Nadiem Makarim Jadikan Peringatan Hari Aksara sebagai Momentum Ubah Paradigma Pendidikan
Nadiem Makarim pun mengharapkan momen Hari Aksara Internasional dapat menjadi momentum perubahan paradigma pendidikan di Indonesia.
TRIBUN-TIMUR.COM- Hari Aksara Internasional (HAI) ke-55 diperingati pada 8 September 2020.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim pun mengharapkan momen Hari Aksara Internasional dapat menjadi momentum perubahan paradigma pendidikan di Indonesia.
Perubahan paradigma pendidikan bagi Nadiem Makarim dapat dilakukan melalui pembelajaran literasi di masa Pandemi Covid-19.
Literasi merupakan kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat tertentu yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
• Desy Ratnasari Tanya Nadiem Makarim soal Guru Honorer, Tjahjo Kumolo Sebut Ada Peluang Diangkat 2021
• Program Baru Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, Program Kampus Mengajar Perintis, Libatkan Mahasiswa
"Saya mengapresiasi luar biasa, meski tengah mengalami berbagai keterbatasan akibat pandemi COVID-19, kita tetap bersemangat untuk mengingat pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat, untuk melakukan komunikasi sehingga kita dapat mengembangkan ilmu pengetahun dan teknologi," ucap Nadiem dalam keterangan resminya, melansir website Kemendikbud.go.id, Rabu (9/9/2020).
Nadiem mengatakan, Kemendikbud bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dapat memastikan kebijakan literasi selama pandemi Covid-19 bisa berjalan dengan baik di setiap daerah.
Untuk menuntaskan buta aksara, kata Nadiem, Kemendikbud akan melakukan berbagai strategi, seperti pemutakhiran data buta aksara dan memperluas layanan program pendidikan keaksaraan.
Tak lupa, Kemendikbud juga akan mengembangkan sinergi dalam upaya penuntasan buta aksara dan pemeliharaan kemampuan keberaksaraan warga masyarakat, serta mengakselerasi inovasi layanan program pada daerah terpadat buta aksara.
"Kita harus bisa mengambil hikmah dari pandemi ini. Saat pandemi selesai, kita harus yakin akan keluar menjadi pemenang yang terus memiliki harapan dan cita-cita untuk mengentaskan buta aksara dari negara kita tercinta. Dan bersama-sama juga kita bisa menghadirkan pendidikan yang berkualitas, agar Indonesia maju," ucap pria yang terlahir di tahun 1984 lalu.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Kemendikbud, Jumeri menyatakan, penuntasan buta aksara dalam beberapa tahun belakangan ini difokuskan pada daerah yang tertinggal, terdepan dan terluar (3T).
Karena, semua daerah itu sulit dijangkau, khususnya selama masa pandemi ini.
Oleh karena, kata Jumeri, masa krisis ini bisa dijadikan momentum untuk seluruh pihak dalam menunjukkan keberpihakannya dalam meningkatkan literasi.
"Daerah 3T adalah bagian dari NKRI yang harus diperjuangkan, kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Pemda) sangat perlu, dalam mencapai tujuan memberantas buta aksara di Indonesia," ungkap Jumeri.
Buta aksara alami penurunan
Melansir data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Biro Pusat Statistik (BPS) di 2019, jumlah penduduk buta aksara telah mengalami penurunan yang cukup signifikan.