Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dipotret 75 Tahun Lalu, Bocah Gendong Jenazah Adiknya saat Tragedi Bom Atom Nagasaki Masih Misterius

Dipotret 75 Tahun Lalu, Bocah Gendong Jenazah Adiknya saat Tragedi Bom Atom Nagasaki Masih Misterius

Editor: Ilham Arsyam
(Foto Almarhum Joe O'Donnell, Fotografer Angkatan Laut AS)
Foto bocah misterius ketika bom atom di Nagasaki, Jepang, Agustus 1945. 

Anak laki-laki itu kemudian mengalihkan pandangannya dan turun dari tempat ketinggian.

Pada Januari 2018, Mainichi Shimbun menerbitkan artikel tentang upaya menemukan anak laki-laki dalam gambar oleh Yoshitoshi Fukahori (90), kepala Komite Riset untuk Rekaman Fotografi Bom Atom Nagasaki di Yayasan Nagasaki untuk Promosi Perdamaian.

Akhirnya dia tidak bisa memastikan di mana foto itu diambil, atau identitas dari bocah itu.

Muraoka membaca artikel itu dan berpikir bahwa mungkin anak itu yang dia temui, dan memutuskan untuk mencoba memecahkan misteri itu sendiri.

Dia memulai penyelidikannya dengan mengandalkan ingatan dan buku yang ditulisnya tentang anak itu.

Catatan murid Sekolah Dasar Zenza hilang terbakar, dan meskipun Muraoka memeriksa catatan kontemporer dari sekolah-sekolah di luar kota Nagasaki, itu tidak memberikan hasil apa pun.

Dia juga bertemu seseorang yang mengatakan kepadanya bahwa mereka tahu nama bocah itu, tetapi tidak ada informasi yang mengarah ke petunjuk pasti.

tribunnews
Bom Atom Little Boy Hancurkan Kota Hiroshima dan nagasaki Lebih 100.000 Orang Tewas (Kolase Tribun Manado/Foto dari berbagai sumber)

Masanori Muraoka, yang menyusun buku catatan yang merinci upayanya untuk mencari identitas dan keberadaan seorang anak laki-laki yang difoto dalam gambar "Anak laki-laki berdiri di dekat krematorium", terlihat di Kota Nagasaki pada 1 Agustus 2019 lalu.

Pada 9 Agustus 1945, Muraoka berada di rumah, sekitar 1,6 kilometer dari pusat ledakan bom.

Ia menderita luka bakar di kedua kaki dan lengan kirinya, yang meninggalkan bekas luka keloid di kaki kirinya.

Saat bom meledak, Muraoka dan ibunya menghabiskan berhari-hari di rumpun bambu di pegunungan.

Muraoka tumbuh menjadi guru sekolah dasar dan berhubungan dengan banyak anak.

Dalam pencarian identitas bocah itu, Muraoka diingatkan lagi tahun ini--ulang tahun ke-74 bom atom--bahwa tragedi seperti itu tidak boleh terulang lagi.

"Mungkin anak laki-laki itu menjalani kehidupan yang tenang, menyimpan kesedihan dan rasa sakit di dalam hatinya. Kita tidak boleh mengulangi tragedi anak itu," uajrnya.

Buku catatan yang merinci bagaimana dia menyelidiki identitas bocah itu telah disumbangkan ke Aula Peringatan Perdamaian Nasional Nagasaki untuk Korban Bom Atom,

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved