2 Tahun Prof Andalan Sulsel
Sulsel Sehat Tak Hanya Covid-19 Tapi Juga Ibu-ibu Hamil dan Anak Sehat hingga Ambulans Laut (4)
Sulsel Sehat Tak Hanya tentang Covid-19 Tapi Juga Ibu-ibu Hamil dan Anak Sehat hingga Ambulans Laut
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Mansur AM
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Redaksi tribun timur melakukan wawancara khusus dengan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah dan Wagub Andi Sudirman Sulaiman di Gubernuran, Jumat (4/9/2020).
Wawancara eksklusif ini dalam rangka peringatan 2 Tahun Prof Andalan memimpin Sulsel.
Duet pemimpin ini dilantik 5 September 2018 lalu oleh Presiden RI Jokowi.
Berikut petikan wawancara jurnalis senior Andi Suruji yang juga Pemimpin Umum Tribun Timur dengan duet Prof Andalan:
Pak Gub dan Wagub ada program kita yang cukup juga menarik perhatian orang yaitu Sulsel sehat. Nah Sulsel Sehat ini bagaimana pak. Apa lagi terkait program ini tiba-tiba ada pandemi Covid-19 sehingga program ini akan mendapat tantangan yang besar?
Nurdin Abdullah: Artinya Sulsel Sehat ini yang pertama masalah yang kita hadapi adalah stunting. Jadi kita sudah petakan beberapa kabupaten yang memang perlu penanganan khusus.
Terutama bagaimana penanganan ibu-ibu hamil juga di seribu kelahiran pertama ini sangat penting sekali.
Pastikan anak-anak ini sebelum lahir gizi baik dan ibunya juga. Sehingga mereka lahir tumbuh menjadi anak yang sehat.
Yang kedua tentu kendala kita adalah angka kematian ibu melahirkan.
Nah ini juga tentu menjadi PR kita bagaimana menekan angka kematian ibu melahirkan setiap tahun.
Apa upaya yang sudah kita lakukan?
Tentu bukan hanya di darat tetapi juga di laut pun kita memberikan layanan yang kita sebut sebagai Ambulans Laut dan alhamdulillah setelah kita luncurkan tahun lalu itu sudah sekian puluh masyarakat pulau yang melahirkan di ambulans. Bayangkan saja jika ambulans laut ini tidak ada.
Tentu kita juga berharap masyarakat pulau ini tanpa harus kedaratan mereka juga bisa terlayani.
Kami ada bantuan dari Kementrian perhubungan dua kapal yang kita modifikasi menjadi rumah sakit terapung. Mudah-mudahan tahun ini sudah bisa beroperasi sehingga betul-betul masyarakat bisa terlayani dengan baik. Dan dokternya itu betul-betul dokter volunter. Jadi memang sebuah keikhlasan dari para dokter.
Nah ada satu hal yang kita coba bangun. Kita sudah buat di depan kantor gubernur yaitu brigade siaga bencana yang kita rancang menjadi ambulans mobile sama yang kita bangun di Bantaeng dulu waktu saya bupati.
Jadi cukup dengan Call Center 119 ketika ada gangguan kesahatan, kecelakaan itu 24 jam jadi secara otomatis tanpa si korban menelepon misalnya ada kecelakaan karena orang yang melintas saja bisa memberitahu ke call canter 119, ambulans bisa langsung meluncur.
Demikian juga kalau ada gangguan kesehatan di masyarakat. Bisa menggunakan fasilitas ini dan saya kira ini adalah tentu harus hadir sebagai ibu kota metro. Yang lain tentu kita berharap pembangunan rumah sakit regional. Jadi saya sama pak Wagub sudah merancang ada enam rumah sakit regional.
Satu sudah selesai di Pare-pare. Kenapa rumah sakit regional ini kita buat? Ini agar jangan semua pasien dirujuk ke Makassar. Sebenarnya kita tidak kekurangan dokter ahli di daerah tapi mereka itu kekurangan peralatan. Hanya persoalan CT Scan harus dirujuk ke Makassar. Nah bayangkan kalau dari ujung Luwu Timur harus dirujuk ke Makassar. Orang yang sehat pun pasti pegal-pegal apalagi orang sakit.
Jadi kita berharap dengan hadirnya rumah sakit regional ini bisa menjadi rujukan layanan.
Saya ingin memperdalam mengenai gagal pertumbuhan anak atau stunting itu. Program-program apa yang kita lakukan real ke masyarakat terutama membangun kesadaran ini?
Andi Sudirman: Di tahun 2020 ini kita sudah melihat peringkat dari data 2019. Yang masuk dalam peringkat 10 besar meskipun sudah berubah kita mengambil pilot project di tahun 2020 dengan dua kabupaten terbesar angka-angka di tahun sebelumnya.
Dan intervensi-intervensi itu juga kita minta kabupaten kota melakukan suatu intruksi supaya ada suatu supaya ada pengalokasian dari dari dana di desa maupun dari provinsi. Ini kita sudah simulasikan bahwa ada penerima manfaat sekitar 51 desa dengan anggaran Kalau tidak salah plus minus 10 miliar.
Kita sudah mulai provinsi untuk bantuan ke mereka di mana ada pendampingan kita sudah lantik kemari oleh Bapak Gubernur 85 tenaga untuk stunting pendamping.
Kemudian juga ini adalah terkoneksi langsung ke Dinas Kesehatan kami Dan harapannya adalah kita juga ini bisa melakukan intervensi langsung kepada Desa ke desa.
Apa yang terjadi kita di tahun 2020 ini sudah peningkatan yang semula tadi ranking 1 adalah Bone dan kedua Enrekang tapi sekarang sudah bergeser turun dan istilahnya cepat keluar dari zona tertinggi.
Setelah kami simulasikan ini akan menjadi pelajaran pilot project dua ini.
Sebagaimana yang kami diskusikan dengan pak gubernur kita coba dulu dan kita akan bisa ditingkatkan lagi untuk Insya Allah tahun depannya.
Yang kedua adalah bantuan-bantuan keuangan kami ke daerah bawahan sesuai dengan instruksi bapak gubernur bahwa selalu kita paketkan dengan penanganan stunting. Selalu ikutan berapa ratus juta untuk intervensi dari segi penanganan stunting. Karena kita tahu selama ini bahwa kita masih tinggi angka stunting ketika kami baru pertama kali masuk.
Sehingga kami bersama pak gubernur dan seluruh Dinas Kesehatan Kami adalah fokus untuk melakukan intervensi secara dalam tentang ibu di seribu hari kehamilan pertama termasuk stunting. Selanjutnya adalah kita merencanakan kedepan sebagai mana disampaikan beliau (gubernur) bahwa kita akan melakukan BSB kami untuk memaksimalkan dengan bagaimana kabupaten kota menjadi penopang
Di mana mereka akan terkoneksi secara informasi nantinya. Bahwa ambulans kami sebenarnya tidak kurang tetapi cuma masalah sistem yang kita punya yang mana langsung dikomandoi oleh provinsi. Kita buat di depan kantor gubernur sebagaimana dulu di Bantaeng dilakukan dan ini akan menjadi sebuah program terobosan baru untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang bentuk dan sifatnya adalah emergency system.
Ada target mengenai penanganan stunting?
Nurdin Abdullah: Saya kira apa yang dijelaskan oleh pak wagub tadi, yang punya tanggung jawab utama sebenarnya daerah.
Kami supporting dalam rangka bagaimana mencegah stunting ini terus meningkat setiap tahunnya. Sehingga kami terus melakukan monitoring melalui dinas kesehatan termasuk juga kerja PKK. PKK ini penting terus pendamping Desa juga kita berikan ya. Saya yakin dan percaya kalau kita menangani ini dari 1000 hari pertama kelahiran saya yakin kita bisa cegah.
Oleh karena itu saya kira kedepan memang lagi-lagi ekonomi masyarakat ini harus kita perbaiki. Kalau ekonominya baik dia juga bisa memberikan gizi yang baik kepada keluarganya.
Pak kemarin pak gubernur melaporkan kepada presiden mengenai penanganan Covid-19. Bapak melaporkan bahwa sudah mulai bisa dikendalikan ini virus. Bagaimana kedepannya penanganan covid ini?
Nurdin Abdullah: Saya kira satu hal yang menggembirakan bagi kita walaupun memang ini sebuah program yang tidak mudah ya. Yang pertama adalah bagaimana kita memisahkan yang sakit dengan yang sehat.
Jadi yang sakit tentu kita rawat. Bagi yang ada komorbid atau Penyakit penyerta itu di rumah sakit. Sementara yang terkonfirmasi positif tapi tidak ada gejala kita isolasi di hotel. Kenapa di hotel?
Supaya ekonomi juga bisa berjalan. Kalau kita tidak gunakan hotel saya yakin percaya bahwa karyawan karyawati dirumahkan karena hotelnya harus tutup.
Ini ada enam hotel yang kami berdayakan. Yang kedua catering-catering ini juga kami berdayakan.
Dua hal ini penting sekali untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Karena hotel nyaman dan catering memberikan gizi yang baik. Terus ada beberapa program yang tentu diberikan setiap hari sehingga mereka tidak bosan. Alhamdulillah kalau kita bandingkan yang dirawat rumah sakit dan yang di rawat di hotel itu tingkat kesembuhan itu 90% yang dihotel.
Sementara yang di rumah sakit itu sekitar 79%. Kedepan saya kira selama vaksin belum dilakukan, obat belum ada kuncinya adalah kita tidak bisa menjamin bahwa covid ini bisa melandai artinya protokol kesehatan menjadi sangat penting. Jadi kalau protokol kesehatan ketat kita lakukan Saya yakin kita akan bersabar sambil menunggu vaksin dilakukan. Kalau vaksin ditemukan kita sudah vaksin semua tentu virus ini tidak akan hilang tapi kalau kita kena sudah ada obatnya.
Kalau penanganannya bagaimana mulai dari deteksi tracing, tracking, fencing dan lainnya?
Nurdin Abdullah: Itu sudah dari awal. Awalnya memang kitakan masih bergantung dengan litbangkes. Jadi semuanya kita kirim ke Jakarta, Tapi dua minggu kemudian kita sudah bisa mengoperasikan lab kita. ada yang di Unhas ada di Wahidin dan lainnya.
Ada 7 lab kita, Unhas saja bisa kapasitasnya sampai 4000. Cuma memang kemampuan tracing ini yang harus lebih kencangkan lagi.
Kendalanya sendiri pak? Mungkin ada masyarakat yang takut diswab?
Nurdin Abdullah: Awalnya memang seperti itu tapi karena relawan-relawan kita ini cukup bagus pendekatannya ke masayrakat dan memang tidak mudah. Kita mudah mengucapkan tracing, tracking, dan lainnya tapi itu hal yang tidak mudah.
Yang kita lakukan sekarang ini adalah tentu bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa virus corona ini sangat berbahaya apalagi di rumah ada orang tua kita. Sehingga bagaimana kita melindungi diri dan tidak menularkan ke keluarga kita.
Saya ingin sampaikan ke kita semua bahwa tentu apapun upaya kita tapi kesadaran masyarakat rendah pasti naik lagi. Mumpung sekali sudah dalam kendali artinya RT kita ini sudah melandai dan sudah bisa dianggap Covid-19 di Sulsel ini sudah terkendali. Jadi kita berharap partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan disiplin. Dari masker terutama karena masker ini bisa menghindarkan kita dari virus hibgga 70% dan yang kedua menghindari kerumunan, menjaga jarak dan cuci tangan itu yang paling penting.
Hikmah dari semua ini saya yakin insya Allah kedepannya kita akan menjadi manusia yang hidup bersih.(*)