Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PSM Makassar

Mengenang Momen PSM Juara Ligina 1999-2000, Kekompakan Jadi Kunci Juara

Demi meraih itu, ada baiknya skuad PSM saat ini berkaca dengan apa yang dilakukan para pemain yang membawa PSM

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Imam Wahyudi
wahyu
Hendro Kartiko usai diperkenalkan Manajemen PT PSM di Hotel Aryaduta, Makassar, Senin (6/1/2020). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sebentar lagi, kompetisi Liga 1 akan dilanjutkan kembali setelah dihentikan akibat pandemi. Tak hanya kompetisi lokal, AFC Cup yang diikuti PSM juga akan kembali bergulir.

PSM masih memiliki peluang untuk meraih prestasi di dua kompetisi ini. Meski jalannya terjal, bukan tak mungkin Juku Eja dapat mengulang prestasi era tahun 2000, dimana PSM menjuarai Liga Indonesia, dan mampu menembus kompetisi Piala Champions Asia.

Demi meraih itu, ada baiknya skuad PSM saat ini berkaca dengan apa yang dilakukan para pemain yang membawa PSM juara di tahun 2000 lalu. Skuad juara PSM kala itu memang begitu terkenal tangguh dan tak tertandingi.

Bermaterikan pemain lokal dan pendatang, serta beberapa pemain asing berkualitas, mereka mampu bekerja sama dengan baik hingga mengantar Juku Eja meraih gelar keenamnya.

Kekompakan adalah kunci utamanya. Hal itu yang dikatakan para pemain yang membawa PSM juara saat bereuni secara virtual. Reuni yang difasilitasi manajemen PSM ini, dalam rangka mengenng momen 20 tahun Juku Eja menjuarai Liga Indonesia.

Reuni diikuti Hendro Kartiko, Yeyen Tumena, Aji Santoso, Bima Sakti, dan Kurniawan Dwi Yulianto.

Aji Santoso mengatakan, di musim saat PSM juara, kekompakan pemain benar-benar terasa. Tak ada jarak antar pemain, meski Aji Santoso dan beberapa pemain bintang kala itu berstatus pendatang di PSM.

"Tidak ada gap, kita menjadi satu keluarga di PSM. dengan bersatunya kekuatan pemain lama dan pemain baru, menjadi kekutan yang sangat ditakuti di kompetisi Indonesia waktu itu. Kebersamaan itu menjadi kesuksesan PSM," kata Aji.

Menurut Aji, saat Ia datang ke PSM, para putra daerah yang memperkuat PSM terlebih dahulu menerima mereka dengan sangt baik.

"Ketika kami datang tahun 2000 itu, bersama Hendro, Bima, Kurniawan, kami senang mereka bisa menerima kami sebagai saudara," terangnya.

Bahkan saat pertandingan kekompakan tetap dijaga. "Setiap mau pertandingan kita bergandengan tangan di lapangan dan menyatukan tekad kita. Sebelum bertanding kita makan sama-sama di mes," ucapnya.

Tak hanya pemain, lanjut Aji, manajemen dan pelatih juga sangat solid. Tak eprnah ada masalah internal dalam tim.

"Kebersamaan luar biasa dari pemain, pelatih kompak, manajemen solid. Itu membuat kita kuat kunci utama. Saya tak pernah melihat kejadian antar pemain yang tak enak, semua rukun," pungkasnya.

Bima Sakti menjelaskan, di PSM Ia merasakan keramahan para pemain yang merupakan putra daerah. Walau kala itu PSM dikenal memiliki pemain yang keras di lapangan.

"Waktu datang, kami pikir orang Makassar ini keras dan kasar, ternyata setelah ketemu almarhum Alibaba, Rahman Usman, Syamsudin Batola, ternyata mereka familiar menerima kami," kata Bima.

Pada musim 1999-2000, PSM menjadi tim yang selalu memenangkan pertandingan, baik kandang maupun tandang. Sangat jarang skuad asuhan Syamsuddin Umar menerima kekalahan.

Menurut Bima, itu juga dipengaruhi kebersamaan pemain saat akan bertanding. "Saat mau pertandingan, kita makan bareng, itu paling ditunggu karena kita makan enak. Di situ kita optimis banget akan menang. Kita semua kompak dan saling suport, tak melihat daerah asal kita," kata Bima yang juga meraih gelar pemain terbaik Ligina musim itu.

Striker andalan PSM kala itu, Kurniawan Dwi Yulianto menambahkan, kebersamaan antarpemain memang menjdi kunci keberhasilan mereka merwngkuh gelar juara.

"Yang dirindukan tentunya kebersamaan. Memang dari awal persiapan, kita optimis tim akan jadi. Dari komposisi komplit, manajemen juga sangat serius men-treat pemain. Jadi setiap pertandingan kita bukan mikir menang kalah, tapi menang berapa sih," ucapnya.

Menurut Kurniawan, senior-senior PSM juga mampu merangkul para pemain muda dengan baik.

"Senior-senior kita bisa merangkul junior, salah satunya Cocah Aji (Santoso). Beliau bisa menjadi jembatan pemain senior dan junior, lokal dan pendatang, hampir tak ada gap antara kita semua," ucapnya.

Mantan Kapten PSM, Yeyen Tumena menyebut, di tahun PSM keluar sebagai juara Ia menjadi "pelayan" bagi para pemain baru. Dari lima nama yang bereuni virtual, Yeyan memang menjadi pertama bergabung PSM. Dia bergabung sejak 1995.

"Saya di tahun 2000 lebih ke pelayan untuk teman-teman dari luar Sulawesi lah. Tugas saya selain berlatih dan bermain, juga meladeni mereka, saya jadi manajer kecil waktu itu," kata Yeyen.

Menurut Yeyen, kedatangan para pemain baru di musim 1999-2000. Menjadikan PSM tim dengan pemain mega bintang. "Kedatangan para pemain menjadikan kita tim dengan label mega bintang, dan itu menjadikan kita semakin solid di lapangan," terangnya.

Sementara Hendro Kartiko, yang saat ini berstatus sebagai asisten pelatih PSM, menyebut kekompakan masih cukup terasa saat ini dalam tim, hanya perlu di-manej dengan baik agar gelar juara dapat diraih kembali.

"Kekompakan masih terasa di tim sekarang, tak terlalu jauhlah dari dulu. Tinggal memenej aja untuk tahun ini agar dapat kembali berprestasi," kata Hendro.

Tak hanya itu, Hendro menyebut kepercayan antarpemain juga menjadi hal utama dalam membentuk tim yang solid.

"Waktu saya jadi kiper, kerja saya tak berat, karena saya percaya di depan saya ada para pemain tangguh. Ada Ortizan, Aji Santoso, Yeyen, jadi pemain lawan mau masuk ke area saya harus kerja keras," pungkasnya.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved