Bukan Lagi ITB atau UGM, Inilah Perguruan Tinggi Terbaik 2020 dari 2.136 Kampus di Indonesia
Rupanya di 2020 ini, perguruan tinggi yang berada di puncak klaster 1 bukanlah Institut Teknologi Bandung ataupun Universitas Gadjah
Penulis: Alfian | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUN-TIMUR.COM-Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) baru saja merilis klasterisasi perguruan tinggi di Indonesia di 2020.
Dirjen Dikti, Prof Nizam mengungkapkan, klasterisasi tersebut adalah upaya Ditjen Dikti untuk melakukan pemetaan atas kinerja perguruan tinggi di bawah naungan Kemdikbud.
"Klasterisasi ini bukanlah pemeringkatan namun pengelompokan perguruan tinggi sesuai dengan level perkembangannya. Klasterisasi ini jangan disalah maknai sebagai pemeringkatan,"katanya seperti dikutip dari laman Kemdikbud.
Dari hasil analisis terhadap data-data dari 2.136 perguruan tinggi yang tersedia maka diperoleh hasil klasterisasi perguruan tinggi tahun 2020 yang terdiri dari 5 (lima) klaster perguruan tinggi.
Pada klaterisasi ini menurut Prof Nizam tidak ada dikotomi antara PTN maupun PTS.
Dari hasil klasterisasi tersebut, sebanyak 15 perguruan tinggi negeri masuk dalam klaster 1.
Rupanya di 2020 ini, perguruan tinggi yang berada di puncak klaster 1 bukanlah Institut Teknologi Bandung (ITB) ataupun Universitas Gadjah Mada (UGM), melainkan Institut Pertanian Bogor (IPB).
IPB berhasil naik dua peringkat dari tahun sebelumnya yang berada di nomor 3.
Sementara ITB yang dua tahun berturut-turut berada di puncak turun ke nomor 5.
Sedangkan UGM turun dari nomor 2 ke nomor 3. UGM sempat berada di urutan pertama pada tahun 2017.
Selain IPB, Universitas Indonesia juga berhasil naik level ke urutan 2 dari tahun sebelumnya berada di nomor 5.
Universitas Airlangga juga mampu naik 3 level, dari nomor 7 di tahun 2019 kini berada di urutan 4 di tahun 2020.
4 Indikator Penilaian
Lebih lanjut Prof Nizam menjelaskan pada tahun 2020 ini, berbagai informasi terkait kinerja perguruan tinggi Indonesia kembali diidentifikasi berdasarkan empat aspek utama antara lain mutu sumber daya manusia dan mahasiswa (input), pengelolaan kelembagaan perguruan tinggi (proses), capaian kinerja jangka pendek yang dicapai oleh perguruan tinggi (output), dan capaian kinerja jangka panjang perguruan tinggi (outcome).
Akan tetapi, indikator-indikator yang mencerminkan masing-masing komponen utama tersebut terdapat beberapa perubahan/penambahan indikator sehingga diharapkan komponen utama tersebut dapat lebih mencerminkan kondisi perguruan tinggi Indonesia sesuai dengan cakupan pada masing-masing komponen utama tersebut.
Pada klasterisasi tahun 2020 ini, indikator yang digunakan untuk menilai kinerja perguruan tinggi pada aspek input antara lain persentase dosen berpendidikan S3, persentase dosen dalam jabatan lektor kepala dan guru besar, rasio jumlah dosen terhadap jumlah mahasiswa, jumlah mahasiswa asing, dan jumlah dosen bekerja sebagai praktisi di industri minimum 6 bulan.
Pada aspek proses terdapat 9 indikator yang digunakan antara lain Akreditasi Institusi, Akreditasi Program Studi, Pembelajaran Daring, Kerjasama perguruan tinggi, Kelengkapan Laporan PDDIKTI, Jumlah Program Studi bekerja sama dengan DUDI, NGO atau QS Top 100 WCU by subject, Jumlah Program Studi melaksanakan program merdeka belajar, Jumlah mahasiswa yang mengikuti Program Merdeka Belajar.
Pada aspek output, terdapat empat indikator yang digunakan antara lain jumlah artikel ilmiah terindeks per dosen, kinerja penelitian, kinerja kemahasiswaan, jumlah program studi yang telah memperoleh Akreditasi atau Sertifikasi International.
Sementara pada aspek outcome, terdapat lima indikator yang digunakan antara lain kinerja inovasi, jumlah sitasi per dosen, jumlah patent per dosen, kinerja pengabdian masyarakat, dan persentase lulusan perguruan tinggi yang memperoleh pekerjaan dalam waktu 6 bulan.
Unhas Naik Satu Level
Dari data yang diumumkan juga menunjukkan Universitas Hasanuddin (Unhas) berhasil memperbaiki peringkat, dari posisi ke-8 tahun 2019 naik menjadi posisi ke-7 tahun 2020 ini.
Ketua Tim Klasterisasi Unhas, yang juga merupakan Direktur Komunikasi, Suharman Hamzah menjelaskan bahwa Klasterisasi Perguruan Tinggi Kemendikbud merupakan ciri kualitas perguruan tinggi yang telah terdokumentasi.
“Klasterisasi Perguruan Tinggi oleh Kemendikbud disusun berdasarkan empat indikator, yaitu input, proses, output, dan outcome. Unhas berhasil mencatat skor sempurna, yaitu 4.000 untuk indikator input. Ini merupakan capaian yang menggembirakan bagi kita semua,” tuturnya.
Masing-masing indikator dalam Klasterisasi Perguruan Tinggi terdiri atas beberapa komponen.
Semisal Indikator Input dengan komponen persentase dosen berpendidikan S3, persentase dosen dalam jabatan lektor kepala dan guru besar.
Kemudian rasio jumlah mahasiswa terhadap dosen, jumlah mahasiswa asing, jumlah dosen bekerja sebagai praktisi di industri minimal enam bulan.
Selanjutnya indikator Proses mencakup diantaranya Akreditasi Institusi BAN-PT, Akreditasi program studi BAN-PT, Pembelajaran Daring, Kerja Sama perguruan tinggi.
KKelengkapan Laporan PDDIKTI dan jumlah Prodi melaksanakan program merdeka belajar, dan jumlah mahasiswa mengikuti program Merdeka Belajar.
Sementara itu indikator Output mencakup komponen jumlah artikel ilmiah terindeks per dosen, kinerja penelitian, kinerja kemahasiswaan, jumlah prodi yang terakreditasi/bersertifikasi internasional.
Terakhir yakni Indikator Outcomemencakup Kinerja Inovasi, Persentase lulusan yang memperoleh pekerjaan dalam waktu 6 bulan, Jumlah sitasi per dosen, Jumlah patent per dosen, dan Kinerja pengabdian masyarakat.
Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu, menyambut bahagia capaian ini.
Ia menyebut dalam beberapa tahun terakhir ini, Unhas telah masuk dalam Klaster I perguruan tinggi, namun baru kali ini mencapai posisi 7.
“Ini semua berkat dedikasi dan kerja keras sivitas akademika Unhas, yang didukung oleh kekompakan dan kerja sama. Kita selama ini ada di posisi 8. Untuk naik ke atas itu tantangannya luar biasa. Tapi saya bilang ke teman-teman, asal kita kerja sama, InsyaAllah bisa,” paparnya via rilisnya ke tribun-timur.com.
Prof Dwia berharap posisi ini menjadi penyemangat untuk bekerja ulet dan berkontribusi lebih optimal dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul untuk pembangunan nasional.
Hal ini juga diharapkan dapat menjadi motivasi bagi sivitas akademika untuk terus melahirkan inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat dalam meningkatkan daya saing bangsa.
“Indikator input kita berhasil mencapai skor sempurna, satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mencapai nilai ini. Ini menandakan SDM kita paling unggul. Artinya, kita memiliki modal besar untuk meningkatkan capaian pada indikator proses, output, dan outcome,” sambungnya.
Capaian ini sekaligus juga menjadi bukti bahwa perguruan tinggi di luar Pulau Jawa juga dapat menunjukkan kualitas yang unggul.
“Semoga ini dapat memotivasi perguruan tinggi lain, terutama di Indonesia Timur untuk meningkatkan kualitas,” tutupnya.
Perguruan Tinggi Klaster 1 Tahun 2020:
1. Institut Pertanian Bogor
2. Universitas Indonesia
3. Universitas Gadjah Mada
4. Universitas Airlangga
5. Institut Teknologi Bandung
6. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
7. Universitas Hasanuddin
8. Universitas Brawijaya
9. Universitas Diponegoro
10. Universitas Padjadjaran
11. Universitas Sebelas Maret
12. Universitas Negeri Yogyakarta
13. Universitas Andalas
14. Universitas Sumatera Utara
15. Universitas Negeri Malang.(*)
(tribun-timur.com/Alfian)
