Unhas
Kasus DBD Meluas Seiring Covid-19, FKM Unhas Webinar Pencegahan dan Penularan DBD
FKM Unhas menyelenggarakan webinar nasional seri dua dengan tema Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD di Masa Pandemi Covid-19
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin menyelenggarakan webinar nasional seri dua dengan tema "Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD di Masa Pandemi Covid-19", Senin (31/8/2020).
Narasumber webinar yakni Guru Besar Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Airlangga Prof Dr Ririh Yudhastuti, Ketua Umum Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik dan Penyakit Tropis Indonesia Dr dr Rita Kusriastuti, dan Guru Besar Kesehatan Lingkungan FKM Unhas,
dan Prof dr Hasanuddin Ishaq.
Dekan FKM Unhas, Dr Aminuddin Syam menjelaskan, FKM Unhas terus berkreasi menghadirkan wadah edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan diri dan lingkungan.
"Saat ini kasus sebaran DBD sudah meluas seiring dengan kasus pandemi Covid-19. Sementara itu, gejala dari dua kasus ini hampir sama. Jadi agak sulit untuk membedakan," kata Aminuddin.
"Sehingga perlu untuk mengetahui secara pasti gejala dari dua kasus tersebut. Kami berharap, melalui webinar ini informasi bisa bertambah agar penanganan bisa dilakukan secara tepat," lanjut Aminuddin.
Usai pembukaan secara resmi, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari paranara sumber.
Prof Dr Ririh Yudhastuti menyampaikan materi terkait "Ancaman DBD & Peranan Kesehatan Lingkungan di Tengah Pandemi Covid-9".
Prof Ririh menjelaskan, Indonesia sebagai negara kepulauan tropis terpadat di Asia Tenggara merupakan negara endemik DBD, dimana penularannya terjadi secara terus menerus setiap tahunnya.
Hingga Juni 2020, kasus sebaran DBD di Indonesia pada masa pandemi Covid-19 berjumlah 68.753, dengan kasus kematian 500 orang.
Wilayah dengan banyak kasus DBD merupakan wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi pula seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTT, dan beberapa kabupaten/kota di Indonesia.
"Mobilitas, kondisi iklim dan urbanisasi merupakan faktor yang diketahui mendorong penyebaran penyakit secara geografis dari daerah endemik ke seluruh daerah non endemik, sehingga menyebabkan peningkatan resiko penyebaran," jelas Prof Ririh.
Prof Ririh menyimpulkan, ancaman DBD di tengah pandemi Covid-19 bjsa dicegah dengan menurunkan populasi vektor nyamuk pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Selain itu, dibutuhkan peran serta masyarakat dalam mengendalikan DBD, terutama tempat umum dan institusi yang ditinggalkan karena kebijakan WFH, PSBB, dan beberapa kebijakan lainnya selama masa pandemi.
"Selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, sekaligus melakukan prediksi kasus DBD selama musim hujan dan manajemen yang baik walau ada pandemi Covid-19," tutup Prof Ririh. (tribun-timur.com)
Laporan Wartawan tribun-timur.com @Fahrizal_syam