Tribun Bone
Direktur Walhi Sulsel Sebut Banjir di Bone Disebabkan Kerusakan Lingkungan
Sebanyak empat kecamatan yang dilanda banjir yakni, Kecamatan Ajangale, Dua Boccoe, Cenrana dan Tellu Siattingnge.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sudirman
TRIBUNBONE.COM, TANETE RIATTANG - Banjir melanda Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Sebanyak empat kecamatan yang dilanda banjir yakni, Kecamatan Ajangale, Dua Boccoe, Cenrana dan Tellu Siattingnge.
Empat kecamatan yang berada di Bone bagian utara tersebut sudah menjadi langganan banjir setiap tahunnya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel, Muhammad Al Amin mengatakan, peristiwa banjir yang terjadi di Sulsel merupakan sebuah potret nyata lingkungan hidup berada pada situasi yang sangat buruk.
Di Kabupaten Luwu Utara diterjang banjir bandang. Kemudian di Bone bagian utara Soppeng dan Wajo juga mengalami banjir.
Kata Amin, banjir ketiga kabupaten tersebut karena kerusakan di Danau Tempe dan di aliran Sungai Walanae.
Khusus di Bone, menurut Amin, banjir yang terjadi setiap tahunnya karena daya dukung dan tampung lingkungan sudah menurun drastis.
Di bagian hulu Kabupaten Bone, kata dia, sudah nyaris tidak tertutup hutan. Vegetasi hutan di hulu sudah tak ada lagi.
"Vegetasi hutan di bagian hulu Bone sudah nyaris hilang. Sudah mengalami kerusakan," katanya saat dihubungi via telepon Minggu (26/7/2020).
Akibatnya, Sungai Walanae mengalami pendangkalan terutama di bagian hilir yang bermuara ke Danau Tempe.
Sementara pemerintah Provinsi Sulsel dan pemerintah kabupaten tak kunjung mengatasi permasalahan tersebut.
"Jadi Sungai Walanae setiap tahun selalu mengaliri sedimentasi atau lumpur yang menyebabkan Sungai Walanae menjadi dangkal, begitupun di Danau Tempe," tutur Amin.
Jadi, ketika volume air meningkat di waktu-waktu tertentu seperti musim hujan, maka terjadi luapan air.
"Air yang harusnya ditampung dan dialiri Sungai Walanae maupun ditampung Danau Tempe sudah tidak bisa lagi karena mengalami pendangkalan. Sehingga air yang bermuara ke Danau Tempe meluap ke Soppeng, Wajo dan Bone bagian utara," tambah Amin.
Ia menyampaikan persoalan ini selalu terjadi setiap tahun dan tak pernah diatasi oleh pemerintah kabupaten. Ia menegaskan Pemkab Bone abai terhadap kondisi lingkungan hidup di Bone.
Amin merasa Pemkab Bone tidak memperhatikan dari peduli terhadap bencana ekologis yang terus terjadi di Bone.
Akibatnya, masyarakat dibiarkan mengalami penderitaan dengan banjir yang selalu terjadi setiap tahunnya.
Aktivitas Tambang Di Sepanjang Sungai Walanae Menambah Kerusakan Sungai Walanae dan Terjadi Banjir
Amin mengatakan, aktivitas tambang di sepanjang Sungai Walanae ikut memengaruhi kerusakan Sungai Walanae.
Sebab, aktivitas tambang tidak terkendali dan tidak didasari dengan kajian lingkungan hidup yang benar dan tepat.
Ia pun meminta agar pemerintah dan aparat kepolisian untuk membuka ke publik, siapa-siapa pelaku dan oknum penambang pasir di sepanjang Sungai Walanae dan anak Sungai Walanae.
"Tunjukkan ke publik, lalu periksa dokumen lingkungannya. Saya yakin dan percaya tidak banyak pelaku penambang di Bone yang memiliki dokumen lingkungan yang benar dan disertai dengan izin lingkungan yang sesuai syarat perundang-undangan yang berlaku," ucapnya.
Oleh karenanya, banjir di Bone bagian utara memiliki persoalan yang kompleks.
"Bagian hulu rusak, sungai mengalami pendangkalan, kemudian aktivitas tambang yang tidak terkendali karena kurangnya pengawasan pemerintah dan penegak hukum," ungkap Amin.
Solusi Atasi Banjir di Bone
Amin membeberkan untuk mengatasi banjir di Bone bagian utara, pemerintah kabupaten perlu memetakan wilayah yang masuk kategori krisis lingkungan.
Kemudian pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pemulihan lingkungan, terutama di bagian hulu.
Selain itu, Amin meminta pemerintah kabupaten melakukan audit terhadap aktivitas tambang yang ada di daerah aliran Sungai Walanae.
"Periksa izin dan dokumen lingkungannya. Jika tak berizin dan tidak memiliki dokumen sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Undang-Undang Lingkungan Hidup, maka aktivitas tambang harus dihentikan semuanya. Selanjutnya dilakukan penataan ulang pengelolaan sumber daya alam di Bone," jelas Amin.
Laporan Wartawan TribunBone.com, Kaswadi Anwar