UIN Alauddin
Lingkar Studi Ushuluddin UIN Alauddin Bahas Pesantren dan Moderasi Beragama di Forum Akademik
Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin, Dr Muhsin membentuk sebuah forum akademik dengan nama Lingkar Studi Ushuluddin (LISU).
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin, Dr Muhsin membentuk sebuah forum akademik dengan nama Lingkar Studi Ushuluddin (LISU).
Pembentukan forum ini sebagai upaya menjadikan Fakultas Ushuluddin, sebagai fakultas dimana kajian dan kebebasan berfikir menjadi ruh utama.
Setiap bulan, Lingkar Studi Ushuluddin ini akan menjadi forum bagi akademisi Fakultas Ushuluddin untuk membagikan gagasan, isu, hasil penelitian ataupun kegelisahan intelektual mereka.
Dr Muhsin mengatakan, forum akademik ini adalah salah satu program kerja yang telah lama direncanakannya namun harus tertunda karena persoalan pandemi.
“Ilmu itu adalah perbuatan yang sangat mandiri. Ilmu sejatinya tidak tergantung apapun karena ilmu selalu menyuarakan kebenaran," katanya, Senin (12/10/2020).
Tema pertama yang dikaji dalam forum akademik ini terkait dengan Pesantren dan Penyemaian Nilai-Nilai Moderasi Islam; Studi Kasus Pesantren As’adiyah Sengkang.
Hadir sebagai pemantik pertama dalam diskusi awal ini adalah dosen Prodi Studi Agama-Agama, Wahyuddin Halim.
Sebelumnya, gagasan ini juga sempat disampaikannya di Berlin, Jerman.
Menurut Wahyuddin Halim, penelitian tentang pesantren telah banyak dilakukan oleh researcher dari dalam dan luar negeri.
Hasil temuan dari peneliti tersebut menyebutkan bahwa pesantren dianggap sebagai lembaga yang dapat mentransmisi nilai Islam.
"Pesantren dianggap memiliki kemampuan beradaptasi, mampu mendorong pembangunan ekonomi masyarakat, juga dapat menjadi tempat menanamkan nilai kebangsaan dan juga kewargaan. Pesantren dapat pula menginisiasi transformasi dan reproduksi otoritas keagamaan dalam konteks lokal," katanya.
Saat ini, menurut Wahyuddin Halim, setidaknya ada tiga model lesantren yakni model Pesantren Tradisional (Salafiyah), Pesantren Modern (Khalafiyah) dan juga Pesantren yang mengkombinasi model tradisional dan modern. (tribun-timur.com)
Laporan Wartawan tribun-timur.com @Fahrizal_syam