UMKM
Buat e-Commerce, Irman YL: Masyarakat Makassar Bangun Solidaritas Ekonomi
Staf Ahli Ekonomi Gubernur Sulsel, Irman Yasin Limpo mengatakan, secara pribadi, dirinya membangun market place untuk pelaku UMKM
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Staf Ahli Ekonomi Gubernur Sulsel, Irman Yasin Limpo mengatakan, secara pribadi, dirinya membangun market place untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Hal itu dia sampaikan dalam Webinar Hari UMKM, Rabu (12/8/2020).
"Saya secara pribadi tengah membuat market place lokal, kenapa? Di dalam pikiran saya, banyak orang dalam kondisi sedang susah. Saya berikan contoh, sekarang 1.800 orang karyawan kantin sekolah tak kerja di masa pandemi," katanya.
Ia menyampaikan, jika ada 3 ribu sampai 5 ribu pelaku UMKM di sekolah yang tutup.
"Kita harus membuat mereka bisa cepat bekerja, di dalam tangannya dia harus bekerja. Mari kita membuat e-commerce baik secara marketing dan digital," katanya.
Ia menyampaikan, e-commerce dunia memerlukan investasi tak murah.
"Bagi saya kita hidup dulu, masyarakat Makassar harus membangun solidaritas di antaranya. Apakah menguntungkan atau tidak, maka pemerintah harus menjadi penyambung, antara penjual dan masyarakat," katanya.
Saat ini, lanjut Irman YL, pemerintah Sulsel secara konsepsi membangun sumber ekonomi produksi baru.
"Investasi besar hanya itu-itu saja seperti Vale dan Tonasa dan kita membangun ekonomi baru. Perlu juga kita sampaikan, karena ini kondisi yang tak biasa penanganan tak boleh biasa-biasa saja," katanya.
Ia pun mengajak semua pihak untuk tidak terlambat dalam membaca zaman.
"Karena sebanyak 50 persen UMKM sudah sifting, star up yang mengelola kafe maka itu mereka shifting ke bidang lain. Sekarang langkah kita, yang dibangun kultur digital kita. Bagaimana membangkitkan untuk lebih memahami digital kita," katanya.
Jika dia sebagai pengambil kebijakan tertinggi, maka dia akan masukkan kurikulum digital ke semua level sekolah.
"E-commerce itu tak boleh mengambil keuntungan, dari share profit, sebenarnya e-commerce, makanya saya tak setuju share profit terlalu besar.
Kita bangsa yang besar, kita market yang besar. Kriteria usaha mikro usaha maksimal Rp 50 juta, kemudian dipotong 30 persen maka mereka mau dapat apa?," Kataya.
Menurutnya, salah satu kelemahan UMKM adalah promosi di dunia digital.
"Kalau masalah rasa, pasti UMKM kita lebih bagus, cuman mereka tak tahu promosi di digital, itu harus kita pahamkan ke mereka," katanya. (*)