Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Update Corona Polman

Keluarga Pasien Positif Covid-19 Asal Polman Bantah Lakukan Ambil Paksa Jenazah

Keluarga pasien positif covid-19 asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat membantah telah melakukan pengambilan paksa jenazah.

Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Suryana Anas
Istimewa
Tim medis menggunakan APD legkap bertuliskan malaikat maut di belakang. Keluarga pasien positif covid-19 inisial A asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat membantah telah melakukan pengambilan paksa jenazah 

TRIBUNPOLMAN.COM, POLEWALI - Keluarga pasien positif covid-19 inisial A asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat membantah telah melakukan pengambilan paksa jenazah.

Mereka juga mempertanyakan status pasien yang kemudian dinyatakan positif covid-19.

Pasalnya, pihak keluarga menduga ada kejanggalan dari hasil pemeriksaan swab yang dilakukan pihak RSUD Polewali Mandar.

Diberitakan sebelumnya, seorang nenek 92 tahun yang belakangan diketahui 94 tahun adalah warga Wattang, Kecamatan Polewali inisial A, meninggal dunia. Almarhum sempat menjalani perawatan di RSUD Polewali sejak dua hari lalu.

Dikonfirmasi Rabu kemarin, Kepala Bidang P2P Dinkes Polman Haidar menjelaskan, dua hari lalu pasien yang meninggal dilakukan pengambilan swab pertama di RSUD Polman.

Namun saat dilakukan swab, katrik di RSUD habis, sehingga sampel swab yang bersangkutan dikirim ke Balai POM di Mamuju.

"Tapi hasilnya saat itu belum keluar. Setelah hari kedua dilakukan pengambilan swab, hasilnya ke luar malam itu, ternyata hasilnya positif," jelas Haidar.

Hadiar lanjut menjelaskan, pasien A meninggal pada Selasa (11/8/2020) malam sebelum hasil swabnya ke luar.

"Setelah meninggal, hasil swabnya ke luar," lanjutnya.

Pihak Dinkes kata dia menghubungi pihak keluarga bahwa hasil swab pasien dinyatakan positif dan harus dilakukan protokol kesehatan terhadap proses pemandian dan pemakaman jenazah.

Namun pihak keluarga, kata dia memaksa untuk membawa jenazah pasien tanpa dilakukan protokol kesehatan.

"Keluarganya ambil paksa. Saya bilang ini harus sesuai protap tetapi mereka ngotot membawa jenazah," tuturnya.

Hingga proses pemakan jenazah, kata Haidar tidak dilakukan protokol covid-19.

Terkait kejadian ini, Haidar mengakau pihaknya akan melakukan tracing terhadap kontak erat dengan almarhum.

"Kita akan melakukan tracing, dan dalam tujuh hari kedepan kita akan melakukan swab jika ditemukan ada kontak erat," pungkasnya.

Namun berbeda yang disampaikan salah seorang keluarga almarhum yang tak disebut namanya.

Kepada wartawan ia mengaku kesal dengan sikap pihak medis yang dianggap tidak masuk akal.

"Sudah lebih satu bulan tidak ada katrik, kenapa tiba-tiba ada saat nenek saya meninggal dan hasilnya dinyatakan positif," ungkapnya kepada Tribun Timur via telepon, Kamis (13/8/2020) pagi tadi.

Lebih jauh pihak keluarga menjelaskan, berawal dari proses uji lab hasil pertama sudah ada kejanggalan.

Itu karena kata dia, ada dua pernyataan tim medis yang saling bertentangan. Di mana salah seorang dokter di laboratorium VCR mengatakan bahwa sampel swab pertama dikirim ke Mamuju.

"Sementara dokter di perawatan dahlia yang mengatakan sampel swabnya dikirim ke Makassar," katanya lanjut.

Hal lain yang mencurigakan adanya rekayasa kata dia karena pasien meninggal pukul 21:19 Wita.

"Setelah pasien meninggal tiba-tiba ada katrik, padahal katrik menurut medis habis sejak 1 bulan lalu.

Yang janggal juga karena nanti jam 12 malam baru ada entri time pengambilan swab. Dan hasilnya baru ke luar jam 2 dini hari," jelasnya.

Selain itu, pihak keluarga juga protes lantaran tim medis menggunakan baju hasmat bertuliskan "malaikat maut" di bagian belakang bajunya.

"Kita sudah diabaikan, tiba-tiba dia datang pakai baju malaikat maut. Saya pribadi merasa dihina," katanya.

"Setelah saya protes barulah diganti," sambungnya.

Soal pengambilan paksa seperti diberitakan sebelumnya, ia menampik bahwa tidak ada pengambilan paksa lantaran pihak kelurga menandatangani surat pernyataan penolakan protokol kesehatan.

"Bahkan tim medis yang bantu sorong dari ruangan," ujarnya.

"Jadi sekali lagi tidak ada pengambilan paksa, tapi setelah adu argumen kita bantah kan analisa medisnya." pungkasnya.

Laporan wartawan @sammy_rexta

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved