Penyebab Bencana Banjir dan Tanah Longsor Luwu Utara Versi PVMBG
Kepala Tim Tanggap Darurat dari PVMBG Badan Geologi KESDM, Agus Budianto mengatakan banjir bandang
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNLUTRA.COM, MASAMBA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) merilis beberapa faktor penyebab banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Luwu Utara, Senin 13 Juli 2020.
Kepala Tim Tanggap Darurat dari PVMBG Badan Geologi KESDM, Agus Budianto mengatakan banjir bandang membawa material pasir dan kayu.
"Bencana yang terjadi berupa banjir bandang/aliran bahan rombakan akibat longsoran bagian hulu Sungai Radda dan Sungai Kula/Masamba. Longsoran akibat erosi lateral sepanjang alur yang dilaluinya serta dipicu curah hujan tinggi dengan intensitas lama," kata Agus dalam ketarangan tertulis diterima Tribun, Jumat (14/8/2020).
Agus mengatakan, faktor penyebab terjadinya bencana diperkirakan yakni pola curah hujan dengan intensitas tinggi dan lama beberapa bulan sebelumnya.
Serta kejadian curah hujan lokal sebelum terjadi banjir bandang menjadi pemicu utama terjadinya bencana.
Selain itu hulu sungai merupakan morfologi tangkapan hujan (catchment area) dengan morfologi berupa lembah sempit di hulu sungai (berbentuk V) menjadi lembah melebar ke arah hilir (berbentuk U).
"Material penyusun lembah sungai berupa batuan rentan terjadinya longsor terdiri dari batuan beku granodiorit, banyak mengandung retakan akibat patahan lama dan sifat tanah pelapukannya sarang dan mudah luruh jika terkena air," terang Agus.
Faktor lain yang berpengaruh adalah longsoran pada tubuh lereng yang terbawa oleh aliran air permukaan melalui alur-alur air.
"Pengerosian secara lateral sepanjang alur sungai yang dilalui menambah volume sedimen yang bercampur kayu dan pohon tumbang meningkatkan daya rusak," jelasnya.
Termasuk pembentukan tanggul alam di sepanjang alur sungai sebagai dampak akumulasi longsoran di hulu sungai dan erosi sepanjang alur sungai.
"Aliran sungai yang mengandung sedimen berbagai ukuran dan batang kayu, dapat tersendat saat melewati infrastruktur jembatan dan terjadi akumulasi energi air yang berkembang cepat serta daya dorongnya dapat merobohkan jembatan," terang dia.
Faktor terakhir adalah permukiman warga berada dalam bantaran alur sungai yang dilalui oleh banjir bandang.