Bincang Bola Virtual Tribun Timur
Pemain Yunior Juga Butuh Atmosfer Kompetisi
Padahal, dalam dunia sepak bola, kunci keberhasilan menuju jenjang era sepak bola profesional terletak pada pembinaan pemain usia dini hingga remaja.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Ilham Mulyawan Indra
"Buat saya, tak ada kejelasan covid ini sampai kapan, jadi apa perbedaannya mengapa kompetisi senior jalan, tapi yunior tidak, ini jadi pertanyan kami pembina," lanjut mantan pemain PSM ini.
Manajer Bank Sulselbar FC, Ari Hidayat juga menyebut akibat pandemi sempat membuat tim pembinaan Bank Sulselbar FC tak menggelar latihan sejak Maret hingga Juni. “Akhir Juni baru kita mulai lagi. Anak-anak sekarang tetap latihan," kata Ari.
Tanpa kompetisi tahun ini, pihaknya pun ikut merasakan dampaknya.
Padahal Bank Sulselbar FC tercatat sebagai tim yang kerap mewakili Sulsel di ajang Liga pelajar Piala Menpora U-16 sejak 2016 hingga 2019.
Bahkan dua pemain Bank Sulselbar, Alif Jaelani dan Ahmad Latando Paturusi pernah dipanggil memperkuat timnas pelajar U-16 pada 2017 lalu.
"Bank Sulselbar memiliki pembinaan mulai usia 10 tahun sampai tingkat Liga 3. Kompetisi yang biasnya diikuti kelompok umur kita, tahun ini tak jalan seperti Menpora Cup," ujar Ari.
Meski tanpa kompetisi, ia menilai tim pembinaan di Kota Makassar masih sedikit beruntung, sebab jumlahnya yang cukup banyak membuat tim-tim ini selalu mengadakan uji coba untuk mengukur kemampuan para pemain binaan.
"Kita di Makassar agak beruntung dibanding Sulbar, di sini agak banyak klub yang bisa bersaing seperti Bangau Putra, jadi anak-anak untuk evaluasi bisa. Sekarang juga ada turnamen kelompok usia, walaupun bukan skala nasional. Tapi cukuplah membuat anak-anak tak bosan," ucapnya.
Ari juga tak menampik pihaknya terpaksa mengatur ulang jadwal latihan termasuk infrastruktur lapangan.
“Ini harus dibenahi dulu. Kami pisahkan latihan junior dan pemain liga 3, supaya tak padat di lapangan," pungkasnya. (*)
Pemerintah dan PSSI Harus Kreatif
Pembina Akademi PSM, Febrianto Wijaya meminta Kemenpora dan PSSI memiliki ide untuk kelanjitan kompetisi usia muda.
"Kalau PSSI dan Kemenpora tak kreatif membangun kompetisi berjenjang, sampai kapan akan seperti ini, Corona ini kita tidak tahu kapan akan berakhir, jika menunggu berakhir, berarti kompetisi usia muda juga tak jelas kapan akan dilanjutkan," kata Anto.
Anto menyarankan, PSSI dan Kemenpora membuat kompetisi dengan skala lokal, sehingga pemain akademi punya wadah untuk menunjukkan dirinya.
Ia khawatir, jika tak ada kompetisi, Indonesia akan kehilangan satu generasi pemain.
"Kita akan kehilangan satu generasi tahun ini. Harus ada metode dan kreatifitas yang dirumuskan bersama. Sehingga anak-anak juga jalanlah, supaya punya ujian. Kalau menunggu covid, yah kita tak tahu sampai kapan," tegasnya. (*)
