertahan di tengah krisis pandemik Covid-19, bahkan mampu menorehkan kinerja yang positif.
Sumber: Kontan