Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kalla Business School

CEO Bukalapak Jadi Pembicara Webinar Kalla Business School, Ini yang Dibahas

CEO Bukalapak, Rachmad Kaimuddin pembicara Webinar Kalla Business School 'Menembus Masa Depan Bisnis di Era Normal Baru'

Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Suryana Anas
Webinar Kalla Business School
CEO Bukalapak, Rachmad Kaimuddin pembicara Webinar Kalla Business School 'Menembus Masa Depan Bisnis di Era Normal Baru 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ajaran Rasulullah dalam Islam membuat standar untuk aturan dagang dan kontrak.

Hal itu menjadi poin pembicara dari CEO Bukalapak, Rachmad Kaimuddin dalam Webinar Kalla Business School yang membincang tema Menembus Masa Depan Bisnis di Era Normal Baru.

"Aturan dagang kontrak terstandardisasi ketika Islam masuk. Rasulullah (Muhammad SAW) adalah juga seorang pedagang yang banyak mengajarkan di dalam Alquran dan hadits bagaimana caranya berdagang yang baik, dan filosofi itu bisa dibilang menjadi standar commerence law di dunia barat tentang transparansi, tidak mengambil keuntungan berlebihan dan tak boleh melebihkan timbangan," katanya.

Kedua, potensi digital di Indonesia sangat besar.

"Statistik dari Google, pengguna internet 92 juta di tahun 2015 dan 2019 sudah menjadi 152 juta penduduk yang menggunakan internet," katanya.

Kemelekan internet itu berkontribusi untuk peningkatan transaksi e-commerce, online media, online travel dan ride healing.

Economic Potential dari e-commerence, 2015 sebesar US$ 1,7 triliun, tahun 2018 naik hingga US$ 21 triliun dan diprediksi tahun 2025 sudah mencapai US$ 82 triliun.

Online travel sudah mencapai pada tahun 2015 sebesar US$ 5 triliun dan diprediksi tahun 2025 naik hingga US$ 25 triliun.

Online media dari tahun 2015 sebesar US$ 0,6 triliun, diprediksi tahun 2025 US$ 9 triliun.

Ride hailing dari tahun 2015 dengan nilai transaksi US$ 0,9 triliun dan diprediksi tahun 2025 sudah tumbuh hingga US$ 18 triliun.

"Data ini (travel) sebelum Covid-19 yah dan mungkin bisa berkurang lagi sekarang," katanya.

Menurutnya, digital Indonesia besar sekali.

"Tentunya masalahnya adalah masih belum gampang juga, sebenarnya persentase e-commerence masih dibawah 5 persen. Dengan Covid-19 memang ada percepatan tapi masih dibawah 10 persen lah," katanya.

Menurutnya, masyarakat masih ada sekitar 66 persen belum mempunyai rekening bank.

"Masyarakat kita masih butuh ketemuan, masyarakat kita masih gaptek lah tapi mungkin juga mereka takut transaksi belum bertemu," katanya.

Bukalapak ingin mengkoneksikan perdagangan.

"Kami ingin membawa teknologi dalam perdagangan," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved